DAFTAR LAMPIRAN
VIII. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK CIRATA
6. Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum dan Ikan Hias (BP3UIH)
8.2 Stakeholder yang Terlibat dalam Pengelolaan Waduk Cirata
Uraian mengenai stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Waduk Cirata adalah sebagai berikut.
Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC)
BPWC dibentuk pada tahun 2002 oleh PT. PJB (PJB) berdasarkan SK Direksi PT. PJB No. 037.K/023/DIR/1998 tentang Pembentukan BPWC pada PT. PJB UP Cirata dan SK Direksi No. 026.K/023/DIR/2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPWC pada PT. PJB dengan referensi SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 16 Tahun 1998 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum dan Lahan Surutan di Waduk Cirata yang direvisi oleh SK Gubernur Jawa Barat No. 41 Tahun 2002 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Pertanian dan Kawasan Waduk Cirata. BPWC merupakan badan non- komersial yang dibentuk dalam rangka mengelola Waduk Cirata dan aset-asetnya untuk mempertahankan kualitas dan kontinuitas air. Salah satu yang melatarbelakangi pendirian BPWC adalah banyaknya permasalahan di sekitar lingkungan Waduk Cirata yang disebabkan oleh berbagai kegiatan masyarakat. Untuk menangani berbagai permasalahan yang terjadi, perlu diselesaikan dari akarnya untuk meminimalisir terjadinya penurunan fungsi di Waduk Cirata.
Berdasarkan wawancara dengan pihak BPWC, terjadinya penurunan fungsi di Waduk Cirata dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Lahan pertanian yang semakin berkurang menyebabkan masyarakat sekitar Waduk Cirata mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Untuk dapat mempertahankan hidup, masyarakat tersebut akhirnya mengambil kayu yang ada di area tangkapan (catchment area) bahkan menjadikan catchment area sebagai lahan untuk bercocok tanam. Selain itu, Waduk Cirata yang berpotensi sebagai kawasan pembudidayaan ikan menyebabkan meningkatnya jumlah KJA. Semakin meningkatnya jumlah KJA yang tidak sesuai dengan daya dukung menimbulkan berbagai permasalahan ekologis di Waduk Cirata. Jumlah KJA yang terus-menerus meningkat akan mempengaruhi kualitas air di Waduk Cirata dan meningkatkan laju sedimentasi. Pemakaian styrofoam untuk konstruksi KJA yang jauh di bawah standar juga menambah kuantitas sampah di perairan Waduk Cirata.
BPWC memiliki tugas pokok untuk melaksanakan pengelolaan secara profesional (mengelola, memelihara, dan mengembangkan potensi ekonomi) aset berupa waduk dan lahan-lahan di sekitarnya yang terletak di Waduk Cirata tanpa mengabaikan kepentingan Unit Pembangkitan dan masyarakat yang menggunakan sungai dan waduk tersebut. Berbagai kegiatan yang dilakukan BPWC untuk menjalankan tugas pokok tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
67
a. Pemantauan dan pembersihan perairan dari gulma air, eceng gondok, sampah, serta pemeliharaan trashboom sebagai sekat sampah di setiap Sub DAS Cirata b. Pemantauan kualitas air dan sedimentasi serta melakukan berbagai penelitian
tentang Waduk Cirata
c. Kegiatan penghijauan dan reboisasi di wilayah greenbelt dan catchment area
Waduk Cirata
d. Penyuluhan masalah ketertiban, kelestarian lingkungan, dan kegiatan masyarakat di waduk dan sekitarnya
e. Pemeliharaan aset lahan dengan perapatan patok batas tanah milik PLN, batas perairan, dan pemasangan rambu-rambu peringatan
Selain kegiatan yang dilakukan untuk menjalankan tugas pokok, BPWC juga melakukan kegiatan pengembangan potensi ekonomi yang ada di sekitar Waduk Cirata, diantaranya yaitu: 1) Pemanfaatan lahan surutan dan non-surutan; 2) Penataan budidaya KJA; 3) Pengembangan kawasan agrowisata; 4) Pengembangan sarana pendidikan dan pelatihan, dan 5) Pembibitan tanaman keras dan buah- buahan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut sejalan dengan pengembangan Waduk Cirata yaitu sebagai kawasan pariwisata, penanganan aset, pusat penelitian, pusat pendidikan dan pelatihan, dan penertiban KJA. Strategi yang dilakukan BPWC dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu:
