• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pohon: Pohon berdiameter 10 cm atau lebih

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.6. Model Dinamik Pengelolaan Ekowisata Hutan Mangrove Blanakan

5.6.1. Pengembangan model

Model merupakan penyederhanaan sistem, disusun dan digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk bekerja pada keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, model hanya memperhitungkan beberapa faktor dalam sistem dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam kerangka memahami perilaku sistem di ekowisata hutan mangrove Blanakan, maka perlu dikembangkan model dinamis pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan berbasis daya dukung fisik kawasan dan resiliensi ekologi.

Model dikembangkan melalui beberapa tahapan, yaitu 1) Identifikasi isu, tujuan, dan batasan; 2) Konseptualisasi model, berdasarkan model konseptual selanjutnya dirinci menjadi sebuah diagram stok dan aliran; 3) Spesifikasi model, pada tahapan ini kuantifikasi dan perumusan hubungan antar komponen dilakukan sehingga model bisa dijalankan pada komputer; 4) Evaluasi model dengan cara validasi model dan simulasi model. Validasi model dilakukan dengan uji validasi struktur yang menekankan pada pemeriksaan kebenaran logika pemikiran. 5) Penggunaan model untuk menentukan skenario-skenario pemecahan masalah (Purnomo 2005).

Identifikasi isu, tujuan dan batasan

Hutan mangrove Blanakan merupakan hutan lindung yang sebagian digunakan sebagai daerah tujuan wisata. Pemanfaatan ekowisata hutan mangrove Blanakan sebagai tujuan wisata diharapkan dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitar, pengelola maupun pemerintah tanpa mengganggu fungsi utama sebagai area konservasi.

Hasil kajian kondisi eksisting di ekowisata hutan mangrove Blanakan menunjukkan bahwa ada beberapa potensi permasalahan pengelolaan, antara lain adanya potensi dampak terhadap fungsi konservasi hutan mangrove Blanakan; adanya pengelolaan yang belum optimal, sehingga tingkat pelayanan jasa bagi wisatawan masih rendah; kemampuan sumberdaya manusia yang belum memadai; dan manajemen pemasaran ekowisata hutan mangrove Blanakan masih belum optimal.

Untuk mengatasi potensi permasalahan yang muncul dalam pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan dilakukan pemetaan analisis kebutuhan (Tabel 31) dan formulasi permasalahan (Tabel 32).

Model yang ingin dikembangkan pada penelitian ini adalah model simulasi yang menjelaskan interaksi antara sektor pariwisata dengan sektor ekonomi, lingkungan (ekologi) dan sosial berbasis daya dukung fisik kawasan dan resiliensi ekologi. Untuk membuat model ekowisata tersebut dilakukan dengan sistem dinamis. Model yang dikembangkan bertujuan untuk melihat peningkatan pendapatan (manfaat ekonomi) dan jumlah pengunjung dengan memperhatikan kualitas lingkungan (daya dukung) serta efisiensi penggunaan lahan. Model yang akan dibuat lebih mengedepankan keberpihakan ekologis. Perlindungan terhadap lingkungan ekologi dilakukan karena dengan menjaga lingkungan diharapkan tidak terjadi kerusakan yang permanen. Kerusakan lingkungan mempunyai konsekuensi biaya lingkungan yang mahal. Model yang dikembangkan diharapkan dapat mensimulasikan situasi nyata untuk dapat dilakukan analisis terhadap hubungan antara variabel dalam model tersebut.

