• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pertimbangan-pertimbangan Nilai

Dalam dokumen Mengajar serta manajemen mengajar Nilai (Halaman 166-172)

BAB II NILAI-NILAI DAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH

A. Analisis Pertimbangan-pertimbangan Nilai

Sebagaimana dijelaskan di bagian terdahulu, pertimbangan dapat dilihat dalam berbagai bentuk. Beberapa mungkin mengindikasikan dari perasaan pribadi (misalnya, “Saya suka sekali mendengarkan konser simponi”). Tipe pertimbangan nilai ini dapat dianalisis melalui pekerjaan kecil yang rutin dilakukan detektif. Kita butuh mengamati pembicara atau memperoleh beberapa laporan yang dapat dipercaya dari perilakunya sepanjang waktu. Apakah ia benar-benar pergi menonton konser simponi? Benarkah laporan- laporan tentang kehadirannya pada konser simponi? Benarkah ia mendengarkan konsep simponi dari radio atau televisi bila itu memungkinkan?

Beberapa pertimbangan nilai adalah pernyataan-pernyataan tegas bahwa objek tertentu atau kelas dari objek yang akan memberikan harga tertentu dalam suatu pasar (misalnya, “Lukisan itu bernilai $ 1.500 dengan harga yang tidak kurang dari beberapa pedagang seni yang punya nama baik di negara itu”). Tipe pertimbangan nilai dapat diuji kembali secara mudah dengan mendatangi

(atau bahkan menelpon) pedagang seni profesional yang punya nama baik. Sebagaimana dijelaskan di bagian terdahulu, dua jenis pertimbangan nilai sebenarnya merupakan pertimbangan fakta yang tersembunyi.

Pertimbangan-pertimbangan nilai yang lain adalah pernyataan-pernyataan tegas yang lebih umum mengenai kualitas atau keberhargaan tentang sesuatu (misalnya, Eleanor Roosevelt adalah manusia besar”). Kita mungkin menyebutnya tipe ini pertimbangan nilai definisional. Pertimbangan yang lain masih menunjukkan bahwa beberapa orang atau kelompok akan melakukan hal tertentu atau mengikuti bagian tertentu dari suatu perilaku (misal, “Amerika Serikat akan menghentikan pemberian beberapa bantuan apapun terhadap para diktator”). Kita menyebut tipe ini adalah pertimbangan nilai proposisional. Ketidaksepakatan terbesar dari pada nilai-nilai berkisar di antara satu dari dua tipe pertimbangan nilai, definisional atau proposisional. Bagaimana kita dapat menolong para siswa untuk menganalisanya?

Jika individu-individu untuk menaksir nilai definisi dengan mengemukakan secara cerdas, mereka pertama harus jelas tentang apa arti yang dikemukakan. Sebagai contoh, jika seseorang berkata bahwa Joanna adalah pekerja yang baik sekali, kita butuh untuk mengetahui bahwa arti dari istilah baik sekali (artinya, apa kualitas-kualitas, keterampilan-keterampilan, dan lain-lain dari yang dimiliki pekerja yang baik sekali) sebelum kita dapat menaksir pekerjaan Joanna. Bagaimana kita dapat menjelaskan pekerja yang baik sekali dari seseorang yang hanya begitu-begitu saja? Apakah karakteristik seorang pekerja yang baik sekali, tidak dipunyai oleh pekerja yang miskin atau sedang-sedang? Tugas guru di sini adalah membantu para siswa mendefinisikan istilah dan kemudian meminta kelas untuk mempertimbangkan apakah individu yang dilibatkan (Joanna) layak untuk definisi itu – yakni memiliki karakteristik- karakteristik sebagai pekerja yang baik sekali.

