• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pohon: Pohon berdiameter 10 cm atau lebih

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Tinjauan Aspek Biofisik Kawasan Hutan Mangrove Blanakan 1. Aspek Fisika Kimia Kawasan Hutan Mangrove Blanakan

5.4.2. Aspek Biologi Kawasan Hutan Mangrove Blanakan

Pengamatan terhadap parameter biologi meliputi plankton, makrobenthos, ikan, flora dan fauna yang berasosiasi dengan mangrove di Blanakan. Plankton dan makrobenthos dikaji karena kedua kelompok biota tersebut merupakan bagian penting dari rantai makanan. Makrobenthos berperan dalam degradasi serasah mangrove untuk selanjutnya diuraikan menjadi bahan an organik. Plankton berperan sebagai produsen yang merubah bahan an organik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Fauna yang berasosiasi dengan mangrove adalah hewan dari kelompok ikan, reptilia, aves (burung), dan mammalia. Keberadaannya mempunyai fungsi ekologis yang penting bagi ekosistem mangrove di Blanakan.

Plankton di kawasan hutan mangrove Blanakan, Subang

Plankton adalah mikroorganisme yang berperan sangat penting di ekosistem perairan. Plankton merupakan produsen yang menentukan produktivitas perairan, sehingga tingkat kesuburan perairan Blanakan dapat diketahui dengan melihat kelimpahan plankton di tempat tersebut. Jenis dan keanekaragamannya dapat digunakan untuk menentukan kondisi suatu perairan. Semakin tinggi indeks keanekaragamannya, maka perairan tersebut semakin subur. Hal ini akan menguntungkan organisme pada rantai makanan di atasnya, karena dengan ketersediaan pakan yang melimpah hewan-hewan yang berada pada tingkatan trofik di atasnya akan melimpah pula keberadaannya. Adapun kelimpahan plankton di perairan ekosistem mangrove Blanakan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Kelimpahan plankton di ekosistem mangrove Blanakan

No NAMA SPESIES Jumlah individu/liter pada tiap stasiun

St 1 St 2 St 3 FITOPLANKTON A Cyanophyta 1 Oscillatoria sp - 17 - B Chlorophyta 2 Hyalotheca sp 17 - 17 3 Plectonema sp - 17 - C Chryshophyta 4 Camphylodiscus sp 70 17 35 5 Chaetoceros brevis 104 - 261 6 Chaetoceros sp 17 52 139 7 Coscinodiscus nitidus 313 261 296 8 Coscinodiscus radiatus 244 365 574 9 Cyclostella striata 539 435 435 10 Diatoma sp - - 17 11 Guinardia Floecida 35 35 70 12 Hemisulus sp 35 - 17 13 Melosira sp - - 191 14 Nitzschia sp 17 35 35 15 Pleurosigma sp - - 35 16 Rhizosolenia alata 644 452 940 17 Rhizosolenia delicatula 87 17 52 18 Schrodella sp 17 52 - 19 Synedra acus - 17 17 20 Thallassiotrix sp - - 17 D Pyrophyta 21 Ceratium fusus 17 - - 22 Ceratium tripos - 17 - 23 Dessodinium lunula - 35 87 24 Noctiluca sp 1775 574 1740 25 Peridinium breve 17 17 - 26 Peridinium granii 17 35 - 27 Prorocentrum micans 17 - 35 ZOOPLANKTON E Entomostraca 28 Amphorellopsis sp - - 35 29 Brachianus sp - - 35 30 Codonellopsis parva - 35 17 31 Nauplius 331 245 435 32 Pelagia sp 138 - 296 33 Tintinidium sp - - 17 34 Tintinopsis sp - - 35 Jumlah Individu 4451 2730 5880 Jumlah jenis 20 20 27 Indeks Keanekaraga an H’ 2,025 2,280 2.393

Kelimpahan plankton pada perairan Mangrove Blanakan cukup tinggi. Kelimpahan plankton yang paling tinggi terdapat pada stasiun tiga. Sedangkan spesies yang paling banyak ditemukan adalah spesies Noctiluca sp. pada stasiun satu. Fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Di perairan mangrove diketahui jumlah fitoplankton lebih banyak daripada zooplankton. Hal ini tidak menimbulkan masalah bagi perairan karena zooplankton memiliki tingkat trofik yang lebih tinggi, sehingga jumlahnya lebih sedikit daripada fitoplankton. Hubungan antara komunitas fitoplankton dengan perairan adalah positif. Bila kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tinggi, maka dapat diduga perairan tersebut memiliki produktivitas perairan yang tinggi pula.

