TINJAUAN PUSTAKA
2.5. Peran perawat terkait masalah gizi kurang pada balita
Menurut Pender (2002), perawat komunitas memiliki peran dalam mengatasi masalah gizi dimana seorang perawat harus mampu memberikan motivasi kepada klien dan masyarakat untuk dapat merubah perilaku dalam pemenuhan gizi, berusaha memfasilitasi klien dalam merubah serta menghilangkan perilaku negatif dalam hal pemenuhan gizi. Peran perawat komunitas meliputi: care provider, nurse educator and councelor, role model, client advocate, case manager, collaborator, case finder, change agent and leader (Helvie, 1998).
2.5.1. Care Provider
Perawat komunitas sebagai care provider memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan pencegahan pada level primer, sekuder, dan tersier dan melalui pendekatan epidemiologi. Tujuan asuhan keperawatan komunitas adalah memberikan asuhan secara paripurna dan efektif dengan metode asuhan keperawatan yang bersifat sistematis, dinamis dan berkesinambungan dalam memecahkan masalah klien, keluarga, kelompok dan komunitas melalui langkah-langkah pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan (Helvie, 1998).
Level pencegahan primer pada asuhan keperawatan komunitas digunakan untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk mendukung garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & McFarlane, 2011). Bentuk pencegahan primer ditujukan pada kelompok balita yang dalam kondisi sehat, dalam kondisi ini adalah balita yang belum mengalami gizi kurang. Pencegahan pada tingkat ini bisa dilakukan dengan melalui promosi kesehatan yaitu dengan mengkampanyekan mengenai pentingnya gizi seimbang pada balita, memberikan pendidikan kesehatan mengenai teknik pemberian makanan yang baik untuk balita
Universitas Indonesia dan pendidikan kesehatan mengenai gizi kurang pada balita, pemberian suplemen vitamin A pada balita dan ibu hamil.
Bentuk pencegahan sekunder dilakukan pada balita yang sudah mengalami gizi kurang, dilakukan dengan cara memberikan asuhan keperawatan langsung pada pasien balita gizi kurang, melakukan tata laksana terhadap penyakit infeksi yang berkaitan dengan gizi kurang, dan pemberian suplemen gizi. Bentuk pencegahan tersier adalah dilakukan dengan melakukan rehabilitasi pada pasien pasca gizi kurang, pencegahan terjadinya komplikasi dan penurunan kondisi kesehatan dan melalukan upaya pencegahan supaya tidak terjadi kekambuhan kembali.
Perawat melakukan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan pada masalah gizi kurang berdasarkan pengkajian yang komprehensif. Hasil pengkajian inilah yang menjadi dasar dalam penentuan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah yang ditemukan. Fokus intervensi pada masalah gizi pada balita adalah membantu anak maupun keluarga dalam meningkatkan status gizi yang optimal (Sulistyawati, 2011).
2.5.2. Nurse educator and counselor
Perawat komunitas berperan dalam mengajarkan tindakan mengenai pencegahan sakit, pemulihan kesehatan, meyusun program health education dan memberikan informasi dengan tepat tekait kesehatan. Perawat memberikan informasi kepada klien yang dapat membatu klien dalam memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk kesehatan klien dengan mempertahankan hak otonomi klien. Perawat mengkaji kebutuhan dan motivasi klien untuk belajar, menyusun metode pembelajaran, dan kemudian mengimplementasikannya (Helvie, 1998).
Peran perawat sebagai pendidik dan konselor dapat diwujudkan melalui pendidikan kesehatan dan konseling terkait gizi pada balita. Misalnya penyebarluasan informasi mengenai pencegahan dan penanganan masalah gizi kurang pada balita dengan menggunakan media efektif terpilih dan konseling kesehatan terkait gizi pada keluarga dengan balita. Pendidikan kesehatan juga
Universitas Indonesia meliputi keamanan makanan yang dikonsumsi balita, cara memilih makanan yang sehat dan bergizi, pemberian ASI ekslusif, pemberian MP-ASI, dan gizi seimbang.