Banyak perselisihan nilai muncul karena orang berbeda dalam mengartikannya dalam pikiran untuk istilah-istilah nilai yang mereka gunakan. Sebagai contoh, dukungan para siswa terhadap pernyataan bahwa Eleanor Rooselevelt sebagai manusia besar. Jika kelas mendiskusikan dan menilai dengan pertimbangan nilai itu, istilah “besar” harus didefinisikan. Karakteristik- karakteristik apakah yang dimiliki manusia besar itu? Tugas guru adalah mendorong dan membantu para siswa untuk mendefinisikan istilah nilai dan kemudian untuk menolong mereka memutuskan apakah orang tertentu yang dibahas dalam situasi tersebut (dalam kasus ini, Eleanor Rooselevelt) akan termasuk dalam definisi – yakni, akan memiliki karakteristik-karakteristik itu.

Masalahnya di sini, kamu dapat menduga, berbohong dalam mencapai kesepakatan definisi dari besar. Dengan kata lain, karena itu bersifat abstrak, adalah amat sulit untuk meletakkan dalam arti yang tepat sekali. Bagaimanapun, para guru harus mendorong dan membantu para siswa untuk berupaya memberikan arti dengan beberapa alternatif agar menjadi lebih jelas.

Siswa mungkin mendefinisikan istilah besar dengan cara-cara berbeda. Ia mungkin menterjemahkannya dalam istilah-istilah yang lebih muda dipahami (sebagai contoh, besar berarti “terkenal”, “termasyhur di seluruh dunia”). Ia mungkin memberikan satu atau beberapa contoh dari beberapa orang dan/ atau perilaku-perilaku mereka yang dianggap besar, menunjukkan karakteristik- karakteristik atau atribut-atribut yang mereka miliki yang membuat mereka besar.

Berikut ilustrasi dari guru yang meminta siswa memberikan contoh untuk mengklarifikasi/menjelaskan arti dari suatu istilah:

Siswa : Malcolm X pesolek cantik yang tenang Guru : Apa yang kamu maksud dengan “tenang” Siswa : Bapa tahu, maksudnya jelek

Guru : Hmm, Dapatkah kamu memberikan kepada kita contoh yang menggambarkan apa yang kamu maksud? Bentuk-bentuk apakah dari hal-hal yang Malcolm X lakukan yang membuat kamu berpikir bahwa ia tenang atau jelek?

Siswa : Baiklah, ia baik dengan memperhatikan bagaimana orang hidup agar menjaga kehormatan diri mereka. Dan mencoba untuk hidup dengan cara itu juga

Guru : Dan apakah cara itu?

Siswa : Tidak untuk melakukan sesuatu jika itu menjatuhkanmu... Banyak karakteristik yang siswa dapat identifikasi, yang lebih baik, karena itu akan menjadi lebih mudah untuk menentukan tingkat mana diberikan kepada individu yang pantas menerima label yang dikemukakan dalam pertanyaan. Jadi, kemungkinan terbesar memberikan atribut kepada seseorang yang (a) mempunyai jabatan tinggi (istilah ini juga akan didefinisikan), (b) diakui untuk prestasi tinggi dalam lapangannya, (c) sumbangannya terhadap kemajuan umat manusia. Sesuai dengan definisi itu, seseorang yang memenuhi ketiga kriteria itu dianggap sebagai “besar”.

Newmann dan Oliver (1970: 53-54) menyatakan tiga atribut yang dapat digunakan sebagai panduan dalam menentukan, jika definisi tertentu dianggap memadai:

1. Ia menjadi nonsirkular (tidak berujungpangkal); tidak akan berisi bahasa yang sama atau hanya berbeda secara tipis dari istilah yang didefinisikan (misalnya, mendefinisikan demokrasi sebagai “negara dengan pemerintahan demokratis”)

2. Ia menjadi pertukaran; istilah didefinisikan dengan definisi yang “sama” (misalnya, definisi budak sebagai “manusia yang dimiliki secara legal oleh orang lain” adalah sama benar ketika dibalikkan.

