• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data dan Pembahasan

SISWA SMP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

H. Analisis Data dan Pembahasan

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan generalisasi matematis, antara siswa yang memperoleh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis terhadap kelompok data gain ternormalisasi siswa yang memperoleh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan gain ternormalisasi siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Berikut ini disajikan statistik deskriptif data gain ternormalisasi menurut model pembelajaran dan kategori kemampuan siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 119 Tabel H.1

Statistik Deskriptif Gain Ternormalisasi Kemampuan Generalisasi Matematis Menurut Model Pembelajaran dan Kategori Kemampuan Siswa

Pembelajaran Kategori_siswa Mean Std. Deviation N MPIT Tinggi 0,786 0,108 11 Sedang 0,634 0,130 18 Rendah 0,313 0,084 11 Total 0,587 0,213 40 PK Tinggi 0,591 0,123 11 Sedang 0,449 0,104 18 Rendah 0,263 0,066 11 Total 0,437 0,158 40 Total Tinggi 0,688 0,150 22 Sedang 0,541 0,149 36 Rendah 0,288 0,078 22 Total 0,512 0,201 80

Beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis yang dapat diungkap dari Tabel H.1, yaitu:

a. Rataan gain kemampuan generalisasi matematis siswa yang memperoleh MPIT (0,587) terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan PK (0,437) atau MPIT > PK

b. Untuk siswa berkemampuan tinggi, rataan gain kemampuan generalisasi matematis siswa yang memperoleh MPIT (0,786) terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan PK (0,591) atau MPIT > PK

c. Untuk siswa berkemampuan sedang, rataan gain kemampuan generalisasi matematis siswa yang memperoleh MPIT (0,634) terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan PK (0,449) atau MPIT > PK

d. Untuk siswa berkemampuan rendah, rataan gain kemampuan generalisasi matematis siswa yang memperoleh MPIT (0,313) terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan PK (0,263) atau MPIT > PK

Untuk mengetahui perbedaan rataan data skor gain kemampuan generalisasi matematis siswa yang memperoleh MPIT dengan siswa yang memperoleh PK digunakan uji analisis varians pada General Linear Model (GLM)-Univariate. Dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05), rangkumannya dapat dilihat pada Tabel H.2 berikut ini:

Tabel H.2

Analisis Varians Gain Kemampuan Generalisasi Matematis Menurut Model Pembelajaran dan Kategori Kemampuan Siswa Sumber Jumlah Kuadrat (JK) df Rataan JK F Sig. Model Pembelajaran 0,388 1 0,388 33,384 0,000 Kategori Siswa 1,823 2 0,911 78,508 0,000 Model Pembelajaran * Kategori Siswa 0,076 2 0,038 3,278 0,043 Inter 0,859 74 0,012 Total 24,223 80

120 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Hipotesis 1

Hipotesis penelitian untuk melihat peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa berdasarkan model pembelajaran adalah, ―Peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.‖ Untuk menguji hipotesis tersebut, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho : 𝜇1 = 𝜇2

H1 : 𝜇1> 𝜇2

Keterangan:

𝜇1: rata-rata gain ternormalisasi generalisasi kelas eksperimen 𝜇2 : rata-rata gain ternormalisasi generalisasi kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika Asymp.Sig.(1-tailed) < 𝛼= 0,05. Menurut Whidiarso

(2007) hubungan nilai signifikansi uji satu arah dan dua arah dari output ialah Sig.(1-tailed) = ½ Sig.(2-tailed). Hipotesis nol ditolak, artinya peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa yang memperoleh MPIT secara signifikan lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Hipotesis 2

Hipotesis penelitian untuk melihat peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa dengan faktor kategori kemampuan siswa adalah, ―Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa dilihat dari kategori kemampuan siswa tinggi, sedang, dan rendah.‖ Untuk menguji hipotesis tersebut, dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho : 𝜇1 = 𝜇2 = 𝜇3

H1 : Paling sedikit satu tanda ―sama dengan‖ tidak berlaku.

Setelah dilakukan perhitungan ANOVA dua jalur, hasilnya dapat dilihat pada Tabel H.2 yang diperoleh nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,000 lebih kecil dari  = 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa dilihat dari kategori kemampuan siswa tinggi, sedang, dan rendah.

Karena peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa berbeda pada faktor kategori kemampuan siswa, maka untuk mengetahui rataan mana saja yang berbeda secara signifikan, akan dilihat hasil Post Hoc Multiple Comparison dengan uji Scheffe yang disajikan pada Tabel H.3 berikut.

Tabel H.3

Perbedaan Rataan Gain Kemampuan Generalisasi Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Siswa

(I) kategori (J) kategori Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Tinggi Sedang ,14690 * ,029155 ,000 ,07407 ,21974 Rendah ,40068* ,032484 ,000 ,31953 ,48183 Sedang Tinggi -,14690 * ,029155 ,000 -,21974 -,07407 Rendah ,25378* ,029155 ,000 ,18095 ,32661 Rendah Tinggi -,40068 * ,032484 ,000 -,48183 -,31953 Sedang -,25378* ,029155 ,000 -,32661 -,18095

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 121 Tabel H.3 memperlihatkan perbedaan rataan di antara masing-masing kemampuan. Sebagai contoh, perbedaan rataan antara kemampuan tinggi dan kemampuan sedang adalah 0,146 dengan standar kesalahan 0,029, dan signifikansinya 0,000 (kurang dari 0,05), maka kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kemampuan tinggi dan rata-rata kemampuan sedang. Pada post hoc, variabel yang diberi tanda * berarti ada perbedaan yang signifikan, sehingga berdasarkan Tabel H.3 dapat disimpulkan bahwa diantara masing-masing kemampuan terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan generalisasi matematis.

I. Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian dan hasil analisis data diperoleh beberapa kesimpulan terkait dengan hipotesis-hipotesis penelitian, antara lain:

1. Peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Walaupun demikian, kedua peningkatan tersebut (baik di kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional) berada dalam kategori sedang. 2. Terdapat perbedaan secara signifikan peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa

dilihat dari kategori kemampuan siswa tinggi, sedang, dan rendah. Dalam hal ini, peningkatan kemampuan generalisasi matematis siswa berbeda antara kemampuan siswa tinggi dan sedang, tinggi dan rendah, serta antara kemampuan siswa sedang dan rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Jarnawi A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP) melalui Pendekatan Pembelajaran Open-Ended. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

Hutabarat, D. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Penalaran dan Representasi Matematis pada Kelompok Siswa yang Belajar Inkuiri dan Biasa. Tesis UPI: Tidak diterbitkan. NCTM, (1989) Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. United States of

America: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Kelas 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan. Rahman, A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Generalisasi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbalik. Tesis UPI: Tidak diterbitkan. Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Dikaitkan

dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi UPI: Tidak diterbitkan.

Trianto. (2007). Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Whidiarso, W. (2007). Uji Hipotesis Komparatif. [online]. Tersedia: http://elisa.ugm.ac.id/files/wahyu_psy/maaio0d2/Membaca_t-tes.pdf (27 Juni 2009).

122 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung

BERPIKIR INTUITIF (INTUISI)

SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)