a) Perubahan orientasi Program Community Development dari kegiatan pemberian bantuan fisik/materi menjadi kegiatan-kegiatan yang menitikberatkan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menemukan dan mengembangkan sumberdaya lokal, menunjang penggunaan teknologi ramah lingkungan, alih komoditi dan alih profesi, serta sebagai sumber mata pencaharian
b) Menciptakan kegiatan pemeliharaan Waduk Cirata yang saling berkesinambungan antara sumber mata pencaharian masyarakat dan peningkatan fungsi waduk
c) Kegiatan pengelolaan sumberdaya Waduk Cirata dilakukan dengan sistem bagi kontribusi-hasil dengan masyarakat sekitarnya
d) Mengingat BPWC sebagai unit cost center, dana bagi hasil yang diperoleh BPWC akan digunakan untuk menunjang program Community Development
melalui mekanisme yang telah disahkan
e) Membangun jejaring/networking untuk mengatasi berbagai kendala yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki BPWC untuk mencapai hasil yang diharapkan
Dalam hal yang berkaitan dengan KJA, BPWC merupakan filtering pertama dalam pengurusan perijinan yaitu dalam mekanisme pembuatan Surat Penetapan Lokasi (SPL). SPL merupakan salah satu lampiran untuk pengurusan surat izin pembudidaya ke tingkat provinsi. BPWC bekerjasama dengan berbagai pihak seperti dinas perikanan kabupaten, pihak pemerintah kecamatan, dan pihak pemerintah desa dalam melakukan kegiatan pengurusan SPL dengan sistem jemput bola. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengurusan SPL ditetapkan dalam SK Gubernur No. 14 Tahun 2002.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat
Waduk Cirata merupakan waduk yang lokasinya melintasi 3 wilayah kabupaten di Jawa Barat. Oleh karena itu pihak pemrintah yang memilki
kewenangan tertinggi terhadap Waduk Cirata adalah pemerintah provinsi melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Kewenangan yang dimiliki oleh provinsi yaitu dalam rangka pembinaan, melakukan perencanaan pengelolaan perikanan, melakukan koordinasi dan fasilitasi dalam pengelolaan perikanan, memberikan pendanaan, evaluasi, dan penertiban aktivitas di Waduk Cirata. Dalam hal pengelolaan waduk, Dinas Perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Barat memiliki badan pengelola sendiri yang bernama Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum dan Ikan Hias (BP3UIH). Badan ini memiliki tugas untuk melakukan pembinaan, pengawasan, dan evaluasi secara teknis terhadap kegiatan perikanan di Waduk Cirata.
Dalam rangka pembinaan kegiatan pembudidayaan ikan dengan KJA, dinas provinsi memiliki beberapa kolam percontohan di Waduk Cirata. Kolam percontohan tersebut diharapkan dapat memberi gambaran kepada para petani ikan dalam melakukan budidaya ikan dengan cara yang tepat. Kolam percontohan ini juga berfungsi sebagai sarana penelitian bagi Dinas Perikanan dan Kelautan untuk dapat menemukan pemecahan bagi beberapa persoalan yang dihadapi oleh petani ikan. Pada tahun 2013 Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat mensosialisasikan bahwa penggunaan KJA dengan kerangka terbuat dari plastik lebih ramah lingkungan. Ada 21 unit KJA yang dijadikan contoh di Waduk Cirata yang telah memakai konstruksi dengan menggunakan kerangka plastik. Konsep penggunakan konstruksi kerangka plastik ini diperkirakan dapa bertahan hingga 100 tahun. Namun harga kontruksi kerangka plastik yang mahal menjadi kendala bagi masyarakat petani ikan untuk memilikinya. Dengan demikian inovasi KJA dengan kerangka plastik ini pun masih sulit untuk diterapkan.
Pada kegiatan pembuatan perizinan bagi usaha budidaya dengan sistem KJA, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi bertugas sebagai pemberi rekomendasi perizinan. Rekomendasi tersebut dibuat dengan beberapa pertimbangan yang diperoleh dari berkas yang direkomendasikan oleh Dinas Perikanan Kabupaten setempat. Melalui Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) diterbitkan.
