• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran matematika secara integral.

BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Utari Sumarmo

B. Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan Karakter

4) Pembelajaran matematika secara integral.

Dalam pembelajaran topik-topik matematika pengembangan kemampuan, disposisi matematik serta nilai-nilai dilaksanakan secara integral, tidak parsial, dan tidak terpisah-pisah sehingga pengembangan ranah yang satu mendukung pengembangan nilai-nilai dan ranah lainnya.

Memperhatikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter, isi Tujuan Pendidikan Nasional dan Tujuan Pembelajaran Matematika, karakteristik disposisi matematik serta beberapa saran untuk pembelajaran matematika dapat dirangkumkan kesetaraan nilai-nilai tersebut dan contoh ilustrasi pembelajaran yang relevan seperti tercantum pada Tabel 2. Perlu diperhatikan bahwa ilustrasi pembelajaran yang tercantum pada kolom terakhir pada Tabel 2 di bawah ini diawali dengan pemberian pemahaman kepada siswa terhadap pentingnya pendidikan karakter dan pemilikan kemampuan dan disposisi matematik. Selain itu, kegiatan yang tercantum dalam ilustrasi pembelajaran tadi perlu dilaksanakan secara integral, saling berkaitan, dan berkelanjutan sesuai dengan falsafah belajar sepanjang hayat. Dengan demikian diharapkan pembelajaran akan menghasilkan siswa dengan kemampun dan disposisi matematik yang tinggi serta memiliki karakter yang terpuji.

Tabel 2.

Kesetaraan Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter, Tujuan Pendidikan Nasional, dan Disposisi Matematik dan

Ilustrasi Suasana Pembelajarannya

No

Nilai-nilai dalam

Ilustrasi suasana pembelajaran matematika berbasis karakter dan

memperhatikan berbagai saran Pendidikan

karakter

Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Pembelajaran dan

Disposisi Matematik

1. Religius Beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa

Dengan memandang kelas sebagai masyarakat belajar, guru menciptakan diskursus dan suasana religius selama pembelajaran. Misalnya, melalui pembiasaan dan teladan, guru berbaha-sa santun, mengucap salam, mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan doa, menghargai agama dan hari besar agama masing-masing

2. Jujur Berahlak mulia, jujur dan disiplin Melalui pembiasaan dan teladan, guru bersikap jujur dan disiplin dalam melaksanakan

pembelajaran, dalam mengerjakan dan menilai tugas, ulangan/ ujian dan penulisan karya ilmiah dengan mengikuti aturan/ prinsip/teorema matematik yang berlaku, dan dorong siswa sensitif menerima (toleran terhadap) perbedaan kemampuan, sifat, dan pendapat siswa, 3. Disiplin

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 27 No

Nilai-nilai dalam

Ilustrasi suasana pembelajaran matematika berbasis karakter dan

memperhatikan berbagai saran Pendidikan

karakter

Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Pembelajaran dan

Disposisi Matematik

5. Menghargai

prestasi Mengapresiasi peran matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat dan bahasa, dan kegunaan matematika dalam kehidupan

Melalui pembiasaan dan teladan, guru menghargai pendapat, hasil karya orang lain, keindahan, peran dan manfaat matematika sebagai alat, dan sebagai bahasa dalam kehidupan

6. Kerja keras Bekerja dengan cakap, bergairah, dan berpikir secara akurat, efisien, dan tepat

Sebagai pendidik, motivator, fasilitator, dan manajer belajar, melalui pembiasaan dan teladan, guru bekerja dengan cakap (cerdas), akurat, efisien, dan tepat, membimbing siswa belajar aktif, berpikir logis, menyajikan masalah yang menantang yang berkenaan dengan pemahaman, penalaran, menemukan idea, menyusun konjektur. 7. Kreatif Sikap lentur, luwes, kritis, dan

kreatif misalnya: mencipta, berkayal, dan berinovasi.

