• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Perikanan

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

Jenis Peraturan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

Dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah (Gubernur), yang memiliki kekuatan dan menjadi dasar hukum.

Judul Peraturan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Perikanan

Mengatur tentang pengelolaan perikanan di Jawa Barat, termasuk Waduk Cirata

Keterangan (tanggal dan tahun terbit)

20 September 2011 Peraturan ini sudah diterbitkan sejak tahun 2011, namun implementasinya masih belum maksimal. Terbukti dari sosialisasi yang baru gencar dilaksankan pada tahun 2016 Siapa saja

stakeholder yang terlibat

Pasal 1

1. Gubernur Jawa Barat 2. DPRD Jawa Barat 3. Dinas Perikanan dan

Kelautan Provinsi Jawa Barat

4. Nelayan (Penangkap Ikan) 5. Pembudidaya Ikan

6. Pengolah Hasil Perikanan

Pengelolaan perikanan merupakan kegiatan multi-stakeholder yang melibatkan banyak stakeholder. Untuk kasus pengelolaan perikanan di Waduk Cirata stakeholder yang terlibat bukan hanya seperti yang tercantum dalam pasal 1 tersebut, melainkan juga melibatkan pihak- pihak lain seperti BPWC sebagai unit pengelola waduk dan instansi lain yang memiliki kepentingan terhadap Waduk Cirata

Peran masing- masing stakeholder Pasal 7 Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan perikanan tangkap di wilayah laut dengan ketentuan terlampir Pasal 36

Pemerintah Daerah

menyelenggarakan pengelolaan budidaya ikan di air tawar, air payau, dan laut dengan ketentuan terlampir

Banyaknya stakeholder yang terlibat dalam Waduk Cirata menyebabkan overlapping kewenangan, sehingga peran stakeholder menjadi saling tumpang tindih. Waduk Cirata yang berada di lintas kabupaten seharusnya dalam kekuasaan Gubernur, namun karena fungsinya adalah untuk PLTA dan pemilik bendungan adalah PT. PLN yaitu PT. PJB, maka melalui BPWC ikut berperan dalam pengelolaan Waduk Cirata Koordinasi diantara stakeholder yang terlibat Pasal 9 Pemerintah Daerah menyelenggarakan kerjasama pengelolaan pemanfaatan perikanan lintas

Kabupaten/Kota dan provinsi yang dilakukan melalui Forum Koordinasi Pengelolaan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan (FKPPS) tingkat provinsi yang

Kerjasama diantara multi-

stakeholder dalam pengelolaan perikanan di Waduk Cirata dilakukan dengan penyelenggaraan berbagai kegiatan yang terkait dengan perikanan seperti penaburan benih, pengerukan ecenng gondok, dan lain-lain. Kegiatan ini rutin dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan angka partisipasi

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

diselenggarakan paling kurang satu kali dalam setahun Pasal 78

Gubernur melakukan koordinasi keterpaduan pengelolaan perikanan dengan pemerintah, pemerintah provinsi lain, pemerintah kabupaten/kota, BUMN, BUMD, PT, Kepolisian, AL, dan dunia usaha

yang cukup tinggi. Namun FKPPS yang seharusnya dilakukan paling kurang satu kali dalam setahun belum dilaksanakan, sehingga koordinasi belum maksimal, bahkan sangat minimal. Seharusnya ada koordinasi dan visi bersama diantara stakeholder sehingga para stakeholder dapat bertindak sesuai porsinya tanpa mengganggu pihak lain.

Pemanfaatan Pasal 37 dan 49

Kegiatan buddiaya ikan meliputi: a) pembenihan (pemijahan, penetasan, dan pendederan) serta b)

pembesaran (penyediaan sarana prasarana pembesaran ikan, proses pemeliharaan, pencatatan dan pelaporan, serta monitoring dan pembinaan)

Pasal 54

Kegiatan pengolahan hasil perikanan meliputi: a)

penanganan ikan; b) penyediaan sarana dan prasarana

pengolahan), dan d)

pengemasan/pengepakan dan pelabelan

Pasal 61

Kegiatan pemasaran hasil perikanan meliputi: a) promosi; b) penampungan sementara sebelum diangkut ke tempat tertentu; dan c) pendistribusian Pasal 62

Jenis usaha meliputi: a) usaha perikanan; b) usaha

penangkapan; c) usaha pembudidayaan; d) usaha pengangkutan; e) usaha pengolahan; f) usaha pemasaran; dan g) usaha pengembangan produk perikanan non-konsumsi

Kegiatan pemanfaatan yang dilakukan di Waduk Cirata sudah sesuai dengan yang tercantum dalam peraturan tersebut

Pelestarian Pasal 10

Pelestarian sumberdaya ikan wajib dilakukan oleh setiap orang untuk melindungi

ekosistem yang ada. Pelestarian

Pelestarian ikan di Wadul Cirata dilakukan melalui kerjasama dengan stakeholder terkait, salah satunya Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat

113

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

sumberdaya ikan diselenggarakan melalui koordinasi dengan Pemerintah Daerah

Pasal 46

Pelestarian induk dan benih ikan dilaksanakan oleh

Pemerintah Daerah, pennagkar ikan dan/atau pedagang benih ikan, sesuai ketentuan peraturan perumdang-undangan

untuk penaburan benih setiap tahun sekali

Pencatatan dan Pelaporan

Pasal 47

Penangkap induk, penangkap benih, penangkar ikan dan/atau pedagang benih ikan melakukan pencatatan kegiatan dan

menyampaikan laporan secara berkala, yang disampaikan kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan perundang-undangan

Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemanfaatan perikanan di Waduk Cirata belum dilakukan secara rutin. Bahkan dari hasil penelusuran lapangan, sebagian besar petani KJA mengaku bahwa mereka tidak melakukan pencatatan terhadap usaha KJA mereka. Pelaporan dilakukan hanya oleh beberapa petani KJA yang tergabung di dalam kelompok Masyarakat Peduli Cirata (MPC)

Pihak yang Memiliki Akses

Tidak dijelaskan siapa saja yang berhak dan apa syarat/batasan yang harus dipenuhi dalam memanfaatkan Waduk Cirata, sehingga Waduk Cirata seakan-akan bersifat open access bagi semua pihak

Jumlah Maksimum

Tidak dijelaskan berapa jumlah

maksimum/luasan maksimum

Waduk Cirata yang boleh

dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Dengan demikian sampai saat ini jumlah maksimum untuk kegiatan perikanan (khususnya KJA) masih mengacu kepada Pergub No 41 Tahun 2002

Zonasi (pembatasan)

Pasal 67

Setiap pembudidaya ikan hanya diperbolehkan memiliki paling banyak 20 petak KJA dengan ukuran petakan 7x7 meter

Tidak dijelaskan siapa saja yang berhak menjadi pembudidaya ikan, apakah terbuka untuk semua

masyarakat ataukah hanya

diperuntukan bagi masyarakat tertentu saja (dalam kasus ini untuk Waduk Cirata yang berhak menjadi pembudidaya ikan seharusnya hanya warga yang terdampak saja, namun realitanya banyak masyarakat di luar masyarakat terdampak yang ikut menjadi pembudidaya ikan). Kondisi

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

yang terjadi di Cirata, KJA justru lebih banyak dimiliki oleh masyarakat pendatang dengan jumlah kepemilikan yang besar, jauh melampaui batasan yang telah diyaratkan

Larangan Pasal 80

Setiap orang dilarang untuk: a) melakukan penangkapan atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan yang berbahaya; b) melakukan pengelolaan perikanan tanpa ijin; c) menggunakan alat yang tidak sesuai dengan ketentuan; d) melakukan kegiatan yang mengakibatkan

pencemaran/kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungan; e)

membudidayakan ikan yang dapat membahayakan; f) membudidayakan ikan hasil rekayasa genetika yang membahayakan; g)

menggunakan obat-obatan yang membahayakan; h) merusak plasma nutfah; i) memelihara/ mengedarkan ikan yang merugikan masyarakat; j) melakukan pengolahan dan penanganan ikan yang tidak memenuhi kelayakan; k) menggunakan bahan baku/bahan makanan/bahan tambahan yang membahayakan

Poin-poin dalam larangan tersebut sudah jelas, namun dalam implementasinya masih terdapat banyak pelanggaran. Banyak pihak yang melakukan pengelolaan perikanan tanpa ijin dan bahkan juga melanggar batas kepemilikan KJA. Selain itu, banyak KJA yang tidak memenuhi syarat/tidak layak masih beroperasi sehingga semakin memperburuk kondisi Waduk Cirata

Bentuk Izin Pasal 65

Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)

Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)

Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)

Surat Izin Pembudidayaan Ikan (SIPBI)

Para petani ikan/pelaku usaha perikanan di Waduk Cirata masih banyak yang belum memiliki izin. Terlebih lagi para petani KJA. Sebagian besar petani KJA di Waduk Cirata tidak memiliki izin (baik itu SIPBI maupun SIUP). Beberapa petani mengaku tidak menegtahui perlu membuat ijin untuk melakukan usaha budidaya ikan. Dengan kata lain terdapat banyak petani ilegal yang beroperasi di Waduk Cirata Pihak

Pemberi Izin

Pasal 65 Pembuatan izin untuk budidaya KJA

115

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

Pelayanan penertiban perizinan usaha perikanan (SIUP) dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa barat, dengan terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi teknis dari Dinas Pasal 67

Untuk mendapatkan SIPBI KJA, pembudidaya ikan harus memiliki rekomendasi teknis dari Dinas yang digunkan untuk mendapatkan Surat Penetapan Lokasi (SPL) dari Unit Pengelola Perairan Umum Daerah

enggan mengurus izin tersebut. Prosedur yang berbelit-belit terkadang menyulitkan petani yang berniat membuat izin. Bahkan menurut penelusuran lapang pernah terjadi saling melempar tanggung jawab antara stakeholder sehingga bola perizinan dilempar kesana kemari. Hal ini yang menjadikan petani nekat menjadi petani KJA tanpa izin.