Untuk mengetahui keanekaragaman fitoplankton dianalisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’). Tujuan metode ini untuk mengukur tingkat keteraturan dan ketidakteraturan dalam suatu sistem, selain itu indeks ini juga bisa digunakan sebagai indikator untuk menentukan kriteria kualitas perairan (Fachrul 2007).

Dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman Shannon Wiener didapatkan bahwa indeks keanekaragamannya untuk stasiun 1 adalah 2,025, stasiun dua adalah 2,280 dan stasiun tiga adalah 2,393. Berdasarkan indeks keanekargaman tersebut stasiun 1,2 dan stasiun 3 temasuk kategori tercemar ringan. Indeks perataan stasiun 1, 2 dan 3 memiliki nilai 0,676; 0,761 dan 0,726, hal tersebut menunjukkan bahwa kekayaan antar spesies merata dengan tingkat kelimpahan yang hampir sama.

Tumbuhan Mangrove Di Kawasan Pantai Blanakan, Subang

Ekosistem hutan mangrove di kawasan Pantai Blanakan terdiri dari 3 familia dan 4 jenis yang sebagian besar didominasi oleh Rhizoporaceaea, Sonneratiaceae dan Avicenniaceae. Rhizopora sp. merupakan jenis mangrove yang banyak ditemukan pada daerah yang mengarah ke darat, sedangkan Sonneratia sp. dan Avicennia sp. lebih banyak tumbuh di daerah yang berdekatan dengan laut. Bruguiera sp. biasanya tumbuh mengelompok pada tanah liat di belakang zona Avicennia, atau di bagian tengah vegetasi mangrove kearah darat. Jenis ini juga memiliki kemampuan untuk tumbuh pada tanah/substrat yang baru terbentuk.

Tabel 22 Kerapatan relatif, frekuensi relatif, penutupan relatif dan INP jenis mangrove di ekowisata hutan mangrove Blanakan

Tingkat Pertumbuhan Jenis Kerapatan Relatif (%) Frekuensi Relatif (%) Dominansi Relatif (%) INP (%) Pohon Avicennia marina 88,25 68,89 96,63 253,77 Rhizopora sp. 10,60 22,22 0,85 33,67 Sonneratia sp. 1,15 8,89 2,52 12,56 Jumlah 300 Pancang Avicennia marina 100,63 88,13 - 188,76 Rhizopora sp. 44,19 54,62 - 98,81 Sonneratia sp. 5,18 7,25 - 12,43 Jumlah 300 Anakan Avicennia sp. 86,95 76,25 - 163,20 Rhizopora sp. 43,21 40,95 - 84,16 Sonneratia sp. 21,68 22,98 - 44,66 Bruguiera sp. 3,19 4,79 - 7,98 Jumlah 300

Tumbuhan yang ada di kawasan hutan mangrove Blanakan didominasi empat jenis yaitu Avicennia marina, Sonneratia sp., Rhizopora sp. dan Bruguiera sp. Avicennia marina dan Rhizopora sp. mempunyai peran penting dalam pembentukan ekosistem mangrove di Blanakan yang ditunjukkan oleh Indeks Nilai Penting (INP) yang didapat. Avicennia marina memiliki INP sebesar 163,2% - 253,77% dan Rhizopora sp sebesar 33,67% - 98,81%. Rhizopora banyak ditemukan di lokasi yang lebih menjorok ke darat. Avicennia marina merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Hasil perhitungan INP tertinggi adalah Avicennia marina untuk tingkat pertumbuhan pohon dengan nilai 253,77%. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan spesies Avicennia marina merupakan spesies yang mendominasi dan juga merupakan pemasok nutrisi terbesar bagi perairan.