Dalam penyusunan model dengan pendekatan sistem ada beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain: menentukan tujuan model, penentuan stakeholders, analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan pemodelan. Untuk tujuan pembuatan model pengelolaan daya dukung ekowisata

mangrove Blanakan telah dijelaskan diatas, sedangkan untuk analisis kebutuhan mengenai sistem pengelolaan daya dukung seperti pada Tabel 31 di bawah ini. Tabel 31 Analisis kebutuhan stakeholder

Stakeholders Analisis kebutuhan

Masyarakat lokal Peningkatan pendapatan

Perluasan lapangan kerja

Kelestarian lingkungan–sosial budaya Keamanan-kepastian hukum

Pemerintah daerah Kelestarian daerah konservasi Kelestarian lingkungan dan budaya

Pengawetan dan perlindungan flora, fauna dan habitatnya Partisipasi masyarakat dalam pembangunan

Peningkatan lapangan kerja Keamanan

Peningkatan PAD

Perhutani Kelestarian fungsi hutan mangrove Blanakan

Pengawetan dan perlindungan flora dan fauna Diversifikasi atraksi

Peningkatan pendapatan ekonomi Pelestarian kawasan ekowisata mangrove

Wisatawan Pelayanan yang baik

Aksesibilitas yang baik

Informasi yang akurat dan terpecaya Keamanan dan kenyamanan

Perguruan Tinggi Kelestarian hutan mangrove Blanakan sebagai

laboratorium alami

Tour and travel Peningkatan pendapatan

Peningkatan kualitas atraksi, amenitas dan aksesibilitas Diversifikasi atraksi

Keberlanjutan usaha

Kejelasan status hukum kerjasama keamanan

Selanjutnya diidentifikasi permasalahan yang muncul akibat pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan. Analisis formulasi permasalahan disajikan di Tabel 32 sebagai berikut.

Tabel 32 Analisis formulasi masalah

Stakeholders Analisis kebutuhan

Masyarakat lokal Dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial keamanan

Pemerintah daerah Pembangunan infrastruktur yang mahal

Dampak negatif kegiatan wisata pada kelestarian hutan mangrove Blanakan

Koordinasi dengan pemerintah pusat dan perhutani masih lemah

Perhutani Biaya untuk pengembangan sarana dan prasarana

Biaya untuk promosi

Kualitas sumberdaya manusia masih rendah

Koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat lokal masih kurang baik

Wisatawan Sarana dan prasarana yang menunjang wisata kurang baik

Aksesibilitas masih kurang Pelayanan wisata belum baik Informasi objek wisata masih sedikit Perguruan Tinggi Informasi kerjasama penelitian kurang

Tour and travel Informasi kegiatan wisata yang relatif masih sedikit

Aspek manajerial dan informasi kerjasama yang masih kurang

Model sistem dinamis dikembangkan dengan dibatasi oleh hal-hal yang terkait dengan interaksi antara masyarakat, wisatawan, pengelola dan kebijakan pengelolaan hutan oleh pemerintah.

Konseptualisasi model

Pada tahapan konseptualisasi model hal yang perlu diketaui pertama adalah memahami perilaku sistem ekowisata hutan mangrove Blanakan. Pengembangan sistem ekowisata hutan mangrove Blanakan dikembangkan model yang bertujuan untuk menjelaskan perubahan perilaku sistem tersebut. Model ini terdiri dari 3 sub model, yaitu 1) submodel pengunjung; 2) submodel lingkungan; dan 3) submodel sosial ekonomi.

Gambar 35 Kausal loop model dinamis pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan berbasis daya dukung fisik kawasan dan resiliensi ekologi.

Dari gambar di atas dapat dilihat kausal loop yang menjelaskan bahwa pertumbuhan wisatawan dapat menyebabkan peningkatan konsumsi sumberdaya yang mengakibatkan terjadinya pencemaran (limbah). Selain itu, pertumbuhan wisatawan mempengaruhi peningkatan pendapatan pengelola, masyarakat dan pemerintah serta partisipasi masyarakat yang dapat mendorong pengembangan daya tarik wisata. Pengembangan objek wisata berupa penyediaan dan pembuatan fasilitas wisata juga meningkat. Adanya fasilitas wisata yang representatif baik jumlah maupun kualitasnya akan menyebabkan kenaikan tingkat kepuasan pengunjung. Hal ini merupakan loop positif. Submodel lingkungan merupakan loop negatif karena pertumbuhan wisatawan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan limbah pencemaran yang dapat mengakibatkan naiknya indeks pencemaran. Kenaikan indeks pencemaran menuntut peningkatan kapasitas asimiliasi. Kapasitas asimilasi yang naik akan menaikkan tingkat kepuasan pengunjung, yang berakibat pada naiknya jumlah kunjungan wisatawan. Kapasitas asimilasi Pertumbuhan Pengunjung Limbah Jumlah Pengunjung + - + + + Loop (-) Pendapatan Fasilitas Tingkat Kepuasan Perubahan Lahan + + Loop (+) Loop (-) - + +