Melalui pembiasaan dan teladan, guru

melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikan tugas matematik secara kreatif dan lentur

menyelidiki gagasan matematik, berusaha mencari beragam cara memecahkan masalah, mendorong pengembangan daya matematik berpikir secara kolaboratif; membelajarkan siswa cara bertanya dan bukan cara menjawab, keterkaitan antar konsep, dan berpikir multi persepektif

8. Mandiri Sikap rasa percaya diri dan

mandiri dan cenderung memonitor dan menilai penalaran sendiri

Melalui pembiasaan dan teladan, guru bersikap percaya diri dan mandiri dalam melaksanakan pembelajaran dan menye-lesaikan tugas

matematik; berkebiasaan memonitor dan menilai penalaran sendiri; mengikuti cara berpikir siswa, memberi peluang siswa berbuat sesuai dengan jalan pikirannya; membantu siswa menetapkan standar dan bekerja dalam pandangan positif untuk masa depan

9. Rasa ingin tahu Menunjukkan sikap rasa ingin

tahu, dalam belajar matematika. Melalui pembiasaan dan teladan, guru menunjukkan sikap rasa ingin tahu, dalam melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikan tugas matematik, memberi tugas latihan kepada siswa dengan memanfaatkan beragam sumber

10. Gemar

membaca Menunjukkan sikap senang, perhatian, dan minat belajar matematika

Melalui pembiasaan dan teladan guru menunjukkan perhatian, dan minat dalam melaksanakan pembelajaran dan belajar matematika dengan memanfaatkan beragam sumber, memberi tugas latihan kepada siswa dengan memanfaatkan beragam sumber 11. Bersahabat/

komunikatif Berbagi pendapat, berfikir dan berkomunikasi secara jelas dan tepat, melalui bahasa matematik yang tepat.

Melalui pembiasaan dan teladan, guru berbahasa santun dan berkomunikasi secara jelas dan tepat, memperkenalkan notasi dan bahasa matematika dengan tepat, menyajikan informasi, menjelas- kan isu, membuat model, menjalin kerjasama antar guru untuk memajukan program matematika, 12. Peduli

lingkungan

Menerapkan matematika dalam bidang studi lain dan kehidupan sehari-hari

Melalui pembiasaan dan teladan, guru

menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari, mengkaitkan konsep matematika sesuai dengan konteks yang relevan, menseleksi topik-topik matematika dalam kurikulum secara fleksibel.

28 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung

No

Nilai-nilai dalam

Ilustrasi suasana pembelajaran matematika berbasis karakter dan

memperhatikan berbagai saran Pendidikan

karakter

Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Pembelajaran Matematika dan Disposisi

Matematik

13. Demokrasi Menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Melalui pembiasaan dan teladan, guru bersikap demokratis dan bertanggung jawab, memberi kesempatan yg sama kepada siswa untuk

merespons dan bertanya selama pembelajaran dan belajar kooperatif dalam kelompok kecil;

melayani siswa sesuai dengan minat, kekuatan, harapan, dan kebutuhan masing-masing,

membangun masyarakat belajar dengan kerjasama dan urunan tanggung jawab dan perhatian. 14. Cinta tanah air Menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Melalui pembiasaan dan teladan guru menciptakan lingkungan belajar yang aman, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan matematika dan lainnya tingkat nasional dan internasional dengan membawa nama baik bangsa dan negara 15. Cinta damai

16. Semangat

Kebangsaan

Pada dasarnya, untuk melaksanakan pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter dapat dipilih beragam pendekatan pembelajaran yang inovatif berpandangan pada falsafah konstruktivisma yang mengutamakan siswa belajar aktif dan bermakna, mengembangkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter serta beragam kemampuan dan disposisi matematik siswa. Namun, komponen penting yang harus diperhatikan guru dalam merancang pembelajaran adalah penyusunan bahan ajar dan pemilihan tugas latihan yang tepat.

Beberapa pendekatan pembelajaran matematika inovatif yang telah dilaksanakan dan memberikan hasil kemampuan dan disposisi matematik siswa yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar melalui pembelajaran konvensional di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Gabungan pembelajaran tak langsung dan langsung untuk siswa SMP (Suryadi, 2005, Sumarni, 2005) dan untuk siswa SMA (Maya, 2005). Dalam pendekatan ini konsep/prinsip/teori disajikan dalam bentuk yang belum jadi, melalui kasus atau masalah kontekstual yang kemudian secara bertahap siswa dibimbing menemukan konsep/prinsip/teori secara bermakna yang dilanjutkan dengan pemecahan masalah yang lebih kompleks.