Formasi mangrove merupakan perpaduan antara daratan dan lautan. Mangrove tergantung pada air laut (pasang) dan air tawar sebagai sumber nutrisinya serta endapan debu (silt) dari erosi daerah hulu sebagian bahan

pendukung substratnya. Air pasang memberi makanan bagi hutan dan air sungai yang kaya mineral memperkaya sedimen dan rawa tempat mangrove tumbuh. Pada tepi-tepi laut yang ombaknya relatif tenang, umumnya tumbuh dengan lebat jenis Api-api (Avicennia sp.) dan Bakau (Rhizopora sp.) dengan perakarannya membantu menstabilkan wilayah pantai.

Tumbuhan mangrove mempunyai fungsi yang sangat strategis pada ekosistem pesisir baik secara ekonomi maupun ekologi. Secara ekonomi, berbagai kebutuhan masyarakat baik berupa kayu, ikan, kepiting dan fauna lainnya dapat diambil dari kawasan mangrove. Demikian pula secara ekologi, berbagai fungsi juga dijalankan oleh mangrove diantaranya sebagai sumber nutrien bagi flora dan fauna yang ada disekitarnya. Sebagai salah satu produsen dalam ekosistem, mangrove memegang peranan yang sangat penting. Dekomposisi bahan organik serasah mangrove masuk dalam lingkungan perairan dan menjadi nutrien yang sangat dibutuhkan oleh fitoplankton sebagai bahan fotosintesis. Fitoplankton dikonsumsi oleh level konsumen dalam ekosistem ini, mulai dari zooplankton, crustacea, polychaeta, dan makrobentos, kemudian menunjang rantai makanan dalam ekosistem lanjutannya yaitu ikan, udang maupun biota lainnya. Pemanfaatan kawasan mangrove di Blanakan salah satunya adalah untuk ekowisata, dimana kegiatan tersebut tidak mengambil sumberdaya mangrove secara fisik.

Mangrove di daerah ini terbagi menjadi 2 kawasan utama yaitu, di sebelah barat sungai Blanakan yang dikelola dibawah pengawasan Perum Perhutani unit III dan kawasan di sebelah timur sungai Blanakan yang terdapat di sekitar kawasan tambak produksi milik masyarakat. Tumbuhan mangrove di daerah ini sebagian besar merupakan hasil replanting dan rehabilitasi yang telah dilakukan sekitar 25 tahun yang lalu dan terutama terdiri dari kelompok api-api (Avicennia sp.) dengan ukuran mulai dari seedling sampai berukuran besar (diameter batang ≥ 10cm; tinggi ≥ 10meter). Avicennia marina ditemukan mulai dari batas perkampungan penduduk, daerah tambak sampai jauh kedepan yaitu pada tanah timbul yang merupakan hasil pertemuan sedimentasi dari muara sungai Blanakan dan pengendapan dari laut. Selain Avicennia marina juga ditemukan jenis mangrove lain seperti Rhizophora sp., Bruguiera sp., Sonneratia sp., Nypa fruticans, Acanthus sp. serta mangrove ikutan Ipomoea sp.dan Calotropis sp.

Jika diperhatikan di daerah yang makin mengarah ke darat dari laut terdapat zonasi penguasaan oleh jenis-jenis mangrove yang berbeda. Dari

arah laut menuju ke daratan terdapat pergantian jenis mangrove yang secara dominan menguasai masing-masing habitat zonasinya.

Fenomena zonasi ini belum sepenuhnya difahami dengan jelas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian zonasi terkait dengan respons jenis tanaman terhadap salinitas, pasang-surut dan keadaan tanah. Kondisi tanah mempunyai kontribusi besar dalam membentuk zonasi penyebaran tanaman. Avicennia sp. dan Sonneratia sp. tumbuh sesuai di zona berpasir, Rhizopora sp. cocok di tanah lembek berlumpur dan kaya humus. Keadaan morfologi tanaman, daya apung dan cara penyebaran bibitnya serta persaingan antar spesies, merupakan faktor lain dalam pembentukan zonasi ini.

