• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru sebagai Model

Dalam dokumen Mengajar serta manajemen mengajar Nilai (Halaman 190-196)

BAB II NILAI-NILAI DAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH

D. Guru sebagai Model

Dalam bab V dikemukakan pentingnya mengembangkan alasan untuk membantu memandu keputusan-keputusan tentang pendidikan nilai yang dibahas secara singkat. Keuntungan lain dari dipunyai alasan itu adalah bahwa itu dapat menolong para guru untuk berpikir tentang dan bentuk-bentuk evaluasi dari berbagai contoh yang mereka himpun untuk para siswa. Ini adalah satu hal yang penting dari analisis terhadap semua guru untuk membuatnya, dari pada hanya pengamatan biasa terhadap anak-anak yang meniru perilaku dari anak-anak yang lain dan orang-orang dewasa. Banyak kalangan psikolog yang berorientasi pada belajar sosial dan behavioral menyatakan, dalam kenyataan, bahwa para siswa memperoleh nilai-nilai mereka dengan tingkat yang luas melalui pengamatan dan meniru baik teman-teman sebayanya dan contoh- contoh orang dewasa.

Liebert (1972) menunjukkan, sebagai contoh, bahwa pengamatan terhadap teman-teman sebaya yang agresif, orang-orang dewasa, dan bahkan karakter-karakter karton dapat dengan cepat meningkatkan sejumlah agresi dari anak-anak yang diungkapkan dalam permainan mereka.

Bandura (1965: 589-595) dan koleganya menguraikan studi mereka terhadap tiga kelompok para siswa perawat di sekolah yang melihat film orang dewasa yang mencontohkan memukul, menendang, dan meninju terhadap boneka “Bobo” dipompa yang berukuran sama dengan orang dewasa. Satu kelompok kemudian melihat contoh orang dewasa yang diganjar; kelompok kedua melihat contoh yang dihukum; dan kelompok ketiga melihat diperlakukan secara netral (yakni, tidak diganjar atau dihukum). Dalam situasi ganjaran, dua orang dewasa diberikan model perlakuan (minuman seven up, jagung berondong, atau manisan) untuk “penampilan agresif yang hebat”. Dalam

situasi hukuman, dua orang dewasa - di antara hal-hal yang lain – menggetarkan jari-jarinya menurut contoh dan ditandai, “Hey ke sini, kamu pengganggu nomor satu. Berhenti membadut! Saya tidak akan membiarkan itu”. Ketika contoh diperlakukan secara netral, kedua orang dewasa tidak nampak.

Ketika anak-anak ditinggalkan sendirian dengan boneka, orang-orang yang melihat contoh yang dihukum menunjukkan kurang lebih sejumlah tindakan-tindakan agresif dibanding dengan anak-anak dari dua kelompok yang lain. Terakhir, ketika mereka berusaha dihargai, jika mereka akan meniru contoh perilaku, mereka dapat melakukannya. Mereka telah belajar contoh perilaku-perilaku agresif, bahkan meskipun mereka tidak segera menampilkan perilaku-perilaku agresif setelah mengamati contoh perilaku itu.

Mischel dan Liebert (1966: 45-53) melakukan studi terhadap dua kelompok dari anak-anak yang ditempatkan dalam situasi-situasi permainan dengan orang dewasa. Setiap anak menentukan tingkat atau standar penampilan melalui mana ia akan ikut. Satu kelompok, orang dewasa secara konsisten menasehati dan memperlakukan dengan standar yang keras. Dalam kelompok kedua, orang dewasa tidak konsisten; ia masih menasehati dengan standar yang keras, tetapi sesungguhnya memperlihatkan banyak sekali toleransi ketika berhadapan dengan anak-anak.