2) Pembelajaran berbasis masalah, penemuan, eksplorasi, kontekstual dan investigasi untuk siswa SMP (Mahmudi, 2010, Rohayati, 2005, Rohaeti, 2009) dan untuk siswa SMA (Ratnaningsih dan Herman, 2006, Sugandi, 2010, Syaban, 2008, Wardani, 2009). Pendekatan pembelajaran di atas hampir serupa dengan pendekatan pada Butir 1) yang diawali dengan penyajian masalah kontekstual yang tertutup dan yang open-ended.

3) Pendekatan IMPROVE untuk siswa SMP (Rohaeti, 2003), pendekatan metakognitif untuk siswa SMA (Muin.2005, Nindiasari, 2004); pendekatan Analitik Sintetik pada siswa SMA (Mulyana, 2008); pendekatan Model Eliciting Activities (Permana, 2010). Dalam pendekatan ini kepada peserta didik diajukan sejumlah pertanyaan yang bukan sekadar hafalan namun yang mendorong peserta didik memberikan jawaban disertai dengan alasannya.

4) Berbagai strategi belajar kooperatif untuk siswa SMP dan SMA (Kariadinata, 2002, Mudzakir, 2004, Pomalato, 2005, Sugandi, 2001, Wardani, 2002). Dalam strategi ini siswa belajar menelaah bahan ajar yang didiskusikan dalam kelompok kecil, kemudian masing-masing membuat laporan berdasarkan hasil diskusi dan atau merevisi laporan awalnya.

5) Pembelajaran dengan memanfaatkan ICT untuk siswa SMA (Kariadinata, 2001, 2005, Rohendi, 2009, Yaniawati, 2005, Yonandi, 2009). Bahan ajar dalam pembelajaran ini dikemas dengan memanfaatkan fasilitas ICT dan menggunakan bahasa pemograman tertentu atau disajikan dalam website yang dapat diakses peserta didik di kelas atau di laboratorium komputer.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 29 Berikut ini disajikan beberapa contoh tugas latihan dalam kemampuan matematik tingkat tinggi (tidak rutin), bersifat menantang dan mendorong tumbuhnya disposisi matematik dan pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan karakter.

Contoh 1. Butir soal mengukur kemampuan pemahaman matematik siswa SMA (Permana, 2010) Pak Aman memiliki kebun sperti pada gambar di bawah ini. Ukuran sudut BDA adalah θ, BD =CD dan panjang sisi AB adalah a unit. Nyatakan panjang BC dalam a and θ. B

A D C

a. Tulis semua konsep matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. b. Nyatakan arti konsep tersebut dengan kata-katamu sendiri.

c. Tulis model matematika masalah tersebut dan selesaikanlah. Contoh 2. Butir tes komunikasi matematik (Yonandi, 2010)

Sebuah kompleks perumahan mempunyai beberapa blok. Di sebuah blok yaitu blok melati terdapat beberapa rumah bernomor terdiri dari tiga angka yang berbeda dan nilainya lebih besar dari 640 tetapi lebih kecil dari 860 serta hanya mengandung angka 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.

a. Ilustrasikan permasalahan tersebut ke dalam bentuk bagan !

b. Dari gambar tersebut, buatlah model matematika kemudian selesaikanlah model yang kamu buat untuk menentukan banyak rumah yang ada di blok melati !

Contoh 3.Butir tes pemecahan masalah matematik siswa SMP (Mahmudi, 2009)

Budi dan Adi berjalan dari rumahnya ke sekolah. Adi berangkat pukul 6 lebih a menit dan tiba di sekolah pukul 7 kurang b menit Budi berangkat pukul 6 lebih b menit dan tiba di sekolah pukul 7 kurang a menit. Perjalanan Adi dan Budi dari rumah ke sekolah berturut-turut selama 25 menit dan 15 menit. Pukul berapa Adi dan Budi tiba di sekolah? Jelaskan jawabanmu.

