• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pohon: Pohon berdiameter 10 cm atau lebih

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Potensi Objek Wisata Hutan Lindung Mangrove Blanakan

Unsur-unsur potensi objek wisata terdiri dari sumberdaya wisata (atraksi), amenitas dan aksesibilitas.

Atraksi (Sumberdaya wisata)

Sumberdaya wisata berhubungan erat dengan daya tarik. Daya tarik merupakan suatu faktor yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke suatu tempat yang menarik. Unsur-unsur yang menjadi daya tarik diantaranya adalah keindahan alam, banyaknya sumberdaya yang menonjol, keunikan sumberdaya alam, keutuhan sumberdaya alam, pilihan kegiatan rekreasi, dan keanekaragaman sumberdaya alam.

Keindahan alam objek wisata mangrove Blanakan meliputi pemandangan hutan mangrove yang rimbun menimbulkan kesan menyejukkan dan menarik pengunjung untuk mendekatinya. Suasana di dalam kawasan mangrove sangat sejuk dan cukup menarik untuk dinikmati sambil berjalan-jalan mengitari objek. Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada beberapa jenis vegetasi mangrove, seperti akar tunjang (Rhizopora sp.), akar pasak (Sonneratia sp., Avicennia sp.). Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman (transisi zonasi).

Adapun klasifikasi sumberdaya wisata, atraksi dan daya tarik wisata di ekowisata hutan mangrove Blanakan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Klasifikasi sumberdaya wisata, atraksi dan daya tarik wisata di ekowisata hutan mangrove Blanakan

No Klasifikasi sumberdaya wisata

Atraksi wisata 1. Sumberdaya wisata

berbasis alam

 Keindahan hutan mangrove

 Pengamatan satwa yang berasosiasi dengan mangrove

 Wisata memancing

 Berperahu menyusuri sungai dan pantai Blanakan

2. Sumberdaya wisata berbasis budaya

 Upacara Pesta laut (Nadran)  Kesenian Sisingaan

 Kegiatan pemanfaatan mangrove oleh

penduduk setempat 3. Sumberdaya wisata

buatan

 Taman bermain anak  Penangkaran buaya

 Sajian kuliner khas Blanakan  Area perkemahan

 Tempat pelelangan ikan (TPI)

Wisatawan juga akan memperoleh nilai ilmu pengetahuan tentang mangrove dan berbagai jenis satwa yang berasosiasi dengannya. Atraksi masyarakat setempat yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya mangrove. Masyarakat memanfaatkan mangove dengan mengambil kayu dari pohon yang mati untuk digunakan sebagai bahan pembuatan arang. Masyarakat setempat juga menangkap kepiting, ikan gelodok, dan jenis ikan lainnya, merupakan atraksi yang bisa dinikmati wisatawan

Keutuhan sumberdaya alam seperti flora dan fauna tidak terganggu oleh kegiatan masyarakat, sedangkan untuk lingkungan ekosistem mangrove rawan

terhadap kegiatan masyarakat dan kegiatan sekitarnya. Adanya aktivitas wisata juga berdampak negatif pada perairan di sekitar kawasan hutan mangrove. Kebiasaan membuang sampah dan limbah domestik di sekitar mangrove akan mengganggu ekosistem di dalamnya.

Pilihan kegiatan rekreasi di kawasan mangrove Pantai Blanakan ada berbagai macam yaitu melakukan aktivitas jalan-jalan mengitari objek sambil menikmati pemandangan, bersantai duduk sambil menikmati keindahan mangrove dan fauna yang ada di kawasan tersebut. Di dalam lokasi ini juga sering digunakan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian serta praktikum para pelajar dan mahasiswa.

Keunikan sumberdaya alam meliputi keanekaragaman flora dengan berbagai macam jenis mangrove dan fauna diantaranya berbagai jenis ikan, reptilia, burung, dan mammalia yang menarik dengan warna unik dan khas akan menimbulkan kesan yang menarik bagi pengunjung. Variasi pemandangan di dalam objek, seperti berbagai satwa antara lain jenis kepiting dengan warna unik, semak, perakaran mangrove yang khas, satwa burung yang unik baik warna bulu maupun suaranya, sungai dalam kawasan mangrove. Fauna yang terdapat di lokasi Blanakan diantaranya beragam jenis Kepiting, Larva udang dan Lobster, semut (Oecophylla sp.), Ngengat (Attacus sp.), Kutu (Dydecus sp.), Crustecea, Lobster lumpur (Thalassina sp.), jenis Laba-laba (Argipe sp., Nephila sp., Cryptophora sp.), jenis reptil : Biawak (Varanus sp.), Ular pohon (Crysopelea sp.), Ular air (Cerberus sp.), jenis mamalia Berang-berang (Lurogale sp.). Selain fauna tersebut di atas juga terdapat jenis burung migran diantaranya: Blekok (Ardeola speciosa) dan Curek (Calidris ruficollis), jenis burung air yang hidup di pantai diantaranya Belibis (Dendrocyna javanica) dan Kuntul (Egretta intermeding).

