• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usia balita merupakan kelompok usia yang beresiko mengalami masalah kesehatan khususnya masalah gizi. Berdasarkan data prevalensi gizi kurang sampai dengan buruk di tingkat dunia sampai dengan wilayah, angka kejadian masalah ini masih tergolong tinggi dan tidak mengalami penurunan secara bermakna. Berdasarkan data WHO (2013), jumlah penderita kurang gizi di

Universitas Indonesia dunia mencapai 104 juta anak, dan keadaan kurang gizi ini menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab kematian anak di seluruh dunia. WHO memperkirakan sebanyak 54% kematian anak di dunia disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk.

Di Indonesia, gizi buruk menyebabkan lebih dari 80% kematian pada anak (WHO, 2011). Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi balita dengan berat kurang (under weight) berdasarkan indikator BB/U adalah berjumlah 19,6% yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% balita dengan gizi kurang. Salah satu wilayah yang masih memiliki prevalensi gizi kurang yang tinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 8,45%, sedangkan prevalensi balita dengan status gizi buruk sebesar 0,56 % pada tahun 2012 (Dinkes DIY, 2013). Salah satu kabupaten di wilayah tersebut yang masih memiliki kasus gizi kurang-buruk adalah Kabupaten Kulon Progo dengan angka kejadian gizi buruk tertinggi ada di wilayah Puskesmas Sentolo 1. Jumlah kasus gizi buruk yang terdeteksi adalah sebanyak 18 kasus dan gizi kurang sebanyak 10,13% (Dinkes Kab. Kulon Progo, 2014).

Kondisi gizi kurang sampai dengan buruk disebabkan oleh banyak faktor yaitu asupan makan, penyakit infeksi, pemberian ASI ekslusif, pola asuh keluarga terkait gizi, jumlah anggota keluarga, pelayanan kesehatan, pendidikan, persepsi ibu terkait gizi, status ekonomi dan budaya (UNICEF, 2013). Upaya penanganan masalah gizi kurang telah dilakukan oleh pemerintah dan juga puskesmas baik upaya promotif, preventif dan rehabilitatif melalui berbagai program yang telah dicanangkan akan tetapi belum memberikan hasil yang signifikan.

Perlunya digali kembali hal-hal yang berpengaruh terhadap status gizi balita khususnya di wilayah Puskesmas Sentolo 1, mengingat jumlah kasus gizi kurang dan gizi buruk yang masih tinggi. Karakteristik penduduk wilayah Puskesmas Sentolo 1 yaitu dengan kondisi pendidikan dan sosioekonomi rendah sampai dengan menengah, kurangnya pemanfaatan pelayanan

Universitas Indonesia kesehatan dasar, berbagai keyakinan budaya dan persepsi yang diyakini masyarakat terkait gizi, adanya penyakit infeksi yang diderita balita, jumlah anggota keluarga yang besar, asupan makanan yang kurang beraneka ragam, pola asuh keluarga terkait gizi yang kurang tepat dan pemberian ASI yang tidak dilakukan secara ekslusif dimungkinkan memiliki kontribusi terhadap kondisi status gizi balita. Penelusuran terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan status gizi balita di wilayah ini, diharapkan dapat menjadi dasar dalam penatalaksanaan kasus gizi kurang sampai dengan buruk secara efektif dan efisien.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo, Yogyakarta. Oleh karena itu dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu “Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo, Yogyakarta?”

1.3. Tujuan

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu: 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo, Yogyakarta.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi: 1.3.2.1. Karakteristik balita meliputi jenis kelamin, usia, riwayat

pemberian ASI ekslusif dan riwayat penyakit infeksi di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.2. Karakteristik keluarga meliputi pendidikan ibu, status ekonomi, dan jumlah anggota keluarga, pada keluarga dengan balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.3. Status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

Universitas Indonesia 1.3.2.4. Asupan makanan balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon

Progo Yogyakarta.

1.3.2.5. Persepsi ibu terkait status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.6. Pola pengasuhan keluarga terkait gizi pada balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.7. Pelayanan kesehatan yang diterima keluarga dengan balita wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.8. Budaya yang dianut keluarga terkait gizi, pada keluarga dengan balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta. 1.3.2.9. Hubungan usia dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas

Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta

1.3.2.10.Hubungan jenis kelamin dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta

1.3.2.11.Hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta. 1.3.2.12.Hubungan faktor penyakit infeksi dengan status gizi balita di

wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.13.Hubungan faktor asupan makanan dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.14.Hubungan faktor pendidikan ibu status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.15.Hubungan faktor persepsi ibu terkait status gizi balita dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.16.Hubungan faktor status ekonomi keluarga dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta. 1.3.2.17.Hubungan faktor jumlah anggota keluarga dengan status gizi

balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta. 1.3.2.18.Hubungan faktor pola pengasuhan keluarga terkait gizi dengan

status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

Universitas Indonesia 1.3.2.19.Hubungan faktor pelayanan kesehatan dengan status gizi balita di

wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.20.Hubungan faktor budaya dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.3.2.21.Faktor dominan yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo Yogyakarta.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai dasar pertimbangan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga terkait gizi pada balita serta menambah wawasan bagi perawat komunitas ataupun tenaga kesehatan yang bekerja di masyarakat dalam melakukan tata laksana masalah gizi pada balita. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah meliputi:

1.4.1. Bagi Keluarga Balita

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita, sehingga keluarga dapat mencegah terjadinya kasus gizi kurang sampai dengan buruk pada balita, dan mampu mengambil keputusan untuk melakukan perawatan.

1.4.2. Bagi Puskesmas Sentolo 1

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak Puskesmas mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan mengenai upaya penatalaksanaan masalah gizi kurang dan buruk secara lebih efektif dan efisien.

1.4.3. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan khususnya perawat komunitas yang melakukan perawatan pada balita khususnya terkait masalah gizi balita, mengenai faktor-faktor yang

Universitas Indonesia mempengaruhi status gizi balita, sehingga dapat menentukan langkah-langkah strategis dalam meningkatkan dan memperbaiki status gizi balita.

1.4.4. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber-sumber data dasar untuk mengembangkan konsep maupun teori keperawatan komunitas dalam tata laksana masalah gizi balita. Pengembangan model ini dapat dimanfaatkan dalam proses asuhan keperawatan komunitas dengan populasi balita dengan gizi kurang dan gizi buruk sehingga diharapkan akan memberikan dampak terhadap pengembangan keilmuwan keperawatan komunitas dan pemecahan kasus gizi kurang dan buruk pada balita di masyarakat.

Universitas Indonesia BAB II