• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Kebijakan yang Terkait dengan Ekowisata

Keterkaitan pengembangan ekowisata dikawasan hutan konservasi (hutan mangrove), telah ditetapkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan yaitu:

1. Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Substansi penting dalam perundang-undangan tersebut adalah:

a. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

b. Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariannya.

c. Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.

d. Pemanfaatan hutan lindung dilaksanakan melalui pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu.

2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Substansi penting dalam

Undang-Undang tersebut adalah:

a. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

b. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

c. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

d. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya.

e. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

f. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

g. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

h. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

i. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

j. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Substansi penting dalam Undang-undang tersebut adalah:

a. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi

antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

b. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

c. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

d. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

e. Pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.

4. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 6 Tahun 2007 jo. PP RI No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Substansi penting Peraturan Pemerintah tersebut antara lain:

a. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya.

b. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung dan/atau hutan produksi.

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung.

6. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Lindung. Adapun substansi penting peraturan Menteri Kehutanan tersebut adalah:

a. Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan sarana dan jasa yang diperlukan oleh wisatawan/pengunjung dalam pelaksanaan kegiatan wisata alam, mencakup usaha dan daya tarik, penyediaan jasa, usaha sarana, serta usaha lain yang terkait dengan wisata alam. b. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan hutan lindung.

c. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam Pada Hutan Lindung yang selanjutnya disebut IUPJLWA adalah izin usaha yang diberikan untuk mengusahakan kegiatan wisata alam pada hutan lindung berupa Penyedia Jasa Wisata Alam (IUPJLWA-PJWA) dan Penyedia Sarana Wisata Alam (IUPJLWA-PSWA).

d. Blok Pemanfaatan adalah bagian dari kawasan hutan lindung yang dijadikan tempat kegiatan wisata alam dan kunjungan wisata.

e. Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam yang dibuat oleh pengusaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam yang didasarkan pada rencana pengelolaan hutan lindung.

f. Areal Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah areal dengan luas tertentu pada hutan lindung yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan pengusahaan pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam.

g. Areal usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam dilaksanakan dalam blok pemanfaatan pada hutan lindung.

h. Luas areal yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam pada hutan lindung paling banyak 10 % (sepuluh perseratus) dari luas blok pemanfaatan hutan lindung.

Mengingat ekowisata merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, dimana diharapkan dengan ekowisata tidak merusak sumber daya alam, namun justru dapat melindungi kawasan yang akan digunakan untuk kegiatan wisata tersebut dapat terlindungi dari kerusakan akibat perbuatan manusia.

Kebijakan yang ada dalam menyelenggarakan dan mengimplementasikan kegiatan pengembangan pariwisata alam perlu mengacu kepada kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip pengelolaan secara lestari untuk pariwisata sebagai berikut:

1. Menunjang upaya konservasi

Mengingat objek yang dijadikan usaha pariwisata adalah kawasan konservasi yang merupakan sistem penyangga kehidupan, maka kegiatan pariwisata alam harus:

a. Dapat menunjang upaya pengawetan keanekaragaman hayati yang dimiliki kawasan tersebut;

b. Dapat menghindarkan dan meminimalkan dampak negatif sekecil apapun agar tidak mengganggu atau mengurangi baik kualitas maupun kuantitas keanekaragaman hayati dan ekosistem kawasan.

2. Mengembangkan penelitian, pendidikan dan latihan

Kegiatan ini harus dikembangkan dan merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, antara lain:

a. Mendidik dan melatih para karyawan dan masyarakat sekitar areal usaha untuk dapat melakukan upaya pengelolaan pariwisata alam secara profesional;

b. Melatih dan mendidik para tour operator dan intrepreter pariwisata alam untuk mengetahui aspek-aspek dasar alamiah dari kawasan konservasi dan lingkungan

c. Dapat memadukan antara pengelolaan sumber daya di kawasan yang dilindungi dengan aspek pemanfaatannya

d. Mengetahui sejauh mana pengaruh pariwisata alam terhadap keberadaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di areal pengusahaan yang dikembangkan;

e. Mengetahui manfaat aspek-aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dengan adanya kegiatan pariwisata alam.

3. Berbasis masyarakat

Secara umum pengusahaan pariwisata alam di kawasan hutan lindung diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap pengembangan wilayah, sehingga di sekitar kawasan mendapatkan

manfaat. Namun demikian untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan pariwisata alam ini, sangat perlu memperhatikan atau mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial maupun budaya masyarakat.

Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pariwisata alam berbasis masyarakat antara lain:

a. Masyarakat setempat harus dilibatkan dari sejak awal dalam proses perencanaan sampai kepada pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi.

b. Dalam pengembangan harus memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan setempat (local specific) agar tidak terjadi benturan-benturan kepentingan dalam kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.

c. Diupayakan agar dalam pelaksanaannya menggunakan semaksimal mungkin produk-produk lokal yang berasal dari masyarakat setempat.

d. Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar tanpa mengurangi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan pariwisata alam. e. Menyediakan pelatihan dan pendidikan khusus bagi masyarakat setempat tentang pariwisata secara umum dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Upaya ini dimaksudkan agar pengelolaan pariwisata bisa dilakukan secara profesional dan kesadaran masyarakat tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bisa terus ditingkatkan.

f. Memahami struktur sosial dan budaya masyarakat 4. Memberikan manfaat ekonomi

Secara ekonomi pengembangan pariwisata alam harus dapat memberikan keuntungan secara ekonomi bagi pengelola kawasan, penyelenggara pariwisata alam, masyarakat setempat dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang terkait. Secara luas dengan adanya penyelenggaraan pariwisata alam diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang dapat dirasakan oleh daerah atau wilayah kota, sehingga pengembangan pariwisata alam harus dapat memacu pembangunan wilayah setempat baik pada tingkat lokal, regional maupun nasional.