Upacara Nadran merupakan upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir di Blanakan, Kabupaten Subang. Upacara Nadran telah dilaksanakan oleh masyarakat Blanakan semenjak tahun 1950. Upacara ini dilaksanakan secara turun temurun karena amanat dari nenek moyang tentang legenda Budug Basu yang merupakan raja ikan dan membantu nelayan, sehingga hasil tangkapannya melimpah. Penduduk Blanakan melaksanakan upacara Nadran setiap tahun pada bulan Oktober-Nopember.

Gambar 18 Upacara pesta laut (Nadran) yang dilakukan oleh masyarakat Blanakan.

Kesenian Sisingaan merupakan salah satu kesenian daerah yang sampai sekarang masih berkembang dengan baik. Kesenian Sisingaan telah dimainkan oleh rakyat sejak jaman penjajahan. Kekuasaan penjajah diwujudkan dalam bentuk singa. Singa tersebut dinaiki oleh seorang anak sebagai simbol pelecehan terhadap penjajah. Singa sebagai hewan yang ditakuti dinaiki anak kecil, melambangkan bahwa rakyat Subang tidak takut melawan penjajahan pada saat itu. Kesenian adat ini diadakan setiap tanggal 5 April bersamaan dengan hari jadi Kabupaten Subang.

Gambar 19 Kesenian Sisingaan yang dilakukan oleh masyarakat Blanakan. Penangkaran buaya yang telah dikembangkan sejak tahun 1989 termasuk objek wisata yang banyak mendapat perhatian dari wisatawan. Di lokasi ini dikembangkan penangkaran buaya jenis buaya muara (Crocodilus porosus) yang merupakan jenis buaya terbesar. Pada awalnya buaya tersebut didatangkan dari Kalimantan. Pada saat ini terdapat 236 buaya muara yang berumur 3 bulan hingga 26 tahun. Di lokasi penangkaran buaya Blanakan terdapat 20 kolam dengan ukuran 200 m2 Pengunjung dapat pula menyaksikan suguhan atraksi buaya-buaya muara dari atas balkon. Penangkaran buaya yang dikelola oleh Perhutani ini menempati lahan seluas 1,5 ha.

Gambar 20 Penangkaran buaya di Blanakan.

Sajian kuliner berupa makanan laut khas Blanakan yaitu ikan bakar Etong, Cumi dan Kepiting, yang disajikan di warung-warung yang tertata rapi di bawah kerindangan pohon. Kegiatan berperahu menyusuri pesisir pantai Blanakan sampai dengan pantai Patimban dengan menggunakan jasa penyewaan perahu yang tersedia. Jalan-jalan di hutan mangrove dan menyaksikan beberapa satwa khas hutan mangrove, seperti berang-berang, kucing hutan, dan burung kuntul. Di lokasi ini juga disediakan bumi perkemahan, sehingga aktivitas berkemah dapat dilakukan. Pengunjung yang memiliki hobi mancing, dapat menyalurkan kesenangannya di Sungai Blanakan. Adanya taman bermain bagi anak-anak, sehingga mereka bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Di dekat lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan juga terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) Mina Fajar Sidik. TPI tersebut beroperasi setiap hari mulai pukul 8.00 sampai 15.00 WIB. Jenis dan jumlah ikan yang diperjualbelikan sangat beragam, mengingat di Blanakan menjadi tempat mendarat perahu-perahu nelayan yang besar dan berasal dari berbagai daerah, seperti Tuban, Pati, Juwana, Rembang, Semarang, Tegal bahkan dari Kalimantan

Secara umum pemanfaatan potensi sumberdaya wisata yang terdapat di kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan sudah baik. Selanjutnya perlu dilakukan kegiatan pengembangan terhadap potensi tersebut agar pemanfaatannya dapat menjadi lebih terarah, efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan kualitas kawasan wisata secara keseluruhan. Adapun tujuan akhirnya adalah peningkatan jumlah pengunjung menuju kawasan wisata.

Amenitas

Industri wisata menyangkut segala hal yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan para wisatawan. Kebutuhan tersebut antara lain menyediakan sarana penginapan, rumah makan, tempat perbelanjaan, mengatur perjalanan, mengelola objek-objek wisata di daerah tujuan wisata, menyediakan pemandu wisata, merancang paket-paket pertunjukan, menyediakan brosur dan informasi tentang keindahan dan kekayaan seni budaya, dan sebagainya.

Berdasarkan survei kondisi ekowisata hutan mangrove Blanakan dalam hal sarana pendukung dan ketersediaan fasilitas dapat dijelaskan sebagai berikut  Promosi Kawasan

Promosi kawasan ekowisata ini berupa website di media internet yang dibuat oleh Dinas Pariwisata Subang maupun Perum Perhutani unit III dan juga berbagai artikel dalam blog-blog pribadi. Bentuk promosi wisata yang bisa dilakukan seperti pembuatan booklet, brosur, selebaran atau iklan disediakan di kantor pengelola.

 Tarif dan fasilitas

Tarif masuk ke lokasi Ekowisata Mangrove Blanakan sebesar Rp. 10.000,- per pengunjung. Sedangkan retribusi untuk mobil Rp. 5.000,- dan motor Rp. 2000,-. Fasilitas yang sudah tersedia di ekowisata hutan mangrove Blanakan disajikan dalam Gambar 22 dan Tabel 14.