Masa Berlaku Izin

Tidak disebutkan masa berlaku izin dalam peraturan ini, sehingga masa berlaku izin masih mengacu kepada Pergub Jawa Barat No 41 Tahun 2002

Pihak yang Mengawasi

Pasal 35

Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap

pengoperasian kapal perikanan di jalur penangkapan ikan ii, yang meliputi perairan di luar 4- 12 mil laut, diukur dari

permukaan laut pada surut terendah dan dikecualikan bagi pengoperasian kapal perikanan nelayan kecil

Pasal 48

Pemerintah Daerah melakukan monitoring dang pembinaan kepada penangkar ikan dan pedagang benih ikan yang melakukan kegiatan pengadaan dan pendistribusian induk dan benih ikan melalui koordinasi dengan pemerintah

kabupaten/kota Pasal 53

Pemerintah Daerah

melaksanakan monitoring dan pembinaan terhadap

pembudidayaan dan perdagangan ikan melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota

Pengawasan yang dilakukan di Waduk Cirata baru hanya sebatas patroli yang tidak dilakukan secara rutin. Hal ini karena selain posisi Cirata yang sangat luas, pihak yang melakukan pengawasan dirasa kurang. Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Perikanan seharusnya melakukan koordinasi, bahkan jika perlu meminta bantuan kepada Satpol PP untuk membantu melakukan pengawasan terkait kegiatan yang dilakukan di Waduk Cirata

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

Kegiatan yang Diawasi

Pasal 35

Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap

pengoperasian kapal perikanan di jalur penangkapan ikan ii, yang meliputi perairan di luar 4- 12 mil laut, diukur dari

permukaan laut pada surut terendah dan dikecualikan bagi pengoperasian kapal perikanan nelayan kecil

Pasal 48

Pemerintah Daerah melakukan monitoring dan pembinaan kepada penangkar ikan dan pedagang benih ikan yang melakukan kegiatan pengadaan dan pendistribusian induk dan benih ikan yang dilaksanakan melalui koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Pasal 52

Pemerintah Daerah melakukan monitoring dan pembinaan terhadap pembudidayaan dan perdagangan ikan yang

dilaksanakan melalui koordinasi dengan Pemerintah

Kabupaten/Kota

Pengawasan yang belum optimal menjadikan kegiatan yang ilegal semakin berkembang. Jumlah pakan yang masuk ke wilayah perairan Cirata tidak terkontrol, sehingga menimbulkan pencemaran waduk dan semakin membuat subur eceng gondok

Mekanisme Penindakan

Pasal 79

Penyelesaian perselisihan di bidang perikanan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah, jika tidak membawa hasil yang diharapkan maka penyelesaian

Penindakan belum dilakukan dengan tegas, sebagian besar masih bersifat pendekatan persuasif. Contohnya saja jika ada KJA yang sudah tidak beroperasi lagi karena sudah rusak, harusnya KJA tersebut ditarik oleh Dinas namun kenyataannya Dinas

masih melakukan

negosiasi/pendekatan persuasif dengan pemilik KJA tersebut Pihak yang

Memberikan Tindakan dan Sanksi

Pasal 83

Pihak yang melakukan penyidikan adalah penyidik polri yang dapat dilakukan oleh PPNS

Pasal 84

Pihak yang melakukan

penegakan hukum adalah Satpol PP dan PPNS

Satpol PP belum terjun langsung ke lapangan, karena pihak Satpol PP belum mendapatkan laporan dari instansi terkait atau perintah dari atasan. Satpol PP akan bergerak jika memang mendapatkan laporan atau diberi perintah. Sangat terlihat koordinasi yang belum berjalan dengan baik dimana pihak Dinas Perikanan seharusnya melaporkan pelanggaran-pelanggaran yang

117

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

terjadi di Waduk Cirata sehingga Satpol PP dapat ikut turun tangan Sanksi yang

Diberlakukan

Pasal 81

Pihak yang melakukan pengelolaan perikanan tanpa izin akan dikenakan sanksi administrasi

Pasal 82

Pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan pasal 80 (larangan) akan dikenakan tindak pidana

Sanksi administrasi di Waduk Cirata tidak berjalan, khususnya untuk KJA. Jumlah KJA yang ada di Waduk Cirata bukannya malah menurun namun justru malah semakin membludak, dimana terjadi peningkatan setiap tahunnya.

Aspek Utama

Pasal 2

Pengelolaan perikanan dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumberadaya ikan secara optimal, berdayaguna,

berhasilguna, dan berkelanjutan guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di daerah

Pengelolaan perikanan seharusnya memberikan manfaat yang optimal bagi semua pihak, dengan memperhatikan daya dukung lingkungan waduk dan sekitarnya

Lampiran 2. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 41 Tahun 2002 tentang