• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

6.1. Interpretasi hasil penelitian 1.Karakteristik balita

6.1.17. Hubungan persepsi ibu dengan status gizi balita

Konsep persepsi pada penelitian ini, didasarkan pada teori Health Belief Model. Subvariabel persepsi yang akan dibahas adalah persepsi keseriusan, persepsi kerentanan, persepsi manfaat dan hambatan untuk bertindak. Hasil analisis menunjukkan ibu yang memiliki persepsi yang kurang baik terhadap status gizi, lebih banyak memiliki balita dengan status gizi kurang dibandingkan dengan ibu yang memiliki persepsi baik terhadap status gizi.

Hasil analisis tiap item soal pada kuesioner mengenai persepsi keseiusan ibu terkait status gizi balita menunjukkan bahwa sebanyak 58,7 % ibu setuju bahwa anak balita yang kurus adalah hal yang wajar selama anak masih aktif. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separo ibu balita kurang merasakan keseriusan masalah gizi kurang pada balita. Berdasarkan konsep Health Belief Model, persepsi keseriusan seseorang akan mempengaruhi tindakan seseorang dalam melakukan upaya pencegahan. Tindakan untuk pencegahan dan pencarian pengobatan akan didorong oleh keseriusan penyakit yang dirasakan individu atau masyarakat (Rosenstock, 2005).

Rosenstock dalam konsep HBM mengemukakan bahwa persepsi keseriusan suatu masalah merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita. Persepsi orang tua yang salah mengenai status nutrisi balitanya akan berpengaruh terhadap perilaku ibu untuk menjaga kondisi berat badan anak sesuai dengan batas normalnya. Penelitian yang dilakukan oleh Lundahl, Katherine, Kidwell dan Nelson (2014) bahwa 1 dari 7 orang tua memiliki persepsi yang salah terhadap kondisi berat badan balitanya, kondisi ini mempengaruhi perilaku orang tua dalam menjaga kondisi berat badan balita dalam batas normal. Menurut Maryani (2012), semakin individu mempersepsikan suatu penyakit yang dialaminya semakin buruk, individu tersebut akan merasakan bahwa hal tersebut merupakan suatu ancaman dan

Universitas Indonesia perlu diambil tindakan preventif. Ibu yang merasakan kondisi gizi kurang pada anak adalah merupakan hal yang serius, akan merasakan bahwa kondisi ini akan mengancam kesehatan anak, sehingga akan melakukan upaya pencegahan.

Hasil analisis pada item persepsi ibu terkait kerentanan status gizi balita menunjukkan bahwa sebanyak 30,3% ibu tidak setuju bahwa usia balita rentan mengalami masalah gizi kurang atau buruk dan sebanyak 29,7% ibu tidak setuju bahwa balita yang sering sakit demam, batuk, panas atau diare yang berlangsung lama akan rentan mengalami kurang gizi. Hal ini menunjukkan sepertiga dari ibu balita, memiliki persepsi kerentanan yang kurang terkait status gizi balita. Penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2014) menunjukkan bahwa persepsi kerentanan ibu terhadap status gizi balita memiliki hubungan yang signifikan dengan kondisi status gizi balita. Persepsi kerentanan yang dirasakan adalah mengacu pada kemampuan sesorang mengenali resiko untuk mendapatkan suatu masalah kesehatan. Seseorang akan melakukan tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit apabila orang tersebut merasakan kerentanan terhadap penyakit tersebut (Glandz, K & Barbara, 2008).

Persepsi kerentanan dalam konteks masalah gizi pada balita adalah kerentanan yang dirasakan, mencakup seberapa besar kemungkinan balita untuk mendapatkan masalah gizi kurang dan bagaimana persepsi kerentanan yang dimiliki ibu terhadap permasalahan gizi kurang pada balita. Ibu yang menyadari kondisi kerentanan terhadap kondisi gizi kurang pada balita, akan terdorong untuk melakukan upaya pemenuhan gizi seimbang untuk balitanya, melakukan penimbangan balitanya tiap bulan ke posyandu atau puskesmas untuk memantau status gizi balitanya dan mencegah terjadinya gizi kurang pada balitanya. Persepsi kerentanan terhadap balita untuk mendapatkan gizi kurang akan mempengaruhi tindakan ibu atau keluarga dalam melakukan tindakan pencegahan maupun pencarian pengobatan (Hayati, 2014).