Formasi hutan mangrove yang terbentuk di kawasan mangrove biasanya didahului oleh jenis pohon Sonneratia sp. dan Avicennia sp. sebagai pionir yang memagari daratan dari kondisi laut dan angin. Jenis-jenis ini mampu hidup di tempat yang biasa terendam air waktu pasang karena mempunyai akar pasak. Pada daerah berikutnya yang lebih mengarah ke daratan banyak ditumbuhi jenis bakau (Rhizophora sp.). Daerah ini tidak selalu terendam air, hanya kedang-kadang saja terendam air. Daerah ini tanahnya agak keras karena hanya sesekali terendam air yaitu pada saat pasang yang besar dan permukaan laut lebih tinggi dari biasanya.

Fauna Di Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Blanakan

Beberapa hewan tinggal di atas pohon sebagian lain di antara akar dan lumpur sekitarnya. Walaupun banyak hewan yang tinggal sepanjang tahun, habitat mangrove penting pula untuk hewan pengunjung yang hanya sementara waktu saja, seperti burung yang menggunakan dahan mangrove untuk bertengger atau membuat sarangnya tetapi mencari makan di bagian daratan yang lebih ke dalam, jauh dari daerah habitat mangrove. Kelompok hewan arboreal yang hidup di atas pohon, seperti serangga, ular pohon, primata dan burung yang tidak sepanjang hidupnya berada di habitat mangrove, tidak perlu beradaptasi dengan kondisi pasang surut.

Burung-burung dari daerah daratan menemukan sumber makanan dan habitat yang baik untuk bertengger dan bersarang. Mereka makan

kepiting, ikan dan moluska atau hewan lain yang hidup di habitat mangrove. Tiap spesies biasanya mempunyai gaya yang khas dan memilih makanannya sesuai dengan kebiasaan dan kesukaannya masing-masing dari keanekaragaman sumber makanan yang tersedia di lingkungan tersebut. Sebagai timbal baliknya, burung-burung meninggalkan kotoran (guano) sebagai pupuk bagi pertumbuhan pohon mangrove.

Kelompok hewan yang bukan hewan arboreal adalah hewan-hewan yang hidupnya menempati daerah dengan substrat yang keras (tanah) dan substrat yang lunak (lumpur) atau hidup di akar mangrove. Kelompok ini antara lain adalah jenis kepiting mangrove, kerang-kerangan dan golongan invertebrata lainnya. Kelompok yang lain adalah hewan yang selalu hidup dalam kolom air laut, seperti macam-macam ikan dan udang.

Fauna darat yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri dari insecta, reptilia, aves, mammalia. Kelompok ini hidup dan beradaptasi pada bagian pohon yang tinggi dan jauh dari jangkauan air laut, meskipun mereka bergantung pada hewan laut untuk kebutuhan makanannya.

Fauna akuatik yang dijumpai di kawasan Pantai Blanakan dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:

 Yang hidup di kolom air, seperti ikan dan udang

 Yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun yang lunak (lumpur), seperti kerang, kepiting dan jenis invertebrata lainnya.

Habitat mangrove adalah sumber produktivitas yang bisa dimanfaatkan baik dalam hal produktivitas perikanan dan kehutanan ataupun secara umum merupakan sumber alam yang kaya sebagai ekosistem tempat bermukimnya berbagai flora dan fauna. Mulai dari perkembangan mikro organisme seperti bakteri dan jamur yang memproduksi detritus yang dapat dimakan larva ikan dan hewan-hewan laut kecil lainnya. Ikan Gelodok, larva udang dan lobster memakan plankton dan detritus di habitat ini. Pada gilirannya akan menjadi makanan hewan yang lebih besar dan akhirnya menjadi mangsa predator besar termasuk pemanfaatan oleh manusia.

Berbagai hewan seperti, reptil, mamalia, datang dan hidup walaupun tidak seluruh waktu hidupnya dihabiskan di habitat mangrove. Berbagai jenis serangga, ikan, amfibi, reptilia, burung dan hewan mamalia dapat bermukim

dan menghabiskan hidupnya di hutan mangrove Blanakan. Adanya perbedaan jenis mangrove yang ada di kawasan hutan mangrove Blanakan menyebabkan perbedaan keanekaragaman fauna yang hidup di lokasi tersebut.