Pengadaan dan pembuatan fasilitas wisata akan menaikkan tingkat perubahan lahan, yang akan menyebabkan kenaikan indeks penggunaan lahan. Kenaikan indeks penggunaan lahan menjadikan ketersediaan ruang terbuka menjadi berkurang, sehingga menurunkan tingkat kepuasan pengunjung. Simulasi model menggambarkan dinamika pertumbuhan pengunjung, keuntungan ekonomi, tingkat penggunaan lahan serta tingkat pencemaran yang ditunjukkan oleh nilai indeks pencemaran.

Kondisi eksisting sistem ekowisata menggambarkan adanya pertumbuhan pengunjung yang menyebabkan peningkatan konsumsi sumberdaya dan menghasilkan limbah yang menyebabkan indeks pencemaran menjadi naik. Walaupun jumlah wisatawan belum melampaui daya dukung lingkungan, namun jika tingkat kunjungan terus naik, akan mengakibatkan penurunan sumberdaya wisata yang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung, yang berakibat pendapatan dari ekowisata menurun. Untuk mencapai tujuan pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan berbasis daya dukung fisik kawasan dan resiliensi ekologi, maka dibuat model konseptual seperti pada Gambar 36.

Gambar 36 Model konseptual dinamika sistem pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan

SKENARIO

Tindakan Pengelolaan Pengelolaan daya dukung Peningkatan kapasitas asimilasi Konsekuensi biaya akibat tindakan Submodel Pengunjung

Inisial jumlah wisatawan Pertumbuhan

Tingkat kepuasan

Submodel Sosial Ekonomi Pendapatan pengelola Pendapatan masyarakat Pendapatan pemerintah Kesempatan bekerja Submodel Lingkungan Pencemaran Perairan Daya dukung lingkungan Penggunaan lahan

Indikator

Indeks daya dukung dan KDB Jumlah pengunjung

Skenario yang dibuat untuk tindakan koreksi pengelolaan ekowisata hutan mangrove Blanakan adalah tindakan pengelolaan daya dukung, peningkatan kapasitas asimilasi beban pencemaran konsekuensi biaya akibat tindakan pengelolaan. Tindakan pengelolaan jumlah pengunjung adalah tindakan untuk mengendalikan jumlah pengunjung agar konsumsi sumberdaya tidak melewati daya dukung yang dimiliki. Tindakan peningkatan kapasitas asimilasi adalah peningkatan kemampuan pengelolaan beban pencemaran akibat kegiatan wisata. Sedangkan konsekuensi biaya-biaya akibat tindakan pengelolaan meliputi biaya perencanaan, biaya investasi, biaya konservasi dan pengamanan, biaya pemeliharaan dan biaya pemasaran. Dari skenario tersebut digunakan untuk mencari pengelolaan yang menghasilkan keuntungan ekonomi optimal dengan memperhatikan daya dukung fisik kawasan dan resiliensi ekologi awasan ekowisata hutan mangrove Blanakan.

Spesifikasi model

Model konseptual pada Gambar 30 dirinci menjadi diagram stock and flow. Diagram tersebut dibuat dengan perangkat lunak Stella Ver. 9. Pada tahapan ini model dalam stock and flow dikuantifikasi sehingga dapat disimulasikan dengan komputer. Adapun spesifikasi model ekowisata hutan mangrove Blanakan, adalah:

Submodel pengunjung

Pada submodel ini menggambarkan dinamika jumlah pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan. Pertumbuhan pengunjung dipengaruhi oleh tingkat kepuasan pengunjung terhadap produk wisata yang ditawarkan. Pengunjung di ekowisata hutan mangrove Blanakan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Namun dengan tingkat kunjungan yang semakin tinggi menyebabkan dampak bagi lingkungan. Adanya limbah dan pencemaran yang merupakan dampak negatif dari kegiatan wisata menjadi faktor pembatas bagi tingkat kunjungan. Hal tersebut menyebabkan laju penurunan jumlah pengunjung.

