• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 41 Tahun 2002 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum, Lahan Pertanian dan Kawasan

Waduk Cirata

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

Jenis Peraturan

Keputusan Gubernur Jawa Barat Peraturan perundang-undangan yang bersifat pengaturan yang ditetapkan oleh Gubernur untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi atau dalam

menyelenggarakan kewenangan pemerintah daerah.

Judul Peraturan

Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 41 Tahun 2002 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum, Lahan Pertanian dan Kawasan Waduk Cirata

Mengatur tentang

pengembangan pemanfaatan perairan umum, lahan pertanian dan kawasan Waduk Cirata Keterangan

(tanggal dan tahun terbit)

2002 Peraturan ini sudah lebih dari 10

tahun dan belum ada peraturan lanjutan maupun perubahan peraturan sampai saat ini Siapa saja stakeholder yang terlibat Pasal 1 1. Gubernur 2. Bupati Bandung 3. Bupati Cianjur 4. Bupati Purwakarta 5. PT. PJB BPWC

6. Perorangan yang melakukan kegiatan budidaya ikan, kerajinan, kesenian, dan atau kegiatan

7. Badan Usaha yang melakukan kegiatan budidaya ikan yang tenaganya menggunakan petani ikan setempat

Dalam peraturan ini belum ada keterlibatan dari satpol PP sebagai salah satu stakeholder

dalam pengawasan dan

penindakan terhadap

pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Waduk Cirata

Peran masing- masing stakeholder

Tidak disebutkan dalam peraturan ini

Koordinasi diantara stakeholder yang terlibat

Koordinasi diantara stakeholder belum diatur secara jelas

Pemanfaatan/ eksploitasi

Pasal 5

Jenis-jenis kegiatan yang dapat dilakukan di perairan umum dan lahan pertanian serta pariwisata di Waduk Cirata adalah: a)

penangkapan dengan menggunakan pancing atau sirib; b) budidaya ikan

Kegiatan perikanan, khususnya

budidaya ikan dengan

menggunakan KJA telah

mengalami overloaded. Hal ini karena jumlah KJA sudah sangat berlebih, jauh melebihi jumlah maksimum yang diperbolehkan

119

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

dengan jaring apung; c) sarana penunjang kepariwisataan dan transportasi air yang akan

ditentukan lebih lanjut oleh Instansi Pengelola; d) pelaksanaan penelitian lapangan untuk tujuan ilmiah; e) pemanfaatan lahan surutan dan non- surutan untuk kegiatan pertanian Pasal 6

Kegiatan lain selain yang telah disebutkan dalam pasal 5 seperti kegiatan penambangan dan

pengusahaan bahan galian golongan C atau kegiatan lainnya yang daoat mengakibatkan kerusakan waduk serta lingkungan sekitarnya tidak diperkenankan

Pelestarian Pasal 39

Limbah bekas konstruksi KJA harus dibuang oleh petani ikan di luar perairan umum Waduk Cirata Limbah pertanian setelah dipanen harus diangkat keluar oleh petani penggarap

Limbah bekas konstruksi KJA seharusnya dibuang di luar perairan Waduk Cirata, namun masih banyak petani KJA yang

membuang sampah bekas

konstruksi di perairan waduk, bahkan jika KJA sudah rusak hanya dibiarkan saja tidak

dipinggirkan sehingga

limbahnya secara otomatis terbuang ke perairan. Selain dari KJA limbah juga berasal dari kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani penggarap sehingga lumpur ikut terbawa ke prairan dan menyebabkan sedimentasi

Pencatatan dan Pelaporan

Pasal 50

Instansi Pengelola melaporkan pelaksanaan pengelolaan perairan umum di Waduk Cirata kepada Gubernur, dengan tembusan kepada Bupati setempat dan instansi terkait secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali, atau sewaktu-waktu apabila dipandang perlu

Instansi Pengelola di Waduk Cirata ada BPWC sebagai perpanjangan tangan dari PT PJB

Pihak yang Memiliki Akses

Tidak dijelaskan siapa saja yang berhak memanfaatkan waduk, terutama untuk budidaya KJA. Banyak pemilik KJA yang bukan berasal dari masyarakat sekitar waduk dan tidak memiliki izin budidaya KJA

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

Jumlah Maksimum

Pasal 11

Luas genangan secara keseluruhan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan usaha KJA adalah 1% dari laus genangan waduk atau 48 Ha. Kuota KJA adalah 12.000 KJA dengan rincian sbb: a) Zona I Bandung: 4.644 petak; b) Zona II Purwakarta 1.896 petak; dan c) Zona III Cianjur 5.460 petak Pasal 15