Makrobenthos

Di kawasan hutan mangrove Pantai Blanakan terdapat fauna invertebrata, salah satunya makrobenthos. Hutan mangrove menyediakan bahan organik yang berasal dari serasah daun dan pelapukan batang pohon maupun berasal dari sedimen yang tertahan olehnya. Bahan organik yang melimpah tersebut sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup makrobenthos.

Keberadaan makrobenthos di ekosistem mangrove terkait erat dengan keberadaan biota laut lainnya di mangrove, serta burung-burung yang merupakan predator bagi makrobenthos. Oleh karena itu keberadaan makrobenthos penting sebagai salah satu komponen rantai makanan dalam ekosistem mangrove. Hasil pengamatan terhadap kemelimpahan makrobenthos disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23 Kelimpahan makrobenthos di ekosistem hutan mangrove Blanakan

No NAMA SPESIES Jumlah individu/ m

2 St 1 St 2 St 3 A BIVALVIA 1 Lithophaga sp 45 15 30 2 Mytillus sp 240 60 - 3 Tapes sp - - 15 4 Gafrarium sp - 60 - 5 Tellina sp 30 - 60 B GASTROPODA 6 Cerithidea sp - 90 15 7 Lithorina sp - 405 15 8 Natica sp - 45 - 9 Nassarius sp - 195 - 10 Terebralia sp - 585 270 C. POLICHAETA 11 Nereis sp 45 - 45 D CRUSTACEA 12 Balanus sp 90 - 135 Jumlah jenis 5 8 8 Jumlah individu 450 1455 585 Indeks Keanekaraga an H’ 1,30 1,58 1,56

Indeks Perataan (e) 0,81 0,76 0,75

Makrobenthos merupakan salah satu biota yang juga digunakan sebagai parameter biologi untuk menentukan kondisi suatu perairan. Makrobenthos

merupakan organisme yang hidupnya menempati dasar perairan. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan benthos sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya, sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya. Makrobenthos yang tercuplik di perairan mangrove Blanakan terdiri dari 12 spesies. Jumlah organisme makrobenthos yang tercuplik selama penelitian didominansi oleh kelas Gastropoda sebesar 1320 individu pada stasiun 2.

Pada stasiun satu teridentifikasi 5 spesies dengan indeks keanekaragaman (H’) sebesar 1,30. Indeks keanekaragaman di stasiun 1 adalah yang terendah dibandingkan stasiun 2 dan 3. Berdasarkan indek keanekaragaman dan kriteria kualitas perairan stasiun satu termasuk kedalam kategori tercemar ringan. Indeks perataan di stasiun 1 adalah 0,8, hal tersebut menunjukkan bahwa kekayaan antar spesies merata dengan tingkat kelimpahan yang hampir sama (nilai hampir 1). Stasiun 2 merupakan stasiun mempunyai nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,58. Pada stasiun 2 ditemukan 8 jenis makrobenthos yang merupakan bioindikator terhadap kualitas perairan yang tercemar.

Pada stasiun 3 teridentifikasi 8 jenis makrobenthos dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,56. Jumlah spesies tertinggi adalah Terebralia sp. sebesar 850 individu dan terendah adalah Tapes sp. sebesar 15 individu.

Keanekaragaman makrobenthos yang tinggi menunjukkan daya tahan ekosistem mangrove tekanan ekologis juga tinggi. Perairan yang memiliki keanekaragaman rendah mengindikasikan terjadinya ketidakstabilan di dalam ekosistem tersebut karena ada jenis yang mendominasi perairan tersebut. Kondisi seperti ini juga menyebabkan daya tahan ekosistem terhadap lingkungan juga rendah.

Menurut Nyabakken (1992) kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur, yang seringkali sangat lunak. Substrat berlumpur ini berasal dari sedimen yang dibawa kedalam estuaria baik oleh air laut maupun air tawar. Jenis bentos pemakan deposit atau deposit feeder, seperti jenis-jenis dari kelas Polychaeta banyak terdapat pada tipe substrat lumpur.