2.5.3. Role model
Perilaku yang ditampilkan perawat dapat dijadikan sebagai panutan orang lain khususnya masyarakat dan tenaga kesehatan lain (Helvie, 1998). Panutan ini digunakan pada semua level pencegahan sebagai contoh di sini adalah perilaku hidup bersih dan sehatnya (PHBS). Kondisi gizi kurang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan, sanitasi dan praktek kebersihan diri. Oleh karena itu perawat, dalam tatanan individu, kelompok dan masyarakat harus bisa menampilkan perilaku yang baik khususnya dalam pencegahan gizi kurang, misalnya dalam memberikan asupan makanan untuk anak balitanya, melakukan PHBS yang baik, memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik, dan menciptakan kondisi lingkungan yang baik untuk mendukung status nutrisi pada balita.
2.5.4. Client Advocate
Advocacy adalah memberikan dukungan kepada klien untuk mendapatkan hak untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya sendiri (right of self-determination). Advokasi dapat dilakukan dalam lingkup individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Perawat merupakan tempat bertanya bagi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan, perawat dapat memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi (Helvie, 1998). Dalam kasus balita gizi kurang, perawat berperan membantu pasien dan keluarga dengan balita gizi kurang dengan memberikan gambaran dan alternatif solusi dalam memecahkan masalah terkait gizi kurang. Keputusan diambil oleh klien berdasarkan pertimbangan klien atas solusi yang telah digambarkan, di mana klien atau keluarga balita dengan gizi kurang dapat menentukan sendiri tindakan yang terbaik untuk kesehatan balitanya.
Universitas Indonesia 2.5.5. Case Manager
Case manager menurut ANA Council on Community Health Nursing adalah suatu proses pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menyediakan kualitas pelayanan kesehatan, mengurangi fragmentasi, mempertahankan kualitas hidup klien dan memperhatikan efektifitas biaya. Peran ini meliputi aspek klinik, managerial, dan finansial (ANA, 1991 dalam Helvie, 1998). Peran perawat sebagai case manager dalam kasus balita gizi kurang adalah secara klinik perawat melakukan asuhan keperawatan pada balita secara komprehensif. Secara manajerial, perawat melakukan koordinasi semua aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan dan pemberian pelayanan kesehatan pada balita dengan gizi kurang supaya asuhan keperawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan paripurna. Secara aspek finansial, perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada balita gizi kurang harus memperhatikan sumber daya keuangan misalnya dalam keluarga balita sehingga pelayanan kesehatan dapat bersifat adekuat dan efektif terkait biaya.
2.5.6. Collaborator
Kolaborasi adalah suatu proses membuat keputusan dengan orang lain dalam tahapan proses keperawatan. Kolaborasi dapat dilaksanakan bersama dengan klien, keluarga, tenaga kesehatan lain, dan community workers seperti polisi, pelayanan sosial dan pemerintahan (Helvie, 1998). Perawat komunitas berperan dalam mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan terkait dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lain dan pihak terkait sehingga pelayanan yang diberikan merupakan kegiatan yang menyeluruh.
Peran kolaborasi bagi perawat komunitas juga diwujudkan dalam bentuk koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang diterima oleh keluarga, dan bekerjasama dengan keluarga dalam perencanaan asuhan keperawatan. Perawat juga berperan sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan menjalankan supervisi terhadap asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh anggota tim. Perawat komunitas sebagai anggota tim kesehatan selalu melakukan
Universitas Indonesia kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan melakukan koordinasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada masalah gizi kurang pada balita.
2.5.7. Case Finder
Perawat sebagai case finder adalah peran perawat untuk menemukan klien yang membutuhkan pelayanan kesehatan (Helvie, 1998). Peran case finder dalam kasus gizi kurang yaitu menemukan kasus gizi kurang pada balita sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tatalaksana sebelum berlanjut menjadi gizi buruk atau memberikan dampak yang lebih buruk bagi balita. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan skrining pada status gizi balita.
Perawat komunitas juga melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi atau trend terkait masalah gizi kurang yang terjadi pada balita. Sistem monitoring ini dilakukan dalam level individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kunjungan rumah, pertemua, observasi dan pengumpulan data.
2.6.Teori Health Belief Model dan kaitannya dengan gizi kurang pada balita