Contoh 4: Butir tes mengukur kemampuan penalaran analogi matematik siswa SMA (modifikasi dari Sumarmo, 1987)

Perhatikan gambar kubus di bawah ini!

A B C D E F G H

Kedudukan garis BE dengan garis GH pada kubus ABCD.EFGH di atas,

Kedudukan antara garis yang mempunyai persamaan 2x – 3y = 5 dengan garis yang mempunyai persamaan A. 3x - 2y = -5

B. 3y = 2x + 10 C. 2x = 3y + 5 D. 2x + 3y = 10

Berikan penjelasan tentang keserupaan konsep dalam soal di atas.

Contoh 5. Butir tes mengukur kemampuan penalaran generalisasi untuk siswa SMA, (Syaban, 2008). Perhatikan gambar di bawah ini

Serupa dengan

30 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung A1 B1 A2 A3 A4 A5 B2 B3 B4 B5 C1 0 30

Dari gambar di atas diketahui panjang A1 B1 = 10 cm. Tentukan jumlah panjang garis A1B1 + A2B2

+ A3B3 + A4B4 + A5B5 + ... Sifat apa yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut?

Berikan penjelasan.

Contoh 6:Butir tes mengukur kemampuan berfikir kritis matematik. (untuk siswa SMA)

Jika fungsi g dua kali fungsi f, maka absis titik ekstrim g dua kali absis titik ekstrim fungsi f. Benarkah pernyataan di atas? Berikan penjelasan disertai dengan ilustrasi/contoh yang relevan. Contoh 7: Butir tes mengukur kemampuan berfikir kritis matematik

Perhatikan penyelesaian di bawah ini

Cara pertama: Cara kedua:

Analisislah tiap langkah kedua penyelesaian di atas! Kemudian tetapkan pada langkah mana terjadi kesalahan pada masing-masing cara penyelesaian di atas. Sertakan teorema atau aturan yang mendasari tiap langkah penyelesaian tersebut

Contoh 8. Butir tes mengukur kemampuan berfikir kreatif matematik siswa SMA

a) Diberikan fungsi g dengan persamaan g(x) = ax2 + bx + c dan garis y = mx +n. Susun

beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan grafik g dan grafik y = mx +n dan kemudian selesaikanlah.

b) Nilai ulangan matematika siswa kelas I sebagai berikut:

5, 7, 8, 4, 7, 7, 9, 6, 7, 5, 6, 6, 8, 4, 4, 7, 8, 8, 6, 7, 5, 8, 6, 9, 8, 7, 7, 6, 8, 7, 8

i) Sajikan data tersebut dalam model matematika yang mudah dipahami, dan sertakan alasan mengapa anda pilih model tersebut.

ii) Perkirakan apakah kelas tersebut memperoleh nilai yang baik? Jelaskan alasanmu DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: BNSP.

Berman, S. (2001) ―Thinking in context: Teaching for Open-mindeness and Critical Understanding‖ dalam A. L. Costa,. (Ed.) (2001). Developing Minds. A Resource Book for Teaching Thinking. 3 rd Edidition. Assosiation for Supervision and Curriculum Development. Virginia USA

Ghozi, A. (2010). Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa dan Implementasinya dalam Pembelajaran. Makalah disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Dasar Guru Bahasa Perancis Tanggal 24 Okober s.d 6 November 2010

Hendriana, H. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Methaporical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan.

Herman, T. (2006) . Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematik Siswa SLTP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

       0 2x sin 4 - lim 3 2x cos 2 lim 3x 2x sin lim 0 x 0 x 0 x 3 2 3 2 x 1 3 2 x 2x 2x sin lim 3x 2x sin lim 0 x 0 x    

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 31 Kardianata, R. (2001) Peningkatan Pemahaman dan Kemampuan Analogi Matematika Siswa

SMU melalui Pembelajaran Kooperatif Tesis pada PPs UPI, tidak dipublikasi.

Kariadianata, R (2006). Pengembangan berfikir matematik tingkat tinggi siswa SMU melalui pembelajaran dengan multimedia Disertasi pada PPs UPI, tidak dipublikasi.