Variabel-variabel yang mempengaruhi submodel pengunjung dan hubungannya dapat dijelaskan pada Gambar 37. Sedangkan variabel, satuan dan definisi operasional disajikan pada Tabel 33 dan komponen serta besaran pada Tabel 34.

Pengunjung Noname 1 Laju Pengurangan Pengunjung Pertumbuhan pengunjung Penurunan Wisatwan ind pengunjung

Daya dukung lingkungan

f raksi lingkungan SUBMODEL PENGUNJUNG

Gambar 37 Submodel pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan.

Tabel 33 Variabel, satuan dan definisi operasional submodel pengunjung

No. Variabel Satuan Definisi operasional

1. Pertumbuhan

pengunjung

% Persentase pertambahan jumlah

pengunjung

3. Penurunan

pengunjung

% Persentase penurunan jumlah

pengunjung

4. Laju pertambahan

pengunjung

Orang Pertambahan jumlah pengunjung

Laju pengurangan

pengunjung

Orang Pengurangan jumlah pengunjung

5. Indeks pencemaran Tidak ada

satuan

Indeks pencemaran

6. Fr. Pencemaran % Persentase pengaruh faktor

lingkungan terhadap keputusan

pengunjung

Tabel 34 Komponen dan besaran dinamika submodel pengunjung

No. Variabel Satuan Besaran

1. Pertumbuhan pengunjung % 0,19 2. Penurunan pengunjung % 0,05 3. Fr. pencemaran % 0-20 4. Kapasitas Orang 301125 5. Fr. kapasitas % 0-100

Submodel lingkungan

Pemanfaatan jasa hutan untuk kegiatan wisata merupakan salah satu alternatif yang dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan lindung. Dibukanya akses ke hutan lindung untuk kegiatan wisata akan menjadi daya tarik dan mendatangkan wisatawan ke area tersebut. Akibat dari kegiatan wisata tentunya akan memberikan dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif dari kegiatan wisata adalah terjadinya pencemaran.

Dari hasil kajian menunjukkan bahwa ekowisata hutan mangrove Blanakan mendapat tekanan berupa pencemaran terhadap badan perairan. Pencemaran udara dan suara relatif tidak memberikan dampak signifikan terhadap peranan kawasan konservasi dan habitat flora dan fauna. Oleh karena itu subsistem lingkungan lebih difokuskan kepada dampak pencemaran pada badan perairan. Pencemaran perairan disebabkan karena kegiatan wisata yang menghasilkan limbah domestik, baik dari buangan toilet maupun dari buangan rumah makan. Komponen daya dukung yang dikembangkan submodel ini adalah kemampuan dari lingkungan untuk mengatasi beban pencemaran yang diakibatkan kegiatan wisata.

Untuk pencemaran badan perairan menggunakan kemampuan daya asimilasi sungai untuk mengabsorbsi beban pencemaran domestik berupa ammonium, nitrat, phosfat, dan BOD (Biological Oxygen Demand). Komponen daya dukung tersebut diterjemahkan dalam indeks pencemaran. Nilai indeks ini adalah perbandingan antara beban pencemaran dengan kapasitas asimilasi badan perairan.

Kegiatan manusia dalam pembangunan selalu berhubungan dengan kemampuan lahan untuk dapat menampung berbagai aktivitas manusia. Asumsi dasarnya adalah setiap perubahan dari pemanfaatan lahan akan menyebabkan perubahan pada lingkungan yang akan berpengaruh pada karakteristik biofisik dan kekayaan biodiversitas. Apabila pemanfaatan lahan tidak direncanakan secara teintegrasi akan menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan, peningkatan biaya untuk dapat merehabilitasi lahan, sehingga dapat menurunkan kemampuan layanan ekologis kepada pengunjung.

