• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abdullah S. 2006. Estimasi Daya Tampung Beban Pencemar Organik di Daerah Aliran Sungai Pelus Banyumas Jawa Tengah. [tesis] Sekolah Pascasarjana. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Adhikerana AS. 1999. Ekowisata di Indonesia, antara angan-angan dan kenyataan. Bahan Seminar Pengembangan Industri Pariwisata di Indonesia. Bandung: Sekolah Tinggi Pariwisata.

Aizpuru M, Blasco F and Carayon JL. 2001. World Mangrove Resources. GLOMIS Electronic Journal. Vol. 1 No. 2. ITTO/ISME Project PD 14/97 Rev.1 (F) - Phase I.

Anonim 1997. Undang-undang No 23 Tahun 1997 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Dephut. Anonim 2004. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Subang No. 2 Tahun 2004,

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Subang Arrow K. 1995. Economic Growth, Carrying Capacity, and the Enviroment.

Science. Vol 268: 520-521

Asmustawa 2007. Evaluasi Pengelolaan Kualitas Air Bersih Di KabupatenBungo. Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Bahar A dan Tambaru R. 2010. Analisis Kesesuaian Daya Dukung Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Polewali Mandar. FIKP. Universitas Hasanudin.

Barrow CJ. 2006. Environmental Management for Sustainable Development. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Batra A. 1998. Himalayan Ecotourism in Shimla. Environment and Tourism: 6-13

Bengen DG. 2002. Karakteristik, Permasalahan, dan Pengelolaan Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir Terpadu. Program Pascasarjana (S3). PKSPL-Institut Pertanian Bogor.

Berkes F. 2007. Understanding Uncertainty and Reducing Vulnerability: Lessons from Resilience Thinking. Nat. Hazards. Springer Science. 41:283-295.

[BPS] 2009. Subang Dalam Angka. Biro Pusat Statistik Kabupaten Subang. Brand FS and Jax K. 2007. Focusing The Meanings of Resilience: Resilience as

A Descriptive Concept and A Boundary Object. Ecology and Society 12 (1):23

Brandon K. 1996. Ecotourism and Conservation: A Review of kye Issues. Environmental Department Papers No. 033. Biodiversity Series.pp. 14-15.

Brown K, Hameed RKTH and Bateman I. 1997. Environmental Carrying Capacity and Tourism Development International Maldives and Nepal. Journal Environmental Conservation 24 (4) pp. 316-324

Butler RW. 1980. The Concept of A Tourism. A New Prespective. Prentice Hall International Ltd. Hemel Hempstead.

Cater E and Lowman G. 1994. Ecotourism: A Sustainable Option. Chichester, UK: John Wiley & Sons

Chapra SC and Reckhow KH. 1983. Engenering approach for Lake Management. Boston-London: Butterworth Publisher.

Christensen V and Pauly D. 1998. Changes in Models Of Aquatic Ecosystems Appraoching Carrying Capacity. Ecological Application. 8(1):5104-5109 Cifuentes MA. 1992. Determination Carrying Capacity of Tourism in Protected

Area. CTIE Papers. Turrialbu, Costa Rica. pp 1-19.

Clivaz C, Y Hausser and Michelet J. 2004. Tourism Monitoring System Based On The Concept of Carrying Capacity: The Case of The Regional Natural Park Pfyn-Finges (Switzerland). Working Paper of The Finish Forest Research Institute 2.pp. 231-235.

Cole DN. 2003. Carrying Capacity and Visitor Management: Fact, Value and The Role of Science. Aldo Leopold Wilderness Research Institute, Missoula.

http://www.Leopold.wilderness..net/research/docs/GWS_03_cole.doc.

(19 April 2011)

Cox GW. 2002. General Ecology Laboratory Manual. 8th ed. New York: The McGraw-Hill Companies. 312

CSC 2010 Ecological Characterization of Otter Island- A Digital Publication

,CSC-NOAA,http://www.csc.noaa.gov/otter/html/project/ec.htm.

Damanik J dan Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Aplikasi ke Teori. Pusat Studi Pariwisata UGM. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Darsiharjo 2004. Model Pemanfaatan Lahan Berkelanjutan di Daerah Hulu Sungai. Studi Kasus Daerah Hulu Sungai Cikapundung Bandung Utara. [disertasi]. Sekolah pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kehutanan 1990. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Jakarta: Dephut. Departemen Kehutanan 1999. Undang-undang No 41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan. Jakarta: Dephut.

Departemen Kehutanan 2006. Kemungkinan Meningkatkan Ekowisata. Download Www.Dephut.Go.Id

Departemen Kehutanan 2007. Kawasan Konservasi Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Jakarta: Dephut.

Departemen Kehutanan 2007. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta: Dephut

Departemen Kehutanan 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta: Dephut

Departemen Kehutanan 2012. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam pada Hutan Lindung. Jakarta: Dephut.