Ikan

Selain memiliki fungsi sebagai pelindung pantai dari gelombang, fungsi mangrove yang tidak kalah pentingnya adalah fungsi ekologis sebagai tempat berlindung, pembesaran, dan perkembangbiakan bagi berbagai jenis biota akuatik. Organisme yang banyak menikmati fungsi ekologis mangrove ini adalah biota laut, seperti plankton, makrobenthos, ikan dan Crustacea (kepiting dan udang). Oleh karena itu, pada ekosistem mangrove banyak ditemukan berbagai jenis ikan. Keberadaan ikan-ikan di mangrove tersebut ada yang menjadi penghuni tetap, ada yang sekali-sekali datang untuk mencari makan, dan ada yang datang secara musiman, misalnya ketika akan bertelur atan memijah.

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang subur, karena degradasi serasah mangrove memasok unsur hara bagi lingkungannya. Unsur hara dimanfaatkan oleh plankton dalam fotosintesis, sehingga perairan di mangrove mempunyai produktivitas yang tinggi. Hal ini menyebabkan kelimpahan organisme pada tingkatan trofik dalam rantai makanan menjadi tinggi pula. Ketersediaan plankton dan benthos di perairan tersebut merupakan makanan bagi ikan. Dengan kondisi tersebut, ikan memanfaatkan ekosistem perairan mangrove sebagai daerah mencari makan, memijah dan pembesaran. Jadi mangrove mempunyai nilai ekologis yang tinggi untuk menunjang keberlangsungan ekosistem akuatik di kawasan mangrove Blanakan.

Terdapat beberapa jenis ikan yang mampu hidup pada daerah yang kisaran salinitasnya luas seperti pada daerah mangrove ini. Ikan-ikan tersebut mempunyai toleransi terhadap kisaran salinitas yang tinggi untuk dapat hidup di perairan payau. Adapun jenis ikan yang teramati di Blanakan antara jenis ikan belanak (Mugil dussumieri), ikan kipper (Scatophagus argus), ikan lundu (Macrones gulio), ikan kerong-kerong (Therapon jarbua), ikan mujair (Oreochromis mossambicus), ikan Boso (Glossogobius giuiris), dan ikan belut tambak (Synbranchus bengalensis). Hasil pengamatan pada kemelimpahan ikan di Blanakan menunjukkan bahwa sebagian besar ikan yang terdapat di wilayah tersebut merupakan jenis ikan konsumsi. Hal tersebut ditunjukkan oleh tangkapan ikan yang dijumpai di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Fajar Sidik, yang didominasi oleh ikan konsumsi. Namun, ditemukan juga beberapa jenis ikan tangkapan merupakan jenis ikan hias.

Adapun jenis ikan yang teramati di Blanakan dapat diitunjukkan pada Tabel 24.

Tabel 24 Jenis-jenis ikan yang ditemukan di perairan ekowisata hutan mangrove Blanakan NO FAMILI JUMLAH SPESIES HABITAT JUMLAH St 1 St 2 St 3 1 Carangidae 19 Muara-pesisir ++++ +++ ++++ 2 Engraulidae 4 Muara-pesisir + - + 3 Sciaenidae 6 Pesisir - ++ - 4 Gobiidae 10 Sungai-muara ++ ++ - 5 Clupeidae 13 Pesisir ++ ++++ -

6 Belonidae 3 Muara pesisir - - +

7 Soleidae 4 Muara pesisir - - ++

8 Synbranchidae 1 Muara - + -

9 Leiognathidae 4 Muara pesisir + - +

10 Chanidae 3 Muara pesisir + - -

11 Mugilidae 6 Sungai, muara + + +

12 Muraenidae 2 Muara pesisir + - -

13 Trichiuridae 3 Pesisir laut - ++ -

14 Teraponidae 1 Pesisir laut - - +

15 Serranidae 4 Pesisir laut + - ++

16 Cichlidae 1 Sungai muara - - +

17 Bagridae 1 Sungai + - -

18 Anthidae 1 Muara - - +

19 Altherinidae 1 Muara - - +

20 Pomatomidae 1 Muara pesisir - - +

21 Plotosidae 2 Muara pesisir - + +

22 Polynemidae 1 Sungai pesisir + - -

23 Elopsidae 1 Muara pesisir + - -

24 Tetraodontidae 1 Muara - - +

25 Sillaginidae 1 Muara pesisir - - +

26 Scatophagidae 1 Muara - - +

27 Siganidae 6 Laut - + ++

28 Sphyraenidae 9 Laut - ++ +++

29 Stromatidae 1 Muara pesisir - + -

30 Hemirhamphidae 4 Pesisir laut - ++ +

31 Ophiocephalidae 1 Muara - - ++

32 Holocentridae 4 Pesisir - + ++

33 Lutjanidae 6 Pesisir-laut + + ++

34 Labridae 3 Pesisir - + +

Keterangan: - = tidak ditemukan ++ = ditemukan 6-10 + = ditemukan 1-5 +++ = ditemukan > 10