Batas kegiatan usaha KJA di perairan umum Waduk Cirata untuk perorangan adalah maksimal 80% dari kuota KJA sebanyak 12.000 petak, dan untuk badan usaha maksimal 20% dari kuota KJA sebanyak 12.000 petak

Jumlah KJA yang ada di Waduk Cirata telah jauh melebihi

jumlah maksimum yang

diperbolehkan. Jumlah KJA semakin meningkat setiap tahunnya, bahkan jumlah KJA telah mencapai 68.461 petak KJA pada tahun 2014 (data BPWC)

Zonasi (pembatasan)

Pasal 9

Lokasi yang diijinkan untuk kegiatan usaha budidaya ikan ditetapkan pada elesvasi 205 M sesuai dengan zonasi sbb: a) Zona I : Kecamatan Cipeundeuy

Kabupaten Bandung; b) Zona II: Kecamatan Ciranjang, Mande, Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur; dan c) Zona III: Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta

Terjadi pelanggaran lokasi pembudidayaan KJA, terbukti dari banyak pemilik KJA yang tidak memiliki Surat Penentuan Lokasi (SPL) yang diterbitkan oleh BPWC sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam usaha KJA

Larangan Pasal 40

Setiap pemegang izin usaha KJA, dilarang: a) membuang limbah konstruksi KJA ke dalam perairan umum Waduk Cirata; b)

menggunakan bahan konstruksi KJA diluar yang telah ditentukan; c) menyimpang dari standar ukuran blok/petak/unit/kelompok jaring dari lokasi yang telah ditentukan; d) menghuni bangunan gudang

Banyak petani KJA yang melakukan pelanggaran, limbah konstruksi KJA banyak yang dibuang ke perairan, KJA yang

sudah rusak dibiarkan

‘mangkrak’ di perairan waduk,

bahan konstruksi KJA masih banyak yang tidak sesuai standar bahkan ada yang sudah tidak layak namun masih tetap dipertahankan, lokasi semrawut karena tidak mengikuti arahan dari pihak pengelola, dan tidak sedikit petani KJA yang menghuni gudang KJA sehingga menimbulkan sampah yang secara otomatis terbuang ke perairan

Bentuk Izin Pasal 25

1. Setiap perorangan atau Badan Usaha yang akan melakukan

Banyak pihak yang tidak memiliki izin tetap melakukan usaha di Waduk Cirata, hal ini

121

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

usaha budidaya ikan harus memperoleh izin dari Gubernur Cq. Dinas dengan rekomendasi dari instansi pengelola

2. Setiap unit KJA yang

dipergunakan oleh pemegang izin harus dilengkapi dengan surat pembudidayaan ikan yang dikeluarkan oleh Gubernur

karena pengurusan perizinan dianggap rumit dan prosesnya terlalu berbelit-belit. Petani KJA mengaku bahwa mereka tidak mempunyai izin usaha maupun izin budidaya ikan, namun

mereka tetap nekat

mengusahakan KJA karena

dengan alasan untuk

menyambung hidup Pihak

Pemberi Izin

Pasal 38

Untuk kemudahan dan kecepatan pelayanan perizinan, dibentuk Kantor Pelayanan Satu Atap, yaitu di Kantor Instansi Pengelola yang terletak di sekitar Waduk Cirata

Kantor Pelayanan Satu Atap di Waduk Cirata tidak beroperasi sewajarnya. Masalah perizinan semakin menjadi permasalahan krusial di Waduk Cirata karena saat ini pihak BPWC tidak berkenan menerbitkan SPL bagi para petani KJA

Masa Berlaku Izin

Pasal 25

1. Izin berlaku selama kegiatan usaha budidaya ikan

berlangsung

2. Surat pembudidayaan ikan berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selama KJA masih dipergunakan

Izin pembudidayaan ikan yang berlaku selama 3 tahun apabila habis masa berlakunya jarang diperpanjang oleh petani KJA. Petani KJA mengaku jika izin jarang diperiksa oleh petugas sehingga mereka tidak terlalu ambil pusing untuk melakukan perpanjangan izin usaha

Pihak yang Mengawasi

Pasal 41

BPWC melakukan pembinaan, pemantauan, dan monitoring mulai dari hulu Sungai Citarum termasuk Waduk Saguling sampai Waduk Cirata,, yang hasilnya dilaporkan kepada Gubernur secara rutin Pasal 43