3. Ia menjadi menjadi cukup tepat untuk berbeda di antara sejumlah contoh yang berbeda dengan cara-cara yang tidak kentara.

Bagaimanapun, ketika siswa mendefinisikan istilah, adalah sungguh mungkin bahwa para siswa lain akan tidak sepakat dengan definisi itu. Ketika itu terjadi, para memiliki dua kemungkinan alternatif. Kemungkinan pertama adalah meminta kelas untuk mencari di kamus. Kedua adalah kepada para partisipan yang sepakat di antara mereka sendiri bahwa arti dari istilah yang serupa itu dan serupa itu seperti dalam contoh (meskipun tidak diperlukan melampaui contoh itu) jadi bahwa diskusi mungkin diteruskan. Jika para siswa tidak dapat untuk menyepakati terhadap ketentuan, kelas akan tidak mempunyai sumber, tetapi “sepakat untuk tidak sepakat” demi waktu yang berjalan dan untuk melanjutkan mencari arti-arti terhadap apa yang mereka dapat sepakati.

Jika para siswa menilai pertimbangan nilai proposisional secara cerdas, mereka harus bukan hanya memperjelas tentang istilah-istilah nilai yang digunakan. Mereka juga harus memikirkan apa yang mungkin terjadi, jika proposisi itu menjadi kenyataan. Andaikata, sebagai contoh, bahwa selama diskusi kelas tentang politik internasional, siswa menyatakan bahwa memiliki alat-alat perang oleh negara-negara kebangsaan akan dibatasi dalam senjata- senjata skala kecil. Para siswa lain tidak sepakat, berargumentasi bahwa bangsa- bangsa yang mampu membuatnya dan/atau sebaliknya menghasilkan alat- alat perang yang lebih berat diberi nama sebagai toko bangunan besar dan kuat dari alat-alat persenjataan sebagai yang mereka inginkan. Membantu para siswa untuk memahami secara khusus terhadap tuntutan-tuntutan dan yang dihadilkan dari berbagai kesimpulan yang dapat dipertahankan dari ketentuan- ketentuan dari mereka sendiri, bahwa guru mengikutsertakan mereka dalam beberapa kegiatan. Istilah atau istilah-istilah nilai harus didefinisikan, dan konsekuensi-konsekuensi bahwa mungkin dihasilkan dari usulan-usulan harus diidentifikasi dan dievaluasi.

Pertama, problem untuk mendefinisikan istilah nilai. Terdapat dua hal yang mungkin guru lakukan. Ia dapat meminta contoh-contoh untuk apa yang siswa artikan dengan senjata “skala kecil”. Hal itu sering membantu para guru untuk mengemukakan contoh-contoh yang membantu para siswa memperjelas apa yang ia artikan untuk dirinya sendiri dan untuk kelas. Apakah istilah itu termasuk apapun yang lebih luas dari senapan mesin? Apakah mengenai senjata- senjata itu termasuk kendaraan seperti tank-tank? Bagaimana mengenai kapal- kapal selam? Alat-alat pengangkut udara? Pesawat pembom? Granat-granat tangan? Roket-roket nuklir senjata kecil? Atau, guru dapat juga meminta para siswa untuk mendefinisikan karakteristik-karakteristik senjata skala kecil (dapatkah beberapa senjata yang menjatuhkan bom-bom yang dianggap “skala kecil”).

Ketika arti dari istilah nilai jelas (sedikitnya untuk tujuan-tujuan dari diskusi yang dilakukan), konsekuensi-konsekuensi harus diselidiki. Kemungkinan apakah yang terjadi jika kebijakan seperti itu sebagai suatu yang dibela adalah diikuti? Apakah beberapa contoh dari bangsa-bangsa yang dilucuti senjata meluas hingga pada masa lalu? Jika demikian, apakah yang terjadi pada mereka? Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan tipe faktual, dan mereka menghendaki para siswa melakukan beberapa penelitian untuk melihat apa yang mereka temukan. Catatan-catatan bersejarah, dokumen-dokumen, foto-foto, laporan-laporan pandangan mata, laporan-laporan surat kabar, catatan harian, jurnal-jurnal – seluruh hal yang menguntungkan. Sebagai informasi yang banyak relevan dan didokumentasi adalah akan mungkin dikumpulkan.