Selama orang dewasa menyampaikan, perilaku dari anak-anak dalam dua kelompok tida berbeda. Mereka secara terus menerus mengikuti standar yang keras dari orang dewasa yang ditentukan. Namun demikian, ketika anak- anak dibiarkan sendiri (dan secara rahasia diamati melalui kaca tembus pandang), beberapa dari mereka yang diamati tidak konsisten dan merendahkan standar-standar ditetapkan orang dewasa yang ditentukan kepada mereka. Tetapi tidak seorangpun dari mereka diajar dengan konsisten untuk merendahkan standar-standar yang ditentukan orang dewasa untuk mereka. Selanjutnya anak-anak yang diajarkan dengan tidak konsisten oleh orang dewasa mungkin lebih menunjukkan standar yang rendah yang diperlihatkan dari anak-anak yang lain dan bahkan merekomendasikan standar-standar yang lebih rendah kepada teman-teman sebayanya.

Dalam kehidupan nyata, anak-anak melihat berbagai perilaku dari teman- teman sebaya, para guru dan orang dewasa yang lain. Apakah efek-efek yang didapat dari berbagai contoh perilaku itu? Liebert dan koleganya (Hill, 1968; McMains 1968; Fernandez, 1970) melakukan rangkaian studi mencari jawaban- jawaban yang tepat terhadap pertanyaan dari beragamnya contoh perilaku.

Mereka mengemukakan dua prinsip umum yang mereka percaya sebagai hasil- hasil dari studi-studi mereka, yaitu berupa ketentuan yang dikemukakan adalah: 1. Kemungkinan lebih meningkat untuk dilanggar oleh anak seperti sejumlah individu-individu yang lain yang ia lihat melanggar peraturan meningkat;

2. Kemungkinan lebih meningkat untuk diikuti oleh anak seperti sejumlah anak yang ia lihat mengikuti peraturan meningkat.

Beberapa prinsip ditekankan kembali pentingnya oleh para guru menjadi jelas tentang nilai-nilai milik mereka sendiri dan berpikir tentang apakah tindakan-tindakan dan perkataan-perkataan mereka apakah mencerminkan nilai-nilai mereka atau tidak.

Ini secara khusus penting bagi para guru untuk berpikir tentang apakah mereka mengatakan dan melakukan seperti mereka berinteraksi dengan para siswa dalam diskusi tentang nilai-nilai. Merendahkan, kekasaran, mencela terhadap ide-ide siswa, lemah dalam mendorong individu-individu pemalu atau ragu-ragu untuk menyatakan diri mereka sendiri, lemah dalam mencegah monopolisasi dalam diskusi oleh beberapa orang siswa, mengejek pertimbangan nilai dengan mana ia tidak setuju (atau memboleh- kan para siswa untuk melakukan itu) – semua tindakan-tindakan oleh guru adalah hampir dipastikan akan mengecilkan hati para siswa untuk membuat dan mendiskusikan kesimpulan-kesimpulan tentang nilai-nilai. Pada satu sisi, dorongan, minat dalam apa yang semua para siswa katakan, dukungan terhadap opini-opini yang berbeda atau tidak biasa, keinginantahu, persahabatan, dan perilaku-perilaku dan sikap-sikap yang serupa kemungkin besar mendorong dan memanjangkan diskusi-diskusi itu. Berikut beberapa saran yang lain.

Terima semua pernyataan yang para siswa upayakan, bukan persoalan bagaimana lucu dan tidak biasanya mereka mungkin terlihat ketika pertama menyampaikan. Ini bukan berarti bahwa kamu harus setuju dengan apa yang dikatakan siswa, hanya kamu tidak akan menolak terhadap pendapat itu. Penerimaan seperti itu dapat disempurnakan melalui respon dengan berbagai cara yang tidak menyatakan pendapat (seperti, dengan mengatakan, “Oh, ya”, “Saya mengerti”, atau dengan sederhana, “Baiklah”).

Jangan mengharuskan para siswa berbicara, jika mereka tidak menginginkannya. Ikuti contoh yang menggambarkan kesediaan guru untuk menghargai keinginan siswa untuk tidak berkomentar terhadap isu tertentu.

Guru : Kita telah membicarakan beberapa hari yang lalu tentang isu- isu dari moralitas dalam pemerintahan dan khususnya pertanyaan dari apakah yang pejabat pemerintahan akan lakukan, ketika prinsip-prinsipnya tertarik dalam konflik dengan apa yang ia rasakan sebagai tanggungjawabnya terhadap para pemilihnya. Sam, kamu telah mengatakan kemarin, bahwa kamu merasakan dilema yang sama seperti banyak pejabat militer yang ketika berhadapan dengan prinsip-prinsip mereka yang tertarik dalam konflik dengan tanggung jawab mereka sebagai pejabat. Dapatkah kamu memberikan kepada kita sebuah contoh untuk membantu kita memahami alasan yang kamu kemukakan?