Universitas Indonesia Hasil penelitian mengenai persepsi terhadap manfaat untuk bertindak menunjukkan bahwa 94,2% ibu setuju bahwa memberikan makanan bergizi dan beraneka ragam dapat mencegah terjadinya gizi kurang pada anak. Sebanyak 92,2% setuju bahwa bahwa melakukan penimbangan balita setiap bulan akan bermanfaat untuk mencegah terjadinya gizi kurang pada anak dan 80,7% ibu setuju bahwa memberikan imunisasi yang lengkap pada anak akan bermanfaat untuk mencegah terjadinya gizi kurang pada anak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita memiliki persepsi yang positip terhadap upaya pencegahan tarhadap masalah yang berkaitan dengan status gizi balita. Rosenstock dalam konsep Health belief Model mengemukakan bahwa persepsi mengenai manfaat adalah keyakinan seseorang bahwasanya manfaat dari perilaku yang direkomendasikan akan lebih besar dibandingkan dari hambatan yang diterima. Manfaat yang dirasakan berhubungan dengan persepsi individu tentang kemanjuran suatu tindakan yang disarankan dalam mengurangi resiko (Rosenstock, 2005).

Hasil analisis pada item persepsi khususnya terkait persepsi terhadap hambatan melakukan upaya pencegahan menunjukkan bahwa 94,9% ibu tidak setuju bahwa memberikan makanan yang beraneka ragam pada balita akan memberatkan kondisi keuangan keluarga dan sebanyak 98,7% ibu tidak setuju bahwa anak balita yang sehat dan gemuk tidak perlu dibawa ke posyandu, karena hanya membuang waktu saja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita tidak merasakan adanya hambatan terhadap upaya pencegahan masalah terkait status gizi balita. Individu tidak mengubah perilaku kesehatan karena merasa bahwa melakukan tindakan tersebut akan menimbulkan kesulitan baik secara fisik, psikologis atau sosial (Rosenstock, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2014), bahwa responden yang memiliki pengetahuan cukup akan memiliki persepsi yang cukup terkait manfaat dan hambatan suatu tindakan. Terdapat hubungan persepsi manfaat dan hambatan orang tua dengan status gizi balita.

Universitas Indonesia Hasil analisis terhadap total variabel persepsi ibu balita terhadap status gizi balita menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi ibu terkait status gizi dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo, Yogyakarta (p value=0,017). Ibu dengan persepsi yang kurang baik terhadap status gizi berpeluang 3,7 kali lebih besar memiliki balita gizi kurang dibanding ibu dengan persepsi yang baik terkait status gizi (OR=3,742). Persepsi orang tua yang merasakan bahwa kondisi gizi kurang pada balita itu merupakan kondisi rentan dan serius yang berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi balita, akan melakukan tindakan pencegahan ataupun pencarian pengobatan apabila orang tua tersebut memiliki persepsi yang kuat terhadap manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil dibandingkan persepsi hambatan yang akan dihadapi. Orang tua yang memiliki persepsi manfaat yang kuat terhadap manfaat tindakan pencegahan gizi kurang, akan selalu membawa balitanya ke posyandu atau puskesmas untuk melakukan kontrol status gizi anak balitanya ke pelayanan kesehatan, memberikan asupan makanan yang baik, dan melakukan pola asuh nutrisi yang baik (Hayati, 2014).

Ibu balita yang kurang merasakan kerentanan kondisi status gizi balita dan kurang merasakan keseriusan mengenai masalah yang berkaitan dengan status gizi misalnya kejadian gizi kurang atau gizi buruk, cenderung menganggap bahwa status gizi anak tidak terganggu selama anak masih aktif. Ibu akan cenderung tidak melakukan upaya pencegahan seperti melakukan penimbangan tiap bulan ke posyandu, karena merasa balitanya tersebut sehat dan tidak beresiko mengalami masalah gizi. Persepsi keseriusan dan kerentanan akan meningkat jika ibu mengetahui dampak yang terjadi apabila anak mengalami masalah gizi. Setelah ibu mengetahui dampaknya, kemudian merasa balitanya dalam kondisi rentan dan serius, ibu akan terdorong untuk melakukan upaya pencegahan. Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi yang adekuat supaya bisa menstimulus persepsi yang baik terhadap kondisi status gizi balita.

Universitas Indonesia Peran perawat komunitas sangat dibutuhkan untuk memberikan bekal pengetahuan kepada keluarga balita mengenai status gizi balita, supaya dapat merubah persepsi ibu yang masih kurang baik terhadap status gizi balita. Terutama pada penelitian ini adalah mengenai persepsi keseriusan dan kerentanan balita mengalami gizi kurang. Keluarga bisa diberikan informasi mengenai dampak terjadinya gizi kurang untuk meningkatkan persepsi keseriusan dan kerentanan pada status gizi balita.

6.1.18.Hubungan pola pengasuhan keluarga terkait gizi dan status gizi balita