• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

4.4. Etika Penelitian

Pertimbangan etik penelitian diperlukan untuk melindungi hak partisipan, terutama jika penelitian dilakukan terhadap kelompok rentan seperti anak-anak, lanjut usia, pasien gangguan jiwa maupun keluarganya, oleh karena itu peneliti harus sensitif saat bekerja dengan kelompok ini. Etika penelitian yaitu kebebasan responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak terlibat dalam penelitian, memberikan keleluasaan pribadi untuk menjaga kerahasiaan baik identitas maupun informasi yang diberikan, menjaga responden dari ketidaknyamanan fisik maupun psikologis (Polit & Hungler, 2006). Adapun prinsip etik, aplikasinya dalam penelitian ini, isu etik yang mungkin muncul serta bagaimana cara meminimalkan resiko adalah sebagai berikut;

4.4.1. Menghargai harkat dan martabat manusia (respect of human dignity) Prinsip ini mencakup hak responden untuk menentukan nasib sendiri (the right of self determination) dan hak untuk mengutarakan pendapat secara penuh (right to full disclosure) (Polit & Beck, 2012). Hak untuk menentukan nasib sendiri adalah bahwa setiap responden berhak untuk memutuskan apakah akan berpartisipasi dalam penelitian atau tidak, tanpa adanya resiko yang merugikan (Burn & Grove, 2009). Responden berhak memutuskan secara mandiri untuk mengakhiri keikutsertaan dalam penelitian dan menolak untuk memberikan informasi. Responden juga diberikan kebebasan untuk memberikan informasi secara sukarela atau tidak memberikan terkait hal-hal yang membutuhkan pengungkapan penuh (Polit & Beck, 2012).

Universitas Indonesia Peneliti menghargai harkat dan martabat manusia dengan memberikan kebebasan kepada responden untuk menolak atau bersedia mengikuti penelitian, termasuk apabila di tengah-tengah jalannya penelitian, responden mengundurkan diri dengan alasan ketidaknyamanan. Responden berhak secara penuh untuk menolak dan mengundurkan diri selama penelitian akan tetapi dalam hal ini peneliti perlu mempertimbangkan ketercukupan jumlah responden untuk bisa merepresentasikan populasi. Oleh karena itu hal ini dapat diminimalisasi dengan cara membina hubungan saling percaya dengan calon responden, dan menjelaskan dengan detail mengenai tujuan, manfaat, prosedur, resiko, dan keuntungan mengikuti penelitian ini yang dijelaskan secara langsung maupun secara tertulis pada lembaran informed consent. Pada saat pengambilan sampel, tidak ada calon responden yang menolak untuk mengikuti penelitian, setelah sebelumnya peneliti memberikan informasi mengenai manfaat, prosedur serta resiko yang ada ketika mengikuti penelitian ini. Pada penelitian ini juga tidak responden yang drop out dari jalannya penelitian.

4.4.2. Kemanfaatan (beneficence) dan non Maleficence

Penelitian yang dilakukan harus bisa memberikan dampak yang positif bagi responden, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini perlu dijelaskan secara rinci sebelum informed consent (Polit & Beck, 2012). Aplikasi prinsip etik ini adalah peneliti menjelaskan secara rinci bahwasanya penelitian ini memberikan manfaat untuk keluarga, yaitu keluarga dapat mengetahui status gizi anak balitanya. Selanjutnya, peneliti juga menjelaskan bahwa secara tidak langsung penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pelayanan keperawatan untuk balita terutama terkait status gizi balita.

Prinsip etik non maleficence adalah responden berhak terbebas dari kemungkinan bahaya (freedom from harm) dari prosedur penelitian, baik secara fisik (kemungkinan adanya cidera) dan psikologis, eksploitasi serta menjamin bahwa manfaat dari penelitian ini lebih besar dari risiko yang mungkin ditimbulkan (Polit & Beck, 2012). Kemungkinan resiko yang muncul berkaitan dengan prinsip etik

Universitas Indonesia ini adalah kelelahan responden dalam mengisi sejumlah kuesioner yang diberikan oleh peneliti, karena variabel yang diteliti pada penelitian banyak, sehingga jumlah item pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data juga banyak.

Upaya untuk meminimalkan resiko ini adalah dengan memberikan kesempatan kepada responden untuk beristirahat sejenak apabila responden merasa lelah atau tidak nyaman saat dilakukannya pengumpulan data atau pengisian kuesioner. Aplikasi prinsip etik ini yang telah dilakukan oleh peneliti adalah peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk membawa pulang kuesioner selama 2 hari, setelah sebelumnya peneliti memberikan penjelasan cara pengisian kuesioner yang benar. Responden diberikan kesempatan waktu setiap saat untuk mengisi kuesioner sesuai dengan kepemilikan waktu yang dimiliki oleh responden, sehingga responden tidak tergesa-gesa dan bisa mendapatkan jeda waktu yang cukup untuk istirahat bila kelelahan mengisi kuesioner.