Samsudin: Baiklah, Saya maksudkan. Seperti, untuk contoh, pejabat yang baik adalah yang diharuskan mengikuti perintah- perintah. Tetapi apakah jika ia merasakan bahwa perintah- perintah yang diberikan adalah perintah yang jahat – Saya maksudkan, kamu tahu, itu akan benar-benar menyakitkan sebagian orang, jika ia menerimanya. Ia akan mewujudkan dengan berat keputusan yang dibuat.

Guru : Apakah kamu pikir seorang pejabat akan lakukan, jika ia menemukan dirinya sendiri dalam situasi seperti itu? Samsudin: Saya duga saya pikir ia tetap berpegang pada prinsip-

prinsipnya

Rudi : Saya tidak setuju. Perintah adalah perintah, dan tugas tentara adalah mematuhinya

Guru : Selalu?

Rudi : Ya, kalau tidak, seorang tentara tidak dapat bertahan hidup Guru : Mari kita ambil beberapa ide di sini, juga, Pino, apa

pendapatmu dari semua ini?

Pino : Saya tidak berpikir saya punya satu kebenaran sekarang Guru : Baiklah, tetapi jika kamu mendapatkan satu ide atau dua

akhir-akhir ini, jangan ragu-ragu untuk menyampaikan kepada kita yang diketahui.

Ketika siswa menemukan kesulitan menyampaikan pikiran-pikiran mereka, itu kadang-kadang membantu untuk menyatakan kembali apa yang ia ungkapan

tanpa menunjukkan persetujuan atau tidak setuju terhadap ide-idenya, seperti ilustrasi berikut:

Siswa : Ketika saya naik dari kelas delapan – uh – keluarga saya pindah ke tempat baru, er, kota – uh – dalam musim panas dan saya telah memulai – uh, mulai SMA di sana. Saya tidak tahu banyak tentang anak-anak dan saya tidak – uh – merasa amat mudah ketika sekolah dimulai

Guru : Kamu merasa semacam merasa tidak enak? Siswa : Saya merasa yakin. Itu agak menyakitkan

Guru : Saya dapat memahami mengapa kamu merasa seperti itu

Biarlah para siswa mengetahui bahwa kamu ingin mereka mengupayakan ide-ide mereka dengan memberitahukannya juga. Ini adalah bagaimana seorang guru menunjukkan kepada kelasnya bahwa ia ingin mendengar apa yang para siswa pikirkan:

Rofiqoh : Bagaimanapun, saya tidak mengetahui banyak tentang ini, Guru : Saya benar-benar suka untuk mendengarkan apa yang kamu

pikir. Rofiqoh

Rofiqoh : Baiklah, ini nampaknya tidak adil untuk saya, bahwa hanya para senior yang akan mendapatkan kesempatan pergi ke halaman dalam gedung yang dikelilingi tembok untuk makan siang mereka. Sekolah ini mendorong bagi setiap orang, benar tidak? Semua siswa memiliki kesempatan menggunakan halaman dalam gedung yang dikelilingi tembok, dan itu tidak akan menjadi hak istimewa yang khusus untuk kamu yang memilikinya hanya karena kamu adalah senior

Guru : Jika saya mengerti yang kamu maksudkan, kamu mengatakan bahwa adalah tidak adil bagi para senior yang memiliki halaman dalam gedung yang dikelilingi tembok yang disediakan untuk mereka semacam beberapa jenis hak istimewa yang khusus Rofiqoh : Ya, seperti itu

Guru : Baiklah.

Pelihara untuk tidak memaksakan pandangan-pandangan kamu terhadap para siswa. Jika diskusi-diskusi berjalan dengan baik, para guru harus mendorong pertimbangan dan pemikiran terhadap semua ide-ide yang telah diungkapkan, termasuk dirinya sendiri. Prosedur yang membantu di sini

adalah menyiapkan papan tulis, atau beberapa tempat lain yang sangat kelihatan, dalam bentuk tiga kolom bagan seperti satu di bawah ini.