Dinas Perikanan Kabupaten (Bandung Barat, Purwakarta, dan Cianjur) Dinas Perikanan tiap kabupaten bertanggung jawab terhadap teknis pembudidayaan yang dilakukan di Waduk Cirata. Dinas Perikanan juga melakukan berbagai kegiatan sebagai upaya untuk meningkatkan produksi perikanan Waduk Cirata. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah membuat kelompok lokal yang terdiri dari kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok pengolah hasil perikanan, membuat kolam percontohan, melakukan berbagai penelitian, dan melakukan platihan mengenai pembudidayaan ikan.
Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, Dinas Perikanan Kabupate Cianjur memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yaitu Badan Pengembangan Budidaya Perikanan Umum Cirata Kabupaten Cianjur (BPBPPUC) yang khusus menangani kegiatan perikanan di Waduk Cirata. Daerah Kabupaten Cianjur merupakan daerah yang paling luas terkena genangan Waduk Cirata, dimana dari keseluruhan luas Waduk Cirata 60% termasuk ke dalam wilayah Cianjur. Melalui UPTD, penyuluhan dilakukan terhadap kelompok-kelompok lokal yang ada, yaitu kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok kelompok pengolah hasil pertanian, dan kelompok masyarakat pengawas
69
(POKMASWAS). Dinas Perikanan Kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta tidak memiliki UPTD khusus yang menangani kegiatan perikanan di Waduk Cirata seperti Kabupaten Cianjur sehingga Dinas Perikanan secara langsung mengurus hal teknis yang terkait di Waduk Cirata. Seperti halnya Dinas Perikanan Kabupaten Cianjur, Dinas Perikanan Kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta juga melakukan kegiatan untuk meningkatkan produksi seperti membuat kelompok lokal yang terdiri dari kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok pengolah hasil perikanan, melakukan berbagai penelitian, dan melakukan pelatihan mengenai pembudidayaan ikan.
PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT. PJB)
PT. PJB adalah sebuah anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai produsen listrik yang menyuplai kebutuhan listrik di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Saat ini PT. PJB mengelola 6 Pembangkit Tenaga Listrik di Pulau Jawa, yaitu UP Gresik, UP Paiton, UP Muara Karang, UP Muara Tawar, UP Cirata dan UP Brantas. Kapasitas total terpasang UP PT. PJB mencapai 6.977 Mega Watt yang terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Selain itu PT. PJB juga mengelola sejumlah unit bisnis, termasuk unit pengelolaan, teknologi informasi, dan pengembangan.
UP Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara, dengan bangunan Power House 4 lantai di bawah tanah yang terletak di bawah gunung. Setiap tahun Unit Pembangkitan Cirata mampu membangkitkan energi listrik rata-rata 1.428 GWh, disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 KV ke sistem interkoneksi Jawa Bali. Dalam rangka mengelola Bendungan dan Waduk Cirata serta asset-assetnya, diperlukan badan tersendiri yang membantu Unit Pembangkitan Cirata dalam mempertahankan kualitas dan kontinuitas air serta keamanan bendungan dengan menerapkan Dam Safety and Water Resources Management. PT. PJB telah membentuk Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) berdasarkan SK Direksi No. 026.K/023/DIR/2000 dengan referensi SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat no. 16 Tahun 1998 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum dan Lahan Surutan di Waduk Cirata yang direvisi oleh SK Gubernur Jawa Barat no 41 tahun 2002 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Pertanian dan Kawasan Waduk Cirata
BPMPT Provinsi Jawa Barat
Dasar Pembentukan Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Jawa Barat. Didalamnya disebutkan bahwa Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu adalah unsur pelayanan masyarakat di bidang penanaman modal dan perizinan yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan dan bertanggungjawab kepada Gubernur Jawa Barat, yang berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2015 mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis bidang penanaman modal dan perizinan terpadu, menyelenggarakan koordinasi, melakukan
pembinaan, pengendalian, fasilitasi dan pelaksanaan urusan pemerintahan provinsi di bidang penanaman modal dan perizinan terpadu meliputi aspek pelayanan perizinan, sosialisasi dan promosi penanaman modal dan pengendalian investasi. BPMPT Provinsi Jawa Barat mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis bidang penanaman modal dan perizinan terpadu;
b) Penyelengaraan urusan pemerintahan Daerah Provinsi di bidang penanaman modal dan perizinan terpadu;
c) Penyelenggaraan koordinasi, pembinaan dan fasilitasi pelaksanaan urusan pemerintahan Daerah Provinsi bidang penanaman modal dan perizinan terpadu; dan
d) Penyelenggaraan pengendalian, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan Daerah Provinsi di bidang penanaman modal dan perizinan terpadu.