Peneliti juga memberitahukan kepada orang tua balita, bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan bahaya bagi balita, akan tetapi justru dengan mengikuti penelitian ini, keluarga dapat mengetahui kondisi status gizi balitanya. Untuk mengetahui kondisi status gizi, sebelumnya peneliti mengukur berat badan balita. Beberapa balita mempunyai ketakutan terhadap metode pengukuran BB menggunakan timbangan dacin, oleh karena itu, untuk menghindari ketakutan dan cedera akibat penolakan saat melakukan pengukuran BB, peneliti menggunakan timbangan digital.

4.4.3. Keadilan (Justice)

Prinsip etik ini mengacu pada kewajiban etik untuk memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi yang otonom) dengan perlakuan yang sama, dengan moral yang benar dan layak untuk memperoleh haknya (KNEPK, 2005). Setiap responden dalam penelitian berhak atas perlakuan yang adil (the right of fair treatment) yaitu mendapatkan perlakuan yang adil sebelum, selama dan setelah penelitian (Polit & Beck, 2012). Hal ini dapat diwujudkan melalui tidak adanya tindakan diskriminasi

Universitas Indonesia saat dilakukannya pemilihan sampel. Responden juga berhak mendapatkan perlakuan yang sopan ketika dilakukannya penelitian. Responden dalam penelitian ini dipilih secara acak, sehingga setiap responden memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden pada penelitian. Aplikasi prinsip keadilan ini juga dilakukan oleh peneliti pada saat pengambilan responden. Peneliti melakukannya dengan menimbang BB balita dan mengukur status gizinya secara keseluruhan di masing-masing posyandu, baru kemudian peneliti memilih responden sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Balita yang memenuhi kriteria tersebut kemudian dimasukkan dalam daftar dan dilakukan sistem kocok untuk memperoleh jumlah responden sesuai yang diinginkan peneliti. Jadi balita dan ibu balita tidak merasa tersisihkan, karena mengetahui jalannya proses pemilihan sampel.

Prinsip etik justice juga mencakup aspek privasi, bahwasanya tiap responden memiliki hak atas privasi (the right of privacy). Isu etik yang dihadapi adalah masalah gizi pada balita merupakan masalah yang sensitif di kalangan masyarakat, di mana beberapa orang tua merasakan malu apabila anaknya mengalami gizi kurang, hal ini dapat minimalkan peneliti dengan membina hubungan saling percaya terlebih dahulu dan memberikan informasi dengan jelas bahwasanya data yang diperoleh dari responden betul-betul di jaga kerahasiaannya.

Prinsip ini diaplikasikan peneliti dengan menjaga kerahasiaan (confidentiality) data dan tanpa membubuhkan nama asli responden di kuesioner yang diisi responden (anonimity). Data yang diperoleh dari responden dijaga kerahasiaannya oleh peneliti, dan informasi tersebut hanya diketahui oleh peneliti, dengan cara mencantumkan kode pada kuesioner yang dikumpulkan. Jaminan akan hak anonymity dan confidentiality membuat responden lebih terbuka dan nyaman dalam mengisi kuisioner.

Pada saat dilakukan pengambilan data, peneliti mendapatkan balita dengan gizi kurang dan gizi buruk. Guna menghindari rasa ketidakpercayaan dan perasaan tersinggung pada keluarga balita, peneliti kemudian melakukan pendekatan

Universitas Indonesia kepada keluarga balita, menjelaskan maksud dan tujuan, resiko dan prosedur penelitian, dan menjelaskan kepada responden bahwasanya data yang diperoleh dari keluarga balita akan dirahasiakan, hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa data yang diperoleh tidak akan disebarluaskan kepada orang lain atau keluarga balita yang lain.

4.4.4. Persetujuan sebagai responden penelitian (Informed consent)

Informed consent memiliki makna bahwa responden memiliki informasi yang cukup mengenai penelitian ini, mampu memahami informasi, memiliki kebebasan untuk memilih, sehingga memungkinkan responden untuk menyetujui atau tidak berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian (Polit & Beck, 2012).

Isu etik yang berkaitan dengan keikutsertaan anak (balita) dalam penelitian adalah terkait pengambilan keputusan untuk mengikuti jalannya penelitian (Burn & Grove, 2009). Balita merupakan kelompok at risk yang secara fisik dan mental, belum bisa melakukan penilaian yang baik terhadap informasi yang diberikan dan secara legal etikpun seorang anak tidak berkompeten untuk menyetujui informed consent. Upaya untuk meminimalkan resiko pada penelitian ini adalah informed consent diberikan kepada orang tua atau wali yang ditunjuk. Aplikasi prinsip etik ini yang sudah dilakukan oleh peneliti adalah saat pengambilan sampel, sebelumnya peneliti menjelaskan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian. Dari penjelasan tersebut, responden (orang tua balita) diminta mempertimbangkan dan memutuskan sendiri apakah dirinya bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian dan memutuskan apakah balitanya diperbolehkan mengikuti penelitian atau tidak. Setelah responden mengetahui seluruh rangkaian kegiatan penelitian yang akan dilakukan, responden yang setuju untuk mengikuti penelitian diminta untuk menandatangi lembar informed consent.

4.5. Pengumpulan Data