Para siswa sekarang dapat didorong untuk menempatkan dan mencatat fakta-fakta dalam kolom-kolom yang tepat dengan bukti yang diberikan untuk mendukung atau menolak ide-ide tertentu.

Jangan ragu-ragu untuk mengenalkan ide-ide yang bertentangan terhadap hal-hal yang dikemukakan oleh para siswa agar menghasilkan aspek-aspek lain dari suatu isu. Bagaimanapun, yakinkan, bahwa para siswa menyadari, kamu tidak menyatakan langsung memerlukan beberapa ide yang “terbaik”, atau menuntut bahwa mereka menerimanya. Pengenalan terhadap ide-ide yang berlawanan adalaj dibenarkan sepenuhnya sebagai teknik untuk mendorong diskusi dan membantu siswa memperluas kesadaran mereka terhadap perasaan-perasaan orang mengenai isu nilai- nilai. Meminta dengan tegas bahwa para siswa menerima ide-ide kamu adalah tidak hanya tidak adil, tetapi juga berlawanan dengan pengujian pemikiran dari berbagai ide. Berikut sebuah contoh dari bagaimana seorang guru mencoba untuk mendorong para siswa untuk mempertimbangkan suatu ide dari pada membuangnya tanpa memikirkan tentangnya. Guru : Kamu mempunyai semua yang disarankan tentang beragam hal

yang kamu pikir mungkin berkontribusi untuk mengurangi perang nuklir di masa depan. Satu hal yang tidak setiap orang mampu menjelaskan adalah kemungkinan bahwa Amerika Serikat akan mulai melakukan dengan menghancurkan semua senjata nuklir selama lima tahun terakhir dan mengundang semua kekuatan nuklir yang lain untuk mengikuti undangan itu.

Siswa : Apakah kamu main-main? Rusia akan mempunyai senjata-senjata luar biasa dan kekuatan mendekati kita

Siswa : Apakah kamu benar-benar menyetujui hal itu?

Guru : Saya tidak mengatakan bahwa saya menyetujui atau menentang terhadap ide itu. Saya hanya menyarankan bahwa itu mungkin

sebuah ide yang bermanfaat untuk dilihat. Beberapa orang cukup cerdas dalam menyetujui ide itu, dan saya pikir kita akan membahasnya.

Di sini tidak ada pertanyaan bahwa anak-anak dipengaruhi melalui dan sering meniru perilaku orang dewasa dan contoh-contoh teman sebaya. Ini adalah untuk alasan itu bahwa para guru butuh untuk mempertimbangkan apakah perilaku-perilaku yang perlihatkan sendiri adalah jenis-jenis perilaku-perilaku yang mereka ingin agar para siswa berusaha menyamainya.

1. Para siswa akan mengungkapkan berbagai model (para guru, orang tua, teman sebaya, orang dewasa yang lain) selama pembelajaran di sekolah mereka. Beberapa model kemungkinan besar berbeda sekali dalam perilaku-perilaku yang mereka perlihatkan. Apakah yang akan kamu katakan terhadap siswa yang berkomentar terhadap fakta itu?

2. Berikut beberapa contoh yang dibenarkan diberikan melalui beragam orang untuk mengatakan sesuatu, sebelum melakukan yang lain:

a. Saat kondisi-kondisi yang bagaimanakah orang benar-benar membuat pernyataan yang tidak sulit diterapkan;

b. Kapan seseorang atau keluarganya dapat dianggap membahayakan kehidupan dan anggota badan; atau

c. Kapan seseorang belajar hal yang baru, yang sekarang membuatnya mungkin melihat bahwa orang lain akan terganggu, jika ia mengikuti pernyataan- pernyataan terdahulu. Apakah kamu akan setuju bahwa beberapa alasan adalah sesuatu yang dapat dibenarkan untuk sesuatu yang tidak konsisten? Mengapa ya dan mengapa tidak?

Dalam dokumen Mengajar serta manajemen mengajar Nilai (Halaman 190-196)