• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.3. Analisis Multivariat

(87,3%) 63 (100%) Total 24 (15,5%) 131 (84,5% 155 (100%)

Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat bahwa keluarga dengan budaya yang kurang menunjang kesehatan lebih banyak memiliki balita gizi kurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki budaya menunjang kesehatan. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan status gizi balita (p value= 0,571).

5.3.Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menilai variabel mana yang paling dominan mempengaruhi status gizi balita. Analisis multivariat dimulai dengan seleksi bivariat masing-masing variabel, membuat pemodelan multivariat, uji interaksi dan menentukan model terakhir (Hastono, 2007)

5.3.1. Seleksi bivariat

Uji multivariat dilakukan pada variabel indepeneden dengan hasil uji bivariat yang menghasilkan p value <0,25. Variabel tersebut akan dimasukkan dalam pemodelan, sedangkan yang p value-nya >0,25 akan dikeluarkan dari pemodelan, kecuali apabila secara substansi variabel tersebut dianggap penting, maka bisa dimasukkan dalam model multivariat. Pengeluaran dilakukan secara bertahap dari variabel dengan p

Universitas Indonesia value yang terbesar (Hastono, 2007). Rangkuman hasil analisis bivariat masing-masing variabel, dapat dilihat pada tabel 5.21.

Tabel 5.21

Analisis pemilihan kandidat bivariat

No Variabel P value

1 Usia balita 0,014*

2 Jenis kelamin balita 0,484

3 Riwayat pemberian ASI 0,003*

4 Riwayat penyakit infeksi 0,496**

5 Pendidikan ibu 0,497

6 Status ekonomi 0,643

7 Jumlah anggota keluarga 0,273

8 Asupan makanan 0,000*

9 Persepsi ibu terkait status gizi 0,017*

10 Pola pengasuhan keluarga terkait gizi 0,045*

11 Pelayanan kesehatan 0,621

12 Budaya 0,571

*Variabel dengan p value < 0,25 ** Variabel yang dianggap penting

Berdasarkan tabel 5.21 dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki p value kurang dari 0,25 adalah variabel usia balita, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu terkait status gizi dan pola pengasuhan keluarga terkait gizi. Variabel yang secara substansi dianggap penting untuk dimasukkan dalam model multivariat adalah variabel riwayat penyakit infeksi, karena menurut UNICEF (2013) variabel ini secara langsung berpengaruh terhadap status gizi balita.

5.3.2. Pembuatan model

Tahap selanjutnya dalam uji multivariat adalah melakukan pemodelan pada variabel yang menjadi kandidat pemodelan. Pemodelan ini ditujukan untuk menentukan variabel yang masuk dalam analisis regresi logistik, dipilih berdasarkan hasil p value dan variabel yang dianggap penting (Hastono, 2007). Metode yang digunakan pada analisis multivariat ini menggunakan metode backward, yaitu secara otomatis software akan memasukkan semua variabel yang terseleksi untuk dimasukkan ke dalam multivariat dan secara bertahap variabel yang tidak berpengaruh akan dikeluarkan dari analisis. Poses akan berhenti setelah tidak ada lagi variabel yang dapat dikeluarkan dari analisis (Dahlan, 2011). Variabel

Universitas Indonesia yang masuk dalam pemodelan multivariat meliputi usia balita, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu terkait status gizi, pola pengasuhan keluarga terkait gizi dan riwayat penyakit infeksi.

Pemodelan multivariat regresi logistik, tertera pada tabel 5.22 berikut ini.

Tabel 5.22

Pemodelan multivariat regresi logistik

Berdasarkan tabel 5.22 di atas, pada langkah 1 dapat dilihat bahwa variabel yang dimasukkan dalam pemodelan 1 adalah usia balita, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu terkait status gizi, pola pengasuhan keluarga terkait gizi dan riwayat penyakit infeksi. Selanjutnya langkah analisis secara otomatis berlanjut ke langkah 2, software mengeluarkan variabel riwayat penyakit infeksi secara otomatis dari pemodelan karena variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap status gizi balita. Secara otomatis metode backward akan mengeliminasi variabel yang tidak berpengaruh. Proses berhenti pada langkah 2, yang menunjukkan tidak ada lagi variabel yang dapat dikeluarkan dari analisis.