Pengawasan, pengendalian, dan penertiban kegiatan usaha KJA dilaksanakan oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat dengan melibatkan Instansi Pengelola dan Instansi terkait yang dipandang perlu

Pasal 46

Bupati atau pejabat yang ditunjuk bersama-sama dengan Instansi Pengelola melakukan pengawasan pelaksanaan izin penggarapan yang telah dikeluarkan

Pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh BPWC masih belum optimal. Pihak BPWC

seharusnya mengadakan

koordinasi dengan dinas-dinas terkait untuk melakukan pengawasan secara bersama- sama. Waduk Cirata menyangkit kepentingan multi-stakeholder sehingga pengawasannya pun seharusnya dilakukan secara

bersama-sama dan juga

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

Kegiatan yang Diawasi

Pasal 42

Kegiatan pembinaan dan

pengawasan mencakup beberapa hal sbb: a) tata cara kegiatan usaha KJA; b) pelaksanaan kegiatan usaha KJA; c) kelestarian sumber air dan lingkungan hidup; d) resolusi konflik; e) pencegahan dan atau penanggulangan pencemaran waduk dan lingkungan

Pasal 46

Pengawasan terhadap pelaksanaan izin penggarapan meliputi: a) pelaksanaan persyaratan yang harus dipenuhi petani penggarap; b) surat izin penggarapan; c) batas lahan pertanian yang digarap; d) kebersihan lingkungan di sekitar lokasi lahan pertanian

Pengawasan yang kurang

mengakibatkan semakin

banyaknya kegiatan yang melanggar aturan. Terutama untuk KJA selain jumlahnya yang jauh mebihi jumlah maksimal, frekuensi pemberian pakan yang tidak menentu menimbulkan limbah yang terbuang ke perairan dan

mengendap sehingga

menimbulkan sedimentasi

Mekanisme Penindakan

Pasal 44

Penertiban dilakukan secara bertahap diawali dengan penyuluhan secara terbuka dan dialogis, peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga kali) secara berturut-turut, dan apabila peringatan tersebut tidak ditaati selanjutnya dilakukan pencabutan izin dan atau tindakan lainnya yang dipandang perlu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 47

Penertiban dan atau penindakan terhadap para penggarap yang tidak memenuhi persyaratan administrasi yang ditentukan atau pemegang izin yang tidak mentaati persyaratan yang telah ditetapkan dalam Surat izin, dilakukan secara bertahap

Penindakan masih sangat kurang, jika terjadi penggaran masih diselesaikan dengan teguran saja dan komunikasi secara persuasif Pihak yang Memberikan Tindakan dan Sanksi Pasal 43

Pengawasan, pengendalian, dan penertiban kegiatan usaha KJA dilaksanakan oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat dengan melibatkan Instansi Pengelola dan Instansi terkait yang dipandang perlu

Untuk penegakan sanksi seharusnya pihak Dinas Perikanan melibatkan dan melakukan koordinasi dengan satpol PP. Berdasarkan hasil penelusuran lapang, satpol PP belum mendapatkan perintah

ataupun laporan untuk

menindaklanjuti permasalahan yang terjadi di Waduk Cirata

123

Parameter Analisis

Konten Peraturan Hasil Analisis

Sanksi yang Diberlakukan

Pasal 44

Penertiban dilakukan secara bertahap diawali dengan penyuluhan secara terbuka dan dialogis, peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga kali) secara berturut-turut, dan apabila peringatan tersebut tidak ditaati selanjutnya dilakukan pencabutan izin dan atau tindakan lainnya yang dipandang perlu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pemberlakuan sanksi masih sangat longgar, terbukti dengan tanpa memiliki izin pun petani KJA masih bebas melakukan usahanya

Aspek Utama

Pasal 2

Pengaturan secara terkoordinasi dan terpadu mengenai pengembangan, pemanfaatan perairan umum, lahan dan pertanian Waduk Cirata demi tercapainya peningkatan fungsi dan daya guna Waduk Cirata secara optimal bagi berbagai kepentingan yang dimungkinkan secara teknis tanpa mengganggu fungsi utama waduk

Pengaturan secara terkoordinasi

sangat penting dalam

pengelolaan Waduk Cirata, namun implementasinya masih sangat jauh dari harapan. Koordinasi masih sangat minim,

penegakan sanksi dan

pengawasan masih sangat kurang sehingga berbagai masalah yang ada semakin kompleks yang menimbulkan gangguan fungsi Waduk Cirata dan mengurangi manfaat yang diterima oleh para stakeholder yang berkepentingan

Lampiran 3. Hasil Analisis Keputusan Direktur Jenderal Sumberdaya Air