Dari data di atas memperlihatkan jumlah jenis ikan yang ditemukan di ekosistem mangrove di Pantai Blanakan ada 129 jenis dari 34 famili. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi jumlah jenis ikan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove cukup besar. Jenis biota yang ditemukan tersebut, beberapa diantaranya merupakan ikan ekonomis penting, seperti familia Chanidae, dan Lutjnaidae. Ikan-ikan yang ditemukan tersebut tidak semuanya merupakan penghuni mangrove, tetapi ada yang merupakan penghuni karang atau dari laut lepas. Untuk jenis ini, kedatangan mereka ke ekosistem mangrove adalah untuk mencari makan, untuk bertelur, atau untuk memijah.

Adanya kemelimpahan yang tinggi dari ikan merupakan potensi dan daya tarik wisata. Kegiatan wisata yang bisa dikembangkan adalah wisata memancing dan belanja ikan di TPI Mina Fajar Sidik. TPI ini berjarak sekitar 1 km sebelum pintu gerbang ekowisata mangrove Blanakan. Ikan juga merupakan makanan dari burung-burung laut, sehingga populasi dan jenis burung sangat beragam di kawasan ini. Dengan demikian kegiatan pengamatan burung (bird watching) juga bisa dikembangkan dengan menyediakan fasilitas menara pengamatan.

Reptilia

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa jenis reptil memiliki pola penggunaan ruang yang dipengaruhi oleh pola aktivitas. Jenis-jenis arboreal yang aktif pada malam hari seperti Gecko sp. sering ditemukan pada cabang atau ranting pohon terutama pada malam hari, ketika mereka aktif mencari mangsa, namun pada siang hari mereka lebih suka bersembunyi di celah-celah pada pohon. Varanus sp. yang aktif pada siang hari memiliki pola yang berbeda, yaitu pada siang hari mereka lebih sering berada di sekitar perairan (sungai) untuk mencari mangsa dan pada malam hari mereka beristirahat di atas pohon. Reptil arboreal lainnya yang aktif pada siang hari seperti Chameleon sp. dan jenis-jenis dari suku Agamidae (bunglon) lebih cenderung memiliki penggunaan ruang yang tetap. Mereka aktif mencari mangsa di atas ranting pohon atau semak-semak pada siang hari, dan pada malam hari mereka bersembunyi pada batang-batang pohon atau di antara dedaunan. Reptil yang hidup pada permukaan tanah (terestrial) juga memiliki pola penggunaan ruang yang cenderung tetap. Beberapa jenis bersarang atau berlindung di lubang-lubang tanah, celah-celah batu atau diantara banir kayu seperti Kadal (Mabouya multifasciata), Ular sawah, Koros dan Weling.

Kelompok reptilia yang ditemukan di hutan mangrove Blanakan ada 10 jenis. Spesies yang ditemukan paling banyak adalah buaya, karena di lokasi wisata ini terdapat pengangkaran buaya dengan jumlah 283 ekor. Kadal (Mabouya multifasciata) juga relatif banyak dijumpai. Adapun hasil pengamatan terhadap reptilia dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Jenis Reptilia yang ditemukan di kawasan hutan mangrove Blanakan

No. REPTILIA Jumlah

Nama latin Nama lokal St 1 St 2 St 3

1 Chameleon sp Bunglon - + +

2 Mabouya multifasciata Kadal + ++ ++

3 Phyton sp Ular Sawah - + -

4 Phtyas coros Ular Koros - + +

5 Najah hannah Ular Sendok - + -

6 Bungarus fasciatus Ular Weling - + +

7 Cyberus sp Ular Air - - +

8 Crysopelea sp Ular Pohon - + +