Pada submodel ini variabel yang mempengaruhi laju penggunaan lahan adalah unit lahan untuk restoran (rumah makan), guest house (penginapan) dan unit lahan komersiil lainnya. Penggunaan lahan di kawasan ekowisata hutan

BOD

LP BOD Asimilasi BOD

KBOD K Asimilasi BOD

ind amonia Amonium Nitrat Fosf at LP Amonia LP Nitrat LP Posf at Asimilasi Amonia Asimilasi Nitrat Asimilasi Psphat Kamonia K Asimilasi Amonia K nitrat Kasimilasi nitrat K f osf at K Asimilasi Phosf at Aktual amonis aktual phospat Pengunjung debit debit debit debit Aktual BOD Aktual amonis aktual nitrat aktual phospat

Day a dukung lingkungan

BOD Amonium Nitrat Fosfat Pengunaan Lahan Laju Pengunaan Lahan ~ Fr P restoran ~ f r P Penginapan ~ Fr P Lahan Komersil Lainny a Unit lahan komersil

Unit lahan restoran Unit lahan guest house

Lahan y ang boleh di bangun

Indek perubahan lahan Aktual BOD ind amonia ind amonia ind amonia aktual nitrat ind KDB Noname 3 Noname 4 Noname 5 Noname 6 Noname 7 Submodel Lingkungan

mangrove Blanakan ditentukan dengan indeks koefisien dasar bangunan (KDB), dimana nilai indeks ditentukan dengan membandingkan bangunan horizontal dan vertikal. Semakin banyak bangunan berdiri horizontal, maka nilai indeks KDB semakin tinggi. Hal ini berakibat semakin banyak lahan yang dialihfungsikan menjadi bangunan.

Adanya bangunan yang berdiri secara horizontal akan menyebabkan berkurangnya lahan terbuka di kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan. Hal tersebut akan berakibat pada menurunnya tingkat kepuasan pengunjung. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan rasio antara luas bangunan dan luas lahan yang tersedia

Variabel-variabel yang mempengaruhi submodel lingkungan dan hubungannya disajikan pada Gambar 38. Variabel, satuan dan definisi operasional pada Tabel 35 dan komponen serta besaran pada Tabel 36.

Tabel 35 Variabel, satuan dan definisi operasional submodel lingkungan

No. Variabel Satuan Definisi operasional

1. Wisatawan Orang Jumlah pengunjung pada tahun awal

2. Pertmb. wstwan % Persentase rerata pertumbuhan wisatawan

3. Beban polutan Tidak ada

satuan

Jumlah beban pencemaran akibat aktivitas wisatawan

4. BPBOD Ton/tahun Beban pencemaran BOD

5. BPNH3 Ton/tahun Beban pencemaran NH3

6. BPPO4 Ton/tahun Beban pencemaran PO4

7. BPNO3 Ton/tahun Beban pencemaran NO3

8. FrBOD mg/L org Kontribusi beban pencemaran BOD

9. FrNH3 mg/L org Kontribusi beban pencemaran NH3

10. FrPO4 mg/L org Kontribusi beban pencemaran PO4

11. FrNO3 mg/L org Kontribusi beban pencemaran NO3

12. AsimilasiBOD Ton/tahun Kemampuan lingkungan menyerap beban

pencemaran BOD

13. AsimilasiNH3 Ton/tahun Kemampuan lingkungan menyerap beban

pencemaran NH3

14. AsimilasiPO4 Ton/tahun Kemampuan lingkungan menyerap beban

pencemaran PO4

15. AsimilasiNO3 Ton/tahun Kemampuan lingkungan menyerap beban

pencemaran NO3

16. Aktual BPBOD Ton/tahun Beban pencemaran BOD-asimilasi BOD

17. Aktual BPNH3 Ton/tahun Beban pencemaran NH3-asimilasiNH3

18. Aktual BPPO4 Ton/tahun Beban pencemaran PO4-asimilasiPO4

19. Aktual BPNO3 Ton/tahun Beban pencemaran NO3-asimilasiNO3

20. BMBOD mg/L Baku mutu BOD

21. BMNH3 mg/L Baku mutu NH3

22. BMPO4 mg/L Baku mutu PO4

23. BMNO3 mg/L Baku mutu NO3

24. IPBOD Tidak ada

satuan

Indeks pencemaran BOD (perbandingan aktual BP BOD dengan asimilasi BOD)