Variabel B

(koefisien)

P value OR (CI 95%)

Langkah 1 Usia balita 2,234 0,001 10,218

(2,519-41,451) Riwayat pemberian ASI 2,201 0,002 9,035

(2,284-35,742)

Asupan makanan 2,493 0,000 12,101

(3,499-41,855) Persepsi ibu terkait status

gizi

1,576 0,023 4,834

(1,246-18,755) Pola pengasuhan keluarga

terkait gizi 1,100 0,092 3,005 (0,834-10,832) Penyakit infeksi -0,328 0,610 0,720 (0,204-2,538) Constanta -6,851 0,000 0,001

Langkah 2 Usia balita 2,406 0,001 11,093

(2,804-43,883) Riwayat pemberian ASI 2,259 0,001 9,572

(2,439-37,576)

Asupan makanan 2,479 0,000 11,927

(3,467-41,029) Persepsi ibu terkait status

gizi

1,530 0,024 4,619

(1,220-17,487) Pola pengasuhan keluarga

terkait gizi

1,126 0,084 3,082

(0,861-11,030)

Universitas Indonesia Variabel yang ada pada pemodelan langkah terakhir (langkah 2) yaitu variabel usia, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu terkait status gizi dan pola pengasuhan keluarga terkait gizi.

5.3.3. Uji interaksi

Uji interaksi dilakukan pada variabel yang diprediksi terdapat interaksi, apabila memang tidak ada tidak perlu dilakukan uji interaksi. Uji interkasi bertujuan untuk melihat apakah variabel independen tersebut berkaitan satu sama lain dan memiliki efek bersama dengan variabel dependen ataukah memiliki efek terpisah untuk masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Hastono, 2007).

Tabel 5.23

Analisis uji interaksi variabel usia, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu terkait status gizi dan pola pengasuhan terkait gizi (Omnibus tests)

Variabel Omnibus

test

Chi square df Sig (p value) Usia*riwayat pemberian asi*asupan

makanan*persepsi ibu terkait status gizi*pola pengasuhan keluarga terkait gizi

Step 0,582 1 0,445

Berdasarkan tabel 5.23 menunjukkan hasil uji interaksi menunjukkan p value sebesar 0,445 atau di atas 0,05. Hal ini berarti variabel usia balita, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu terkait status gizi dan pola pengasuhan keluarga terkait gizi tidak ada saling interaksi, dan memiliki efek terpisah (masing-masing variabel tersebut) dalam pengaruhnya terhadap variabel status gizi balita. Dengan demikian pemodelan telah selesai dilakukan. Model yang valid adalah model tanpa interaksi (Hastono, 2007).

5.3.4. Model terakhir

Model terakhir adalah hasil akhir analisis multivariat regresi logistik berdasarkan seleksi variabel sampai tidak ada lagi variabel yang tidak bisa dikeluarkan. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2.

Universitas Indonesia

Tabel 5.24

Hasil akhir analisis multivariat regresi logistik

Variabel B

(koefisien)

P value OR (CI 95%)

Usia balita 2,406 0,001 11,093

(2,804-43,883)

Riwayat pemberian ASI 2,259 0,001 9,572

(2,439-37,576)

Asupan makanan 2,479 0,000 11,927

(3,467-41,029) Persepsi ibu terkait status gizi 1,530 0,024 4,619

(1,220-17,487) Pola pengasuhan keluarga terkait

gizi

1,126 0,084 3,082

(0,861-11,030)

Constanta -7,126 0,000 0,001

Berdasarkan tabel 5.24 dapat dilihat bahwa variabel yang berpengaruh terhadap status gizi balita adalah variabel usia balita, riwayat pemberian ASI, asupan makanan, persepsi ibu terkait status gizi dan pola pengasuhan keluarga terkait gizi. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan nilai OR yang paling tinggi adalah pada variabel asupan makanan (OR=11,927), hal ini menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap status gizi balita adalah asupan makanan balita. Balita dengan asupan makanan yang kurang, berpeluang 11,9 kali lebih besar untuk mendapatkan status gizi kurang dibandingkan dengan balita yang mendapatkan asupan makanan yang baik.

Berdasarkan tabel 5.24 dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Status gizi balita= -7,126 + 2,406 (usia balita) + 2,259 (riwayat pemberian ASI) + 2,479 (asupan makanan) + 1,530 (persepsi ibu terkait status gizi) + 1,126 (pola pengasuhan keluarga terkait gizi

Universitas Indonesia BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan hasil penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo1, Kulon Progo, Yogyakarta berdasarkan hasil penelitian dibandingkan dengan teori dan riset sebelumnya. Bagian ini juga akan membahas tentang keterbatasan penelitian, implikasi hasil penelitian bagi pelayanan keperawatan dan juga perkembangan ilmu keperawatan.

6.1.Interpretasi hasil penelitian