• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

VII. PERSEPSI STAKEHOLDER MENGENAI KEBERLANJUTAN WADUK CIRATA

7.3 Hasil Analisis Persepsi Stakeholder

Berdasarkan hasil analisis persepsi responden diketahui bahwa kondisi Waduk Cirata cenderung ke arah kurang berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh sebaran persepsi responden baik responden petani KJA maupun non-petani KJA yang memberikan skor tinggi terhadap kondisi Waduk Cirata saat ini, yang berarti kondisi Waduk Cirata khususnya yang berkaitan dengan usaha KJA masih jauh dari kondisi keberlanjutan. Persepsi responden menyatakan bahwa kondisi Waduk Cirata pada lima dimensi, yaitu aspek ekologi, ekonomi, sosial, pemanfaatan, dan pengelolaan memiliki nilai yang masih jauh dari keberlanjutan. Hasil sebaran persepsi responden masyarakat petani KJA tentang keberlanjutan Waduk Cirata disajikan dalam Gambar 7.4 sebagai berikut:

Sumber: Data Primer, diolah (2016)

Gambar 7.4 Sebaran Persepsi Responden Petani KJA

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa para responden petani KJA di tiga wilayah, Bandung Barat, Purwakarta, dan Cianjur memiliki persepsi yang tidak berbeda jauh terhadap lima dimensi tersebut. Titik pusat 0 menunjukkan kondisi

0 1 2 3 4 5 6 Ekologi Ekonomi Sosial Pengelolaan Pemanfaatan Bandung Barat Purwakarta Cianjur

yang sangat berkelanjutan bagi Waduk Cirata. Dengan demikian semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin jauh dari kondisi keberlanjutan. Skor maksimum dalam skenario penelitian ini adalah 6 yang berarti sangat tidak berkelanjutan. Skor diperoleh dari respon responden terhadap pernyataan yang diajukan. Pernyataan- pernyataan tersebut meliputi lima dimensi, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, pengelolaan, dan pemanfaatan dengan tujuh aspek dalam setiap dimensi.

Dimensi ekologi memiliki nilai 4,071 untuk responden Bandung Barat; 3,816 untuk responden Purwakarta; dan 4,238 untuk responden Cianjur. Nilai yang diberikan untuk dimensi ekologi cukup tinggi yang berarti secara Waduk Cirata kurang berkelanjutan secara ekologi. Dimensi ekonomi memiliki nilai 4,051 untuk responden Bandung Barat; 3,939 untuk responden Purwakarta; dan 4,267 untuk responden Cianjur. Dimensi sosial memiliki nilai 3,204 untuk responden Bandung Barat; 3,388 untuk responden Purwakarta; dan 3,267 untuk responden Cianjur. Dimensi pengelolaan memiliki nilai 4,561 untuk responden Bandung Barat; 4,469 untuk responden Purwakarta; dan 4,695 untuk responden Cianjur. Dimensi pengelolaan memiliki nilai 3,959 untuk responden Bandung Barat; 3,831 untuk responden Purwakarta; dan 3,352 untuk responden Cianjur. Secara keseluruhan nilai untuk tiap-tiap dimensi tidak berbeda jauh diantara responden yang berbeda wilayah. Dimensi yang mendapatkan nilai tertinggi diantara dimensi lain adalah dimensi pengelolaan, yang berarti bahwa menurut persepsi responden bahwa pengelolaan Waduk Cirata saat ini masih belum berkelanjutan sehingga membutuhkan perhatian lebih dari stakeholder yang terlibat. Pengelolaan Waduk Cirata merupakan hal yang krusial mengingat kondisi Waduk Cirata yang terancam dan membutuhkan penanganan segera.

Selain melihat respon dari petani KJA, persepsi dari stakeholder non-petani KJA juga diidentifikasi. Stakeholder-stakeholder ini merupakan pihak yang terkait secara langsung dan memiliki kepentingan terhadap Waduk Cirata. Stakeholder- stakeholder tersebut yaitu Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC), Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta, dan Cianjur, Satpol PP Provinsi Jawa Barat, serta kelompok penjual pakan, pengepul, dan pengolah ikan. Hasil sebaran persepsi responden stakeholder non petani KJA tentang keberlanjutan Waduk Cirata disajikan dalam Gambar 7.5 sebagai berikut:

59

Sumber: Data Primer, diolah (2016)

