• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memberitahukan Orang-orang Lain Apakah Nilai

Dalam dokumen Mengajar serta manajemen mengajar Nilai (Halaman 196-199)

BAB II NILAI-NILAI DAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH

E. Memberitahukan Orang-orang Lain Apakah Nilai

Ini adalah satu tipe perilaku khusus, yang para guru sebaiknya memberitahu untuk menjauhinya. Ini adalah praktik dari memberi- tahukan orang lain apakah jenis hal-hal yang mereka akan nilai – terutama dengan menggunakan teknik-teknik seperti yang menumbuhkan kekhawatiran tentang konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan tertentu, seruan-seruan terhadap hati nurani, atau memuji “contoh-contoh

yang baik” dari sejarah dan literatur. Materi berisi slogan-slogan yang membangkitkan inspirasi, pernyataan-pernyataan yang tegas seperti terhadap apa yang benar atau salah, dan memperingatkan tentang bahaya yang dapat menimpa seseorang yang tidak jujur dan tidak dipercaya yang demikian akan dijauhi.

Buku bacaan The McGuffy yang digunakan sebagian besar sekolah selama abad ke 19 adalah barangkali contoh yang banyak dikenal dari materi-materi seperti itu. Satu yang menggunakan cerita yang diiringi gambar dari dua anak yang tidak mematuhi ibu mereka dengan menyeberangi kolam ketika es sedang lunak, kemudian jatuh dalam air yang beku dan hampir tenggelam. Syukur dapat melepaskan dari yang menutup mereka, anak menyesal dan mengakui “dosa” mereka kepada ibu mereka dan “tidak pernah melupakan pelajaran yang mereka pelajari”. Cerita ini khas dari banyak literatur buku-buku sekolah pada waktu itu, di mana seseorang yang tidak menghormati dan tidak mematuhi otoritas mendapat konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan.

Problem dengan material-materi dan teknik-teknik dari jenis ini adalah bahwa mereka untuk sebagian besar, tidak begitu efektif. Mekispun banyak tergantung pada sifat dan cara yang menarik, kepercayaan terhadap teknik-teknik untuk meyakinkan orang muda terhadap sesuatu yang kebaikan atau kemanfaatan yang dilakukan hanya tidak terlaksana untuk sebagian besar. Ini juga dilaksanakan untuk menarik hati nurani dan untuk memuji tokoh-tokoh dari sejarah dan karya-karya dalam literatur. Penjara kita adalah dipenuhi dengan ribuan individu yang para orang tuanya secara berulang-ulang memberitahukan kepada mereka, saat mereka masih muda untuk “menjadi muda”.

Hampir 50 tahun yang lalu, Hartshorne dan May (1928) menemukan jalan keluar bahwa bentuk-bentuk didaktik dari instruksional (instruc- tion) tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku moral, seperti yang diukur melalui tingkat subjek-subjek eksprimental dalam berbagai kelas pendidikan karakter dan program-program instruksional religi yang ditiru. Belajar terhadap peraturan-peraturan verbal tentang kejujuran tidak berhubungan dengan bagaimana subjek-subjek bertindak. Orang-orang yang menyontek diungkapkan sebagai moral yang banyak atau lebih banyak dicela dari menyontek sebagai orang-orang tidak menyontek. Keputusan untuk menyontek, itu muncul, sebagian besar ditentukan oleh

kelayakan, tergantung pada tingkat resiko dan upaya yang dilakukan. Hartshorne dan May (1928).

Festinger (1964: 404-417) menjelaskan dalam studi terhadap elemen yang menimbulkan kekhawatiran telah dikenalkan selama pelatihan kesehatan mulut. Para siswa SMA dibagi dalam empat kelompok; tiga dari kelompok mendengar ajakan yang berupaya meyakinkan mereka untuk menggunakan metode-metode yang tepat untuk kesehatan mulut. Ajakan- ajakan yang dikarakterisasi sebagai kuat, sedang, dan minimal. Ajakan yang kuat berisi elemen-elemen yang menumbuhkan kekhawatiran; dua yang lain disampaikan dengan lebih objektif. Selanjutnya dilakukan dengan memberikan kuesioner-kuesioner untuk menentukan berapa jumlah siswa yang merubah praktik-praktik mereka menyesuaikan pada metode-metode yang direkomendasikan. Hubungan antara perilaku dengan tingkat mana para siswa yang merasa peduli terhadap kesehatan mulut sesungguhnya dalam arahan bolak-balik dari satu apa yang akan diharapkan dalam berbagai hubungan yang sederhana antara perubahan sikap dan perilaku. Festinger menyimpulkan temuannya sebagai berikut:” Dari semuanya itu, kita dapat menemukan tidak ada pengaruh terhadap perilaku atau bahkan perubahan yang jelas dan menetap dalam pendapat yang diberikan dengan melalui komunikasi yang persuasif ”.