25. IPNH3 Tidak ada

satuan

Indeks pencemaran NH3 (perbandingan aktual BP NH3 dengan asimilasi NH3)

26. IPPO4 Tidak ada

satuan

Indeks pencemaran PO4 (perbandingan aktual BP PO4 dengan asimilasi PO4)

27. IPNO3 Tidak ada

satuan

Indeks pencemaran NO3 (perbandingan aktual BP NO3 dengan asimilasi NO3)

28. IP Tidak ada

satuan

Indeks Pencemaran (rerata dari IPBOD, IPNH3, IPPO4, IPNO3)

29. Unit rmh makan ha/orang Kebutuhan lahan untuk restoran (kursi) yang dibutuhkan per orang

30. Unit guest

house

ha/orang Kebutuhan lahan untuk guest house (kamar) yang dibutuhkan per orang

31. Unit komersiil lain

ha/orang Kebutuhan lahan untuk kebutuhan wisata yang dibutuhkan per orang

32. Fr rmh makan ha/kursi Fraksi kebutuhan per kursi

33. Fr guest house ha/kamar Fraksi kebutuhan per kamar

Tabel 36 Komponen dan besaran dinamika submodel lingkungan

No. Variabel Satuan Besaran

1. FrBOD mg/L org 0,16

2. FrNH3 mg/L org 0,03

3. FrPO4 mg/L org 0,0083

4. FrNO3 mg/L org 0,023

5. AsimilasiBOD Ton/tahun 54,75

6. AsimilasiNH3 Ton/tahun 40,515

7. AsimilasiPO4 Ton/tahun 131,4

8. AsimilasiNO3 Ton/tahun 156,585

9. BMBOD mg/L 3

10. BMNH3 mg/L 0,5

11. BMPO4 mg/L 3

12. BMNO3 mg/L 0,2

13. Fr rmh makan Ha/orang 0,0001

14. Fr guest house Ha/orang 0,009

15. Fr komersiil lain

Ha/orang 0,0005

Submodel sosial ekonomi

Submodel ini mencakup aspek sosial berupa partisipasi masyarakat dan ekonomi berupa pendapatan. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata adalah menjadi interpreter, karyawan guest house, operator perahu, tukang ojek, karyawan dan pemilik toko suvenir, rumah makan. Salah satu tujuan dari pengembangan wisata di hutan mangrove Blanakan adalah memberikan dampak ekonomi. Dampak ekonomi berupa kesejahteraan bagi masyarakat sekitar objek wisata, pendapatan pemerintah dan pendapatan bagi pengelola. Peningkatan kesejahteraan masyarakat disebabkan karena adanya aktivitas ekonomi di kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan, sehingga masyarakat mempunyai peluang usaha dan mendapatkan pendapatan dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan wisata. Selain itu pihak pengelola dan pemerintah daerah akan mendapat keuntungan berupa pendapatan bagi pengelola dan pajak untuk pemerintah daerah.

Hasil kajian karakteristik pengunjung, pengeluaran pengunjung disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu biaya atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Biaya atraksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk permintaan atraksi baik alam, kebudayaan atau sosial termasuk tiket masuk area wisata. Biaya amenitas adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk mendapatkan fasilitas pendukung wisata, seperti akomodasi, makan di rumah makan, pembelian

suvenir, sewa perahu. Aksesibilitas adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung untuk dapat sampai ke lokasi wisata, misalnya menyewa ojek.