Izin Budidaya KJA juga terkait dengan BPMPT. Jika petani KJA akan menjalankan usaha KJA maka wajib mendapatkan izin dari BPMPT. Dalam pelaksanaannya BPMPT berkoordinasi dengan dinas lain yang terkait, diantaranya DKP Provinsi, Dinas Perikanan Kabupaten, dan BPWC.
Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum dan Ikan Hias (BP3UIH) Tugas Pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang pemanfaatan dan pengawasan kawasan konservasi dan pelestarian perikanan perairan umum serta pengembangan ikan hias air tawar.
Fungsi dari BP3UIH adalah sebagai berikut:
a. penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pemanfaatan dan pengawasan kawasan konservasi dan pelestarian perikanan perairan umum serta pengembangan ikan hias air tawar; dan
b. penyelenggaraan pemanfaatan dan pengawasan kawasan konservasi dan pelestarian perikanan perairan umum.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh BP3UIH adalah pembinaan kelompok pembudidaya ikan, nelayan, dan pedagang ikan; pengembangan kelompok; sosialisasi peraturan dan sanksi hukum; pemantauan produksi perikanan budidaya KJA; pemantauan harga ikan di Waduk Cirata; pemantauan hama dan penyakit ikan; dan pelaksanaan pemungutan retribusi perikanan.
Satpol PP Jawa Barat
Satpol PP Jawa Barat memiliki tugas pokok untuk merumuskan kebijakan operasional di bidang ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, serta melaksanakan sebagian kewenangan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada Gubernur dan Tugas Pembantuan. Sedangkan fungsi yang dimiliki Satpol PP Jawa Barat adalah sebagai berikut:
a) perumusan kebijakan operasional bidang ketentraman dan ketertiban umum b) perumusan kebijakan Peraturan Daerah, peraturan pelaksanaannya, dan
produksi hukum lainnya serta norma-norma hukum yang berlaku
71
d) pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang ketentraman dan ketertiban
e) pembinaan dan fasilitasi pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan Peraturan Daerah, dan peraturan pelaksanaannya serta norma-norma yang berlaku
f) Penyelenggaraan ketatausahaan Dinas
Dalam pengelolaan Waduk Cirata, Satpol PP memegang peranan penting. Satpol PP merupakan pihak pelaksana yang menegakkan Peraturan Daerah. Waduk Cirata merupakan sumberdaya yang pemanfaatannya diatur dalam Peraturan Daerah sehingga Satpol PP wajib ikut serta dalam pelaksanaan aturan tersebut di lapangan. Selama ini Satpol PP hanya bergerak jika ada perintah dari Gubernur atau permintaan dari pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan Waduk Cirata, dengan kata lain bahwa fungsi Satpol PP di Waduk Cirata belum optimal.
Gubernur Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa sebuah pemerintahan daerah memiliki seorang kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi adalah Gubernur. Sebagai kepala daerah, Gubernur memiliki tugas dan wewenang sebagaimana juga tertuang dalam Undang- undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berikut adalah tugas dari Gubernur:
a) memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;
b) memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
c) menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD;
d) menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD;
e) mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
f) mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan
g) melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala daerah, Gubernur juga memiliki beberapa kewenangan. Berikut adalah kewenangan Gubernur sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah:
a) mengajukan rancangan Perda;
b) menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; c) menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;
d) mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;
e) melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Kaitannya dengan Waduk Cirata, Gubernur Jawa Barat memiliki peranan penting sebagai pihak yang memiliki otoritas penuh. Hal ini karena lokasi Waduk Cirata yang berada di Provinsi Jawa Barat dan melintasi 3 kabupaten. Gubernur memiliki Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat sebagai perpanjangan tangan yang khusus mengurusi Waduk Cirata.