DepartemenKehutanan 1996. Keputusan Menteri Kehutanan No 446/kpts-II/1996 Tentang Tata Cara Permohonan Ijin Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Laut. Jakarta: Dephut.

Dirawan GD. 2006. Strategi Pengembangan Ekowisata Pada Suaka Margwasatwa (Studi Kasus: Suaka Margasatwa Mampie Lampoko). [disertasi] Program Studi PSL (tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Dobsan M dan Frid C. 1998. Ecology of Aquatic System. Longman. Harlow. Douglass WR. 1975. Forest Recreations, 2nd Ed. New York: WW Norton and

Co. pp: 1-58

Drum A dan Moore 2005. An Introduction to Ecotourism Planning. Volume 1 2nd London: School of Enviroment Sciences, University of Greenwich. Effendi H. 2007. Telaah Kualitas Air. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Eriyatno 1999. IlmuSistem, Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen.

Bogor: IPB Press.

Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Fandeli C. 2001. Pengertian dan Kerangka Dasar Pariwisata dalam Fandeli, C. (editor). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Editor Liberty, Yogyakarta.

[FAO] 1994. Mangrove Forest Management Guidelines. Rome: FAO Forestry Paper.

Fennell DA. 1999. Ecotourism An Introduction. Routlegde London.

Field C. 1996. Restoration of Mangrove Ecosystems. Okinawa: International Tropical Timber Organization and International Society for Mangrove Ecosystems.

Fiksel J. 2006. Sustainability and Resilience: Toward A Systems Approach. Sustainability: Science, Practice, and Policy. Vol. 2.

Folke C. 2003. Freshwater for Resilience: A Shift in Thinking. The Royal Society.

Ford A. 1999. Modelling The Environment: An Introduction to System Dinamics Models of Environmental System. California: Island Press. Garsetiasih R dan Pratiwi 2003. Dampak Pengunjung Terhadap Sifat Fisik

Tanah di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu, Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan 639: 33-43.

Gossling S, Hansson CB, Horstmeier O, and Saggel S. 2002. Ecological Footprint Analysis as A Tool to Assess Tourism Sustainability, Ecological Economics (43), Elsevier, www.elsevier.com/locate/ecolecon. pp:199-211

Gunawan MP. 2003. Kebijakan Pemerintah Tentang Interpretasi Wisata Alam dan Ekowisata. Dalam: Pengembangan Wisata Alam dan Ekowisata. Prosiding; Studio Rekreasi Alam Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB

Gunderson LH and Pritchard L. 2002. Resilience and The Behaviour of Large Scale Ecosystems. SCOPE Vol. 60. Washington DC: Island Press. Gunderson LH. 2000. Resilience in Theory and Practice. Annual Review of

Ecology and Systematics 31, 425-439.

Gunn CA. 1994. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. Third edition. Taylor and Franchis Publisher.

Hadinoto K. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI Press. pp. 1-5, 9.

Hardjomidjojo H. 2007. Sistem Dinamik: Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan. Bogor: SEAMEO-BIOTROP.

Hayati R. 2010. Model Ambang Batas Fisik Dalam Perencanaan Kapasitas Area Wisata Berwawasan Konservasi di Kompleks Candi Gedong Songo Kabupaten Semarang. Jurnal Geografi. Semarang: FIS Universitas Negeri Semarang.

Holling CS. 1996. Resilience and Stability of Ecological Systems. Annual Review of Ecology and Systematics. 4050, 1-23

Holling CS. 2001. Understanding The Complexity of Economic, Ecological, and Social Systems. Ecosystems 4, 390-405

Hutagalung 1997. Metode Analisis Air. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Irawanto 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Hutan Mangrove.

www.geocities.com/irwantoshut

Jensen R and Padilla JE. 1999. Preservation or Conversion? Valuation and Evaluation of A Mangrove Forestin The Philippines, Environmental and Resource Economics. 14. pp. 297-331.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2009. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2003. Kep.Men. LH No.110 Tahun 2003: Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada sumber air. Jakarta

Khair U. 2006. Kapasitas Daya Dukung Fisik Kawasan Ekowisata di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit Kab. Deli Serdang. [tesis] Tidak dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Kinnaird MF and O’Brien TG. 1996. Ecotourism in The Tangkoko_Nature

Reserve opening pandora’s box. Oryx (1) 65-73.

Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. 2nd ed. New York: Harper& Row Publisher.

Kurniawan J. 2004. Pengembangan Ekowisata Di Kawasan Ekosistem Leuser: Upaya Pelestarian Kawasan Ekosistem Leuser dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Laporan Unit Manajemen Leuser. p 2-6. Kusmana C. 1997. Metode survey vegetasi. Bogor: IPB Press.