Submodel sosial ekonomi membahas dampak ekonomi berupa pendapatan masyarakat dan pengelola. Pendapatan masyarakat berasal dari kegiatan ekowisata berdasarkan pendapatan dari penyewaan perahu, jasa ojek, rumah makan, pemandu wisata dan penjualan suvenir. Besarnya nilai pendapatan tersebut langsung dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang berkunjung.

Submodel penerimaan pengelola dari kegiatan ekowisata hutan mangrove Blanakan berasal dari hasil penjualan tiket masuk, retribusi kendaraan roda 4 (mobil) dan kendaraan roda 2 (motor). Berdasarkan UU No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan PP RI No. 59 Ttahun 1998, penerimaan dan kegiatan ekowisata termasuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang wajib disetor ke Kas Negara dan dikelola dalam sistem APBN. Besarnya nilai penerimaan pemerintah tersebut secara langsung dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang berkunjung. Pendapatan lain berasal dari retribusi bumi perkemahan, sewa perahu (dermaga), dan atraksi khusus (penangkaran buaya).

Pos pengeluaran terdiri dari biaya perencanaan, biaya gaji dan upah, biaya administrasi dan umum, biaya POMEC, biaya konservasi dan pengamanan, biaya pengembangan SDM, biaya kemitraan dengan masyarakat dan biaya pemasaran. Biaya perencanaan meliputi biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyusunan dokumen perencanaan selama kegiatan yang sudah berjalan. Biaya gaji upah merupakan imbalan yang diberikan kepada sumberdaya manusia yang telah memberikan tenaga dan prestasinya kepada manajemen. Biaya administrasi dan umum, meliputi pengadaan alat tulis kantor (ATK), operasional perkantoran, komputer, pelaporan, dan lain-lain. Biaya POMEC meliputi pemeliharaan dan eksploitasi bangunan, kendaraan, peralatan dan perlengkapan sarana prasarana. Biaya konservasi dan pengamanan meliputi kegiatan untuk pengelolaan limbah, rehabilitasi lahan, pembinaan dan pengamanan habitat serta ekosistem, penelitian dan pengembangan kawasan. Biaya pengembangan SDM merupakan biaya pelatihan baik teknis maupun manajerial bagi karyawan dalam upaya pengelolaan ekowisata.

Pendapatan Pengelola Pemasukan Pengeluaran Laju pengeluaran Perencanaan ~ Tiket ~ R4 ~ R2 Pengunjung Pendapatan Masy arakat Pendapatan ~ Pemandu ~ sewa`perahu souv enir rate restoran ojek ~ Atraksi khusus ~ Perkemahan ~ sewa`perahu

Partisipasi masy arkat Laju peny erapan

tenaga masy arakat Fr ojek Fr restoran

T pemandu

T perahu Kary awan toko

souv enir Kary awan guest house Gaji Administrasi Pomec pemasaran

Konserv asi dan pengaman SDM kemitraan pajak Net pendapatan neraca Pendapatan pemerintah laju pendapatan KP Noname 8 Noname 9

SUBMODEL SOSIAL EKONOMI

Biaya kemitraan dengan masyarakat merupakan biaya untuk membantu masyarakat sekitar sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Biaya pemasaran meliputi biaya pengembangan produk, promosi, kerjasama promosi.

Untuk mendapatkan gambaran hubungan antara komponen pada submodel sosial ekonomi dapat dilihat pada Gambar 39. Sedangkan variabel, satuan dan definisi operasional disajikan pada Tabel 37 dan komponen serta besarannya pada Tabel 38.

Tabel 37 Variabel, satuan dan definisi operasional submodel sosial ekonomi

No. Variabel Satuan Definisi operasional

1. Pendapatan Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan pengelola

dari pengunjung hasil penjualan jasa wisata 2. Pendapatan parkir Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari tiket

parkir 3. Pendapatan rumah

makan

Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari rumah makan

4. Pendapatan pemandu

Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari jasa pemandu

5. Pendapatan tukang ojek

Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari jasa ojek

6. Pendapatan sewa

perahu

Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari jasa sewa perahu

7. Pendapatan suvenir

Rupiah Jumlah rupiah yang didapatkan dari