Seluruh data yang diupayakan sebagai bukti untuk mendukung atau menolak adalah konsekuensi yang mungkin akan muncul, kemudian harus diperiksa untuk relevansi dan akurasinya. Kita menentukan relevansi data melalui pemeriksaan untuk melihat, jika mereka mengacu pada konsekuensi tertentu yang dipikirkan. Kita memeriksa akurasi data dengan menentukan jika apa yang disampaikan atau diacu adalah benar – yaitu, tidak salah, palsu, atau dirobah dengan berbagai cara.

Ketika para siswa tidak mampu menemukan kesamaan secara historis, para guru harus mendorong kelas untuk mencari jalan keluar apa yang mungkin

terjadi. Contoh kita sebelumnya, akankah negara-negara yang dilucuti senjatanya dalam berbagai hal diuntungkan? Jika demikian, bagaimana?Apakah negara-negara yang tidak dilucuti senjata – mereka tidak akan dapat dan tidak mungkin untuk mengambil keuntungan dari negara yang lain? Siapa yang akan

melihat terhadapnya bahwa pembatasan senjata sebenarnya sudah pada tempatnya? Bentuk-bentuk biaya apakah yang dikeluarkan? Apa kemungkinan akibat dari pembatasan senjata terhadap orang di masa depan?

Kemungkinan besar para siswa memprediksi konsekuensi tergantung pada kecendrungan mereka sebelumnya terhadap kebijakan yang didukung. Dukungan-dukungan terhadap pembatasan senjata akan meramalkan konsekuensi yang baik; penentangan-penentangan terhadap pembatasan senjata diprediksi akan menghasilkan konsekuensi yang tidak baik. Biasanya mereka tidak sadar terhadap berbagai kemungkinan konsekuensi-konsekuensi; dan adalah tanggung jawab guru untuk menyampaikan contoh-contoh tambahan yang menggambarkan konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti kebijakan yang telah ditentukan.

Dapat dicatat bahwa memperoleh informasi yang lebih relevan dan didokumentasi adalah mungkin sebagai hal yang luar biasa penting. Para siswa tidak dapat membuat produk-produk yang cerdas tentang konsekuensi- konsekuensi, jika mereka tidak mempunyai data dengannya untuk bekerja atau jika mereka tidak memiliki ide bagaimana untuk menggunakan data yang mereka kumpulkan

1. “Banyak karakteristik siswa yang dapat diidentifikasi, lebih baik, karena itu kemudian menjadi lebih mudah untuk menentukan tingkat yang diberikan kepada individu label yang pantas dalam pertanyaan”. Itu juga menjadi makin lebih sulit untuk menemukan indvidu-individu seperti itu. Pada hal apakah yang akan kamu katakan mengidentifikasi karakteristik-karakteristik akan berhenti? 2. Dapatkah kamu mengemukakan beberapa cara lain di mana pertimbangan-

pertimbangan nilai mungkin dianalisis dan dinilai di samping beberapa yang disajikan di sini? Jika demikian, apakah mereka?

3. Akankah para guru pernah mendiskusikan pertimbangan-pertimbangan nilai yang menunjukkan cita rasa pribadi? Mengapa ya atau tidak? Pertimbangan- pertimbangan nilai apakah yang para siswa buat tentang siswa-siswa lain? Tentang para guru?

4. Apakah beberapa bentuk pertimbangan-pertimbangan nilai yang kamu pikir para guru tidak akan menganalisa dengan para siswa? Jika demikian, mengapa tidak?

Dalam dokumen Mengajar serta manajemen mengajar Nilai (Halaman 166-172)