• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

6.3. Implikasi hasil penelitian

6.3.1. Pelayanan kesehatan/keperawatan 1) Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masalah gizi kurang pada balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1 masih tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian gizi kurang pada tahun sebelumnya dan apabila dibandingkan dengan data di wilayah Propinsi DIY dan Kabupaten Kulon Progo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pengelola gizi masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo untuk meningkatkan program gizi balita melalui surveilans gizi, promosi kesehatan melalui peningkatan sosialisasi makanan seimbang untuk balita, pemberian

Universitas Indonesia ASI ekslusif. Dinas kesehatan Kabupaten Kulon Progo seharusnya bisa menyediakan sarana dan prasana, alokasi pembiayaan, menyediakan tenaga untuk menunjang kegiatan promosi kesehatan tersebut.

2) Puskesmas

Tingginya angka kejadian gizi kurang pada balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1 ini juga perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas Sentolo 1, untuk lebih pro aktif dalam melakukan tata laksana masalah gizi pada balita. Puskesmas Sentolo 1 khususnya perlu mengevaluasi kembali pelaksanaan program perbaikan gizi yang selama ini berlangsung Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan program selanjutnya yang akan dilakukan untuk menurunkan angka kejadian gizi kurang balita di wilayah ini dengan mengintervensi faktor-faktor yang melatarbelakanginya.

Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Sentolo 1, Kulon Progo, Yogyakarta adalah asupan makanan, persepsi ibu mengenai status gizi, pola asuh makan, usia balita, dan riwayat pemberian ASI ekslusif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat menyumbangkan ide bagi pengelola program gizi di pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan program terkait gizi balita dalam hal promosi kesehatan mengenai asupan makanan yang sesuai dengan kecukupan energi yang dianjurkan pada balita dan pemberian ASI ekslusif. Bentuk promosi kesehatan dapat dilakukan melalui komunikasi, informasi dan edukasi. Sasarannya tidak hanya pada keluarga dengan balita akan tetapi bisa juga pada ibu hamil, supaya kebutuhan nutrisi anak sudah diberikan secara optimal mulai dari sejak dalam kandungan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor persepsi ibu dan pola pengasuhan keluarga terkait gizi merupakan faktor yang secara tidak

Universitas Indonesia langsung berhubungan dengan status gizi balita. Faktor persepsi ini akan terbentuk dari pengetahuan yang dimiliki oleh ibu, oleh karena peningkatan akses informasi terkait gizi balita untuk keluarga sangat dibutuhkan untuk menunjang status gizi anak. Perawat bertugas untuk merubah persepsi keluarga yang kurang baik menjadi baik supaya menstimulasi perilaku yang baik dalam mendukung status gizi balita. Hal ini dapat dilakukan melalui edukasi dan konseling kesehatan pada keluarga balita. Aspek pola pengasuhan keluarga juga dapat ditingkatkan dengan bekal pengetahuan yang baik mengenai pola asuh nutrisi. Perawat dapat berperan di sini untuk memberikan edukasi dan konseling mengenai pola asuh yang tepat sehingga dapat menunjang kondisi status gizi anak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat pemberian ASI secara ekslusif berpengaruh terhadap status gizi balita. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi tenaga kesehatan untuk lebih gencar mempromosikan pemberian ASI ekslusif kepada masyarakat. Bentuk promosi kesehatan yang dapat dilakukan bisa dengan komunikasi informasi dan edukasi melalui kampanye ASI ekslusif, pendidikan kesehatan mengenai ASI ekslusif. Perawat diharapkan dapat mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh keluarga terkait pemberian ASI ekslusif, sehingga dapat dijadikan dasar dalam pemberian pendidikan kesehatan dan konseling.

6.3.2. Bagi keluarga balita

Keikutsertaan keluarga dalam penelitian ini menyebabkan keluarga dapat mengetahui status gizi anak balitanya. Selain menjadi tahu bagaimana kondisi status gizi anak, keluarga juga menjadi lebih waspada dan mempunyai keinginan untuk segera menanggulanginya ketika tahu anak balitanya mengalami gizi kurang. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran dan memberikan motivasi kepada keluarga untuk selalu memantau kondisi status gizi anak balitanya di pelayanan kesehatan.

Universitas Indonesia Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan makanan khususnya asupan energi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi status gizi balita, hal ini dapat menjadi informasi bagi keluarga untuk dapat lebih memperhatikan asupan makanan balita dengan cara memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi yang dianjurkan balita. Bekal pengetahuan mengenai makanan yang sesuai dengan kecukupan energi yang dianjurkan, perlu dimiliki keluarga untuk menunjang kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan yang sesuai untuk anak. Keluarga dapat mengakses informasi melalui petugas kesehatan, media cetak dan media elektronik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pola pengasuhan keluarga juga merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi balita. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi keluarga untuk dapat lebih menerapkan pola asuh yang baik dalam keluarga, supaya menunjang kondisi status gizi anak. Aspek pola asuh berkaitan gizi yang harus diperhatikan keluarga adalah mengenai pemenuhan kebutuhan makan yang bergizi, praktik pemberian makan yang baik, penyediaan dan pengolahan makanan yang baik, dan komunikasi.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa usia balita merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi status gizi anak, hal ini dipengaruhi oleh tahapan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu tahapan perkembangan dan tugas perkembangan anak sesuai usia perlu diketahui oleh keluarga. Proses pengenalan makanan dan perubahan pola pemberian makanan harus dilakukan secara bertahap supaya anak bisa beradaptasi dengan baik terhadap perubahan pola makan anak yang sudah mirip dengan pola makan orang dewasa. Keluarga juga harus memperhatikan keseimbangan asupan nutrisi pada anak, ketika anak sudah bisa memilih dan menolak makanan serta ketika mengalami peningkatan aktivitas yang membutuhkan lebih banyak asupan energi dari makanan.

Universitas Indonesia Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat pemberian ASI ekslusif memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi balita. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi keluarga untuk memberikan ASI secara ekslusif dan meningkatkan wawasan keluarga balita mengenai dampak positif pemberian ASI ekslusif ketika bayi berusia 0-6 bulan, dimana ASI ekslusif bermanfaat untuk memenuhi asupan nutrisi anak dan meningkatkan kekebalan tubuh anak supaya terhindar dari masalah gizi kurang pada tahapan usia selanjutnya.

6.3.3. Pengembangan ilmu dan penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dan data dasar untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat lebih menggali variabel lain yang mungkin berkaitan dengan status gizi balita, misalnya mengenai riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan berat badan saat lahir. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor budaya tidak mempengaruhi status gizi balita, oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat lebih memperdalam mengenai aspek budaya dalam pemenuhan gizi balita dengan pendekatan kualitatif sehingga akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang fenomena budaya yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi balita.

Universitas Indonesia BAB VII