Gambar 7.5 Sebaran Persepsi Responden Non-Petani KJA

Dimensi ekologi memiliki nilai 4,710 untuk responden BPWC; 4,516 untuk responden DPK Provinsi Jawa Barat; 4,328 untuk responden Dinas Perikanan Kabupaten; 4,011 untuk responden Satpol PP Provinsi Jawa Barat; dan 3,423 untuk responden kelompok penjual pakan, pengepul, dan pengolah ikan. Nilai yang diberikan untuk dimensi ekologi cukup tinggi yang berarti secara Waduk Cirata kurang berkelanjutan secara ekologi. Dimensi ekonomi memiliki nilai 5,071 untuk responden BPWC; 4,116 untuk responden DPK Provinsi Jawa Barat; 4,388 untuk responden Dinas Perikanan Kabupaten; 4,108 untuk responden Satpol PP Provinsi Jawa Barat; dan 3,823 untuk responden kelompok penjual pakan, pengepul, dan pengolah ikan. Dimensi sosial memiliki nilai 5,024 untuk responden BPWC; 4,336 untuk responden DPK Provinsi Jawa Barat; 4,488 untuk responden Dinas Perikanan Kabupaten; 5,178 untuk responden Satpol PP Provinsi Jawa Barat; dan 4,012 untuk responden kelompok penjual pakan, pengepul, dan pengolah ikan. Dimensi pengelolaan memiliki nilai 3,324 untuk responden BPWC; 3,836 untuk responden DPK Provinsi Jawa Barat; 4,218 untuk responden Dinas Perikanan Kabupaten; 4,514 untuk responden Satpol PP Provinsi Jawa Barat; dan 3,520 untuk responden kelompok penjual pakan, pengepul, dan pengolah ikan. Dimensi pemanfaatan memiliki nilai 4,224 untuk responden BPWC; 4,536 untuk responden DPK Provinsi Jawa Barat; 4,218 untuk responden Dinas Perikanan Kabupaten; 5,014 untuk responden Satpol PP Provinsi Jawa Barat; dan 4,306 untuk responden kelompok penjual pakan, pengepul, dan pengolah ikan. Dimensi yang mendapatkan nilai tertinggi diantara dimensi lain adalah dimensi sosial, yang berarti bahwa menurut persepsi responden bahwa kondisi sosial di Waduk Cirata saat ini masih belum berkelanjutan. Hal ini dikarenakan banyaknya stakeholder yang terlibat di Waduk Cirata. Dalam usaha KJA, pembatasan dan perizinan KJA dirasakan menjadi masalah yang harus menjadi prioritas. Meskipun batasan sudah ditetapkan namun jika masih dilanggar maka pihak stakeholder yang memiliki wewenang harus segera mengambil tindakan. Begitu pula dengan masalah perizinan, jumlah KJA

0 1 2 3 4 5 6 Ekologi Ekonomi Sosial Pengelolaan Pemanfaatan BPWC

DPK Prov Jawa Barat Dinas Perikanan Kabupaten

Satpol PP Prov Jawa Barat

Kelompok penjual pakan, pengepul, dan pengolah ikan

ilegal yang tidak memiliki jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan KJA yang berizin. Dengan demikian tindakan tegas harus diambil dan pengawasan harus terus dilakukan. Pembiaran yang terjadi akan membuat kondisi Waduk Cirata semakin memburuk. Secara umum, persepsi diantara responden petani KJA dan non-petani KJA memiliki persamaan. Nilai yang diberikan responden untuk kelima dimensi dalam keberlanjutan Waduk Cirata memiliki rata-rata yang tinggi sehingga menurut mereka kondisi Waduk Cirata saat ini masih belum berkelanjutan. Sebaran persepsi petani KJA dan non-petani KJA tersaji dalam Gambar 7.6 sebagai berikut.

Gambar 7.6 Sebaran persepsi responden petani KJA dan non-petani KJA

Bagi responden petani KJA, dimensi pengelolaan memiliki rata-rata nilai sebesar 4,38 dan dirasa harus menjadi prioritas bagi stakeholder lain. Koordinasi harus ditingkatkan, aksi bersama harus lebih digiatkan, visi misi harus diseragamkan, pengawasan harus dilakukan berikut penegakan aturan yang ada. Kelembagaan saat ini dirasa belum optimal sehingga kondisi Waduk Cirata masih belum berkelanjutan. Bagi responden non-petani KJA, dimensi sosial dengan rata- rata nilai 4,60 dirasa menjadi prioritas yang membutuhkan penanganan segera. Potensi konflik yang terjadi harus diminimalisir, benturan kepentingan harus diselesaikan, pembatasan KJA harus ditegaskan, perizinan KJA harus diketatkan, dan kondisi keamanan harus ditingkatkan demi terwujudnya Waduk Cirata yang berkelanjutan. 0 1 2 3 4 5 6 Ekologi Ekonomi Sosial Pengelolaan Pemanfaatan

61