Mahmudi, A.(2010). Pengaruh Pembelajaran dengan Strategi MHM Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis, serta Persepsi terhadap Kreativitas. Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan .

Maya, R. (2005). Mengembangkan Kemampuan Matematik Tingkat Tinggi Siswa SMA melalui Pembelajaran Langsung dan Tak Langsung. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

Mudzakir, H. (2005). Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematik Siswa SMP melalui Strategi Think-talk-write. Tesis pada SPs UPI, tidak dipublikasikan.

Muin, A. (2005). Meningkatkan Kemampuan Berfikir matematik Tingkat tinggi Siswa SMA melalui Pendekatan Metakognitif . Tesis pada PPs UPI, tidak dipublikasi.

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa SMA. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, Virginia: NCTM. INC.

NCTM [National Council of Teachers of Mathematics] (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston,Virginia: NCTM

Nindiasari, H. (2004). Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMU Ditinjau dari Tahap Perkembangan Kognitif Siswa. Tesis pada Pascasarjana UPI, tidak dipublikasikan

Pomalato, S.W. (2005). Penerapan Model Treffingger dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas II SMP. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI: tidak diterbitkan. Permana, Y. (2010). Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi serta Disposisi Matematik:

Eksperimen terhadap Siswa SMA melalui Model Eliciting Activities

Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

Polking J. (1998). Response To NCTM's Round 4 Questions [Online] In

http://www.ams.org/government/argrpt4.html.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan

Ratnaningsih, N. and Herman, T. (2006): ―Developing the Mathematical Reasoning of High School Students through Problem Based Learning‖. Transaction of Mathematical Education for College and university Vol.9 No.2 Japan Society of Mathematics Education, Division for College and University

Ratnaningsih, N (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI: tidak diterbitkan.

Rohayati , A. (2005). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Matematika melalui pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana UPI : tidak diterbitkan.

Rohaeti E. E, (2003), Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode IMPROVE untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik siswa SLTP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

Rochaeti, E.E.(2008). Pembelajaran dengan Pendekatan Eksplorasi untuk Mengembangkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama, Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan

32 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung

Rohendi, D. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan Pemecahan Masalah Matematik: Eksperimen terhadap Siswa SMA melalui E-Learning. Disertasi pada PPs UPI, tidak dipublikasikan.

Sauri, S. (2010). Membangun Karakter Bangsa melalui Pembinaan Profesionalisme Guru Berbasis Pendidikan Nilai. Jurnal Pendidikan Karakter. Vol.2. No.2.

Sugandi, A.I. (2001) Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika melalui Model Belajar Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa Sekolah Menengah Umum Tesis pada PPs UPI, tidak dipublikasi.

Sugandi, A. I. (2010). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Setting Belajar Koopertaif JIGSAW. Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Komponen Proses Belajar Mengajar. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi. Sumarni, E. (2006). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Matematik Tingkat TinggiSiswa SMP

melalui Pembelajaran Langsung dan Tak Langsung. Tesis pada Pascasarjana UPI, tidak dipublikasikan

Suryadi, D. (2005) Penggunaan variasi pendekatan pembelajaran langsung dan tak langsung dalam rangka meningkatkan kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi siswa SLTP. Disertasi pada PPs UPI, tidak dipublikasikan.

Syaban, M. (2008). Menumbuhkan daya dan disposisi siswa SMA melalui pembelajaran investigasi. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.

Wardani, S. (2002) Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematka melalui Model Kooeratif Tipe Jigsaw Tesis pada PPs UPI, tidak dipublikasi.

Wardani, S. (2009) Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan disposisi matematik siswa SMA melalui pembelajaran dengan pendekatan model Sylver. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Dipublikasikan pada Jurnal Pendidikan di Jepang (2011)

Yaniawati, P. (2001) Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMA. Tesis pada PPs UPI, tidak dipublikasikan. Yaniawati, P. (2006) Pengembangan Daya Matematik mahasiswa calon guru melalui E-Learning.

Disertasi pada PPs UPI, tidak dipublikasikan

Yonandi (2010).Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada PPs UPI, tidak dipublikasikan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung 33

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI

PENDIDIKAN MATEMATIKA