Tabel 14 Fasilitas sarana dan prasarana ekowisata hutan mangrove Blanakan

No. Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi

1. Gapura 2 Sedang

2. MCK 3 Agak buruk

3. Shelter 4 Baik

4. Mushola 1 Sedang

5. Warung makan 20 Baik

6. Kios cinderamata 6 Baik

7. Taman bermain 1 Agak buruk

8. Lapangan parkir 2 Sedang

9. Penangkaran buaya 1 Baik

10. Area perkemahan 1 Baik

11. Dermaga 1 Baik

12. Papan informasi 3 Sedang

Penyediaan prasarana, sarana dan jasa pelengkap kegiatan wisata dengan tujuan memuaskan pengunjung mutlak diperlukan. Ketersediaan warung makan di lokasi ini sudah cukup memadai, baik dari segi jumlah (20 buah) maupun kualitas. Kios cinderamata juga tersedia di lokasi ini dengan jumlah 6 buah. Kios tersebut menjual beberapa suvenir berupa kaos-kaos dan barang kenang-kenangan dari cangkang hewan laut. Jika eksploitasi terhadap cangkang, karang dan eksoskeleton hewan laut (lobster dan kepiting) tentu akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem pesisir. Hal ini akan menimbulkan kerugian ekologis bagi kelangsungan ekosistem tersebut.

Aksesibilitas

Daerah tujuan wisata yang memiliki aksesibilitas baik merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam melakukan kegiatan pariwisata. Faktor kemudahan pencapaian suatu kawasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai potensi suatu kawasan.

Dalam rangka menjamin terjadinya arus lalu lintas wisatawan yang baik, diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu kenyamanan, waktu dan biaya. Kegiatan pelayanan wisata merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan kemudahan, kenyamanan, atau keselamatan pada pengunjung selama tinggal dan dalam kunjungan di kawasan wisata.

Penilaian tingkat kemudahan pencapaian suatu kawasan wisata dipengaruhi oleh beberapa komponen, antara lain kondisi jalan menuju kawasan, jenis serta jumlah angkutan dan frekuensi keberangkatan serta kenyamanan pelayanan. Kondisi jalan yang baik adalah kondisi jalan yang memenuhi pola persyaratan bentuk, fungsi, lokasi, dan mutu sehingga dapat menimbulkan rasa

nyaman bagi penggunanya. Jenis angkutan dengan pelayanan yang baik, tersedia dalam jumlah memadai dengan frekuensi keberangkatan yang tinggi akan mempermudah wisatawan dalam mengunjungi daerah tujuan wisata. Jumlah angkutan yang menuju lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan relatif sedikit, dengan interval 25-30 menit. Sehingga pengunjung banyak yang menggunakan kendaraan pribadi (70%). Keberadaan tukang ojek juga sangat membantu mempermudah akses menuju lokasi wisata. Alternatif lain yang dipilih pengunjung untuk mencapai lokasi adalah dengan menyewa/mencarter kendaraan (6,67%). Dari data dapat dilihat pilihan moda transportasi yang digunakan pengunjung, seperti pada Gambar 23.

Gambar 23 Moda transportasi yang digunakan pengunjung.

Kondisi jalan di Kabupaten Subang secara umum baik, terutama untuk kelas Jalan Negara dimana perkerasan dengan hotmix, rata, jalan lebar dan cukup terawat. Jarak masuk ke lokasi wisata dari Jalan Negara sekitar 3 km, namun jalan masuk tersebut kondisinya rusak di beberapa bagian. Adapun lebar jalan masuk ke lokasi kurang lebih 6 m. Akses menuju lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan dapat menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, atau naik ojek. Adanya kegiatan wisata di hutan mangrove Blanakan Kondisi jalan di Kabupaten Subang ternyata memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Mereka berpartisipasi dalam membantu aksesibilitas menuju destinasi wisata. Masyarakat setempat berperan menjadi tukang ojek dan sopir angkutan umum, sehingga multiplier effect benar-benar dirasakan oleh masyarakat.

Tabel 15 Kondisi jalan di Kabupaten Subang

No. Status

Administrasi

Kondisi Jalan (km)

Aspal Baik Aspal Sedang Aspal Rusak Kerikil Jumlah

1. Jalan Negara 45,115 0,21 - - 45,325

2. Jalan Propinsi 113,05 33,92 - - 146,97

3. Jalan Kabupaten 318,88 208,70 104,44 285,99 918,81

Sumber: Data fasilitas dan utilitas Kabupaten Subang 2009

Lokasi objek wisata ini terletak di wilayah Kabupaten Subang bagian utara, tepatnya di jalur Pantura. Jalan menuju lokasi ini sudah beraspal, sehingga pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi roda 2 atau roda 4, ataupun menggunakan kendaraan umum. Adapun waktu tempuh dari kota Subang sekitar 60 menit, dari Bandung sekitar 2,5 jam dan dari Jakarta lewat Pantura sekitar 3 jam.