Penggunaan teknik-teknik itu seperti himbauan-himbauan terhadap hati nurani, ganjaran-ganjaran dan hukuman-hukuman, dan memuji terhadap “contoh-contoh yang baik” sering dikenal sebagai berkhobah (moraliz- ing). Berkhotbah sering kali disamakan dengan jenis pengajaran pikiran, tetapi tidak adil. Berkhotbah dapat didefinisikan sebagai “pendirian moral atau gambaran moral” dari suatu kejadian atau kisah, atah bahkan “untuk meningkatkan moral-moral” dari para siswa. Sebuah definisi pendahuluan adalah “untuk berpikir, menulis, atau berbicara tentang persoalan-persoalan dari benar atau salah”. Nilai dan kemampuan menerima khotbah, sesungguhnya tergantung pada cara di mana ia muncul. Para guru atau figur otoritas lain dapat dengan mudah memberitahukan para siswa untuk menerima kesimpulan-kesimpulan mereka bahwa hal tertentu (objek, kebijakan, cara berperilaku) adalah baik atau salah disebabkan mereka mengatakannya, tanpa memberikan alasan-alasan terhadap kesimpulan- kesimpulan mereka. Hal ini tidak muncul dalam sebagian besar kasus untuk menjadi efektif. Pada satu sisi, mereka dapat mengajar para siswa untuk menemukan alasan-alasan di balik rekomendasi-rekomendasi.

Mengapa para pendukung kebijakan tertentu merekomendasikan hal itu? Apa konsekuensi-konsekuensi yang mereka katakan, akan dihasilkan dari mengikutinya? Apakah bukti itu adalah konsekuensi yang telah terjadi di mana saja?

Ketika para siswa telah diajarkan (bahkan jika hanya melalui implikasi) untuk menerima kesimpulan-kesimpulan dari figur-figur otoritas tanpa kualifikasi, mereka akhir-akhir ini mungkin mengalami kesulitan berhadapan dengan berbagai kecaman dari kesimpulan- kesimpulan itu. Pada saat kesimpulan-kesimpulan dari satu otoritas bertentangan dengan kesimpulan-kesimpulan dari otoritas yang lain, banyak orang dewasa tidak mengetahui apa yang dilakukan. Karena mereka belajar di sekolah, hanya untuk menerima, dari pada menilai, kesimpulan-kesimpulan, mereka sekarang tidak mampu untuk memilih secara cerdas di antara kesimpulan-kesimpulan.

1. Penggunaan dari teknik-teknik itu seperti himbauah-himbauan terhadap hati nurani, slogan-slogan, dan peringatan-peringatan telah dikatakan melalui para pengamat telah menjadi kejadian yang biasa di banyak sekolah. Jika itu benar, bagaimana kamu akan menjelaskannya?

2. Kemampuan memilih waktu yang tepat saat guru akan menasehati dengan baik untuk memberitahukan para siswanya, apa mereka akan nilai? Jika demikian, kapan?

3. Akankah kamu setuju bahwa nilai berkhotbah tergantung pada cara di mana ia terjadi? Mengapa ya atau mengapa tidak?

4. Lihatlah definisi dari berkhotbah (moralizing) dalam kamus. Dari daftar definisi, pilih salah satu yang kamu pikir sebagian besar akan menjadi hal yang biasa diterima oleh kebanyakan orang? Mengapa?

5. Apakah kapanpun, ketika guru akan dibenarkan dalam meminta para siswanya untuk menerima kesimpulan-kesimpulan guru tanpa pertanyaan? Mengapa ya atau mengapa tidak?

Dalam dokumen Mengajar serta manajemen mengajar Nilai (Halaman 196-199)