Lankford SV. 2006. Sustainability of Coastal/Marine Recreation: Modelling Social Capacity for Kaneohe Bay, Hawai. Report Document Sea Grant College Program University of Hawai.

Lee KY, Son M and Kwak DA. 2002. Development Of Carrying Capacity Assessment System for the Chi-Ri National Park. Enviromental Science and Ecological Engineering: 61-65

Manning R. 2002. Research to Estimate And Manage Carrying Capacity of Tourism Atraction: A Study of Alcatraz Island. Journal Of Sustainable Tourism Vol. 10, No 5.

Mc Cool SF. 1996. Limits of Acceptable Change: A Framework for Managing National Protected Areas Experiences from The United States. School of Forestry. Montana: The University of Montana Missoula. USA.

McCool SF dan Lime DW. 2001. Tourism Carrying Capacity: Tempting Fantasy or Useful Reality. Journal of Sustainable Tourism: 372-388

Michael P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Diterjemahkan Yanti RK dan Suhati S. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Muhammadi E, Aminullah, dan Soesilo B. 2001. Analisis Sistem Dinamis: Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, dan Manajemen. Jakarta: UMJ Press.

Nontji A. 2005. Laut Indonesia. PT. Djambatan. Jakarta.

[NPS] National Park Service 1997. The Visitor Experience and Resources Protection (VERP) Framework: A handbook for Planners and Managers. US Departemen of The Interior.

Nybakken JN. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Diterjemahkan oleh M. Eidman, Koesoebiono dan DG Bengen. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

Odum EP. 1993. Fundamental of Ecology. Thirth Edition. Philadelphia and London: WB Saunders Co. 546 p.

Peraturan Pemerintah RI No. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan

Perum Perhutani III 2011. Potensi Wisata Jawa Barat. Download dari:

http://unit3.perumperhutani.com.

Peterson GD, Allen CR and Holling CS. 1998. Ecological Resilience, Biodiversity and Scale. Ecosystems 1, 6-18

Purnomo H. 2005. Teori Sistem Komplek, Pemodelan, dan Simulasi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Quarto A. 2002. Sustainable Use of The Mangrove. MAP Quaterly News, Port Angeles, WA. Diakses melalui www.lautkita.org 21 Desember 2007. Roussel S dan Valette. 2007. On Coastal Zone Social Carrying Capacity.

Enviroment: 1-15.

Sari NWV. 2002. Pengelolaan Sampah Di Kawasan Hutan Mangrove Suwung Teluk Benoa Sebagai Upaya Kebersihan Lingkungan dan Pengembangan Ekowisata Mangrove. [tesis] Tidak dipublikasikan. Semarang. Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro.

Sawitri R. 2003. Kajian Daya Dukung, Karakteristik dan Dampak Pengunjung Terhadap Flora dan Fauna Di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran. Buletin Penelitian Hutan 638: 29-46.

Schmidt FH and Ferguson 1952. Rainfall Types Based On Wet and Dry Period Rations for Indonesia with Western Guinea, Verhand no. 42.

Setyawan AD, Winarno K dan Purnama PC. 2003. REVIEW: Ekosistem mangrove di Jawa: 1. Kondisi terkini. Biodiversitas 4 (2):130-142. Soemarwoto O. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan

Ketujuh (EdisiRevisi). Jakarta: Penerbit Djambatan.

Stakey DN. 1985. The Limit of Acceptale Change (LAC) System for Wilderness Planing. General Technical report INT-176. United States Department of Agriculture.

Suratmo FG. 2002. Panduan Penelitian Multidisiplin. Bogor: IPB Press.

Suripin 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset.

[TIES] 2005. Tourism Highlight 2005, The International Ecotourism Society UN-WTO, Madrid.

Turner BL, Kasperson RE and Matson PA. 2003. A Framework for Vulnerability Analysis in Sustainability Science. Proc. Nat. Acad. Sci USA 100: 8074-8079

[UNEP] 2003. About Ecotourism. United Nation Environmental Programme. Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Gromang F, Penerjemah. Jakarta:

Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Tourism Management.

Wahyuni PI, Ardhana IPG dan Sunarta IN. 2007. Evaluasi Pengembangan Ekowisata di Kawasan Tahura Ngurah Rai. Jurnal Ecotrophic Vol. 4 (1) hal. 45-56

Wardhana WA. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.

Wight PA. 1993. Sustainable Ecotourism: Balancing Economic, Environmental and Social Goals Within and Ethical Framework. Journal of Tourism Studies. 1993. 4 (2), 54-56

[WTO] 1992. Guidelines: Development of National Park and Protected Areas for Tourism. WTO Joint Technical Report series No. 13 Paris. pp. 18-19. [WTTC] 2003. The Blueprint of NewTourism. World Travel and Tourism Council,

London.

Yoeti HOA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta. Pradnya Paramita.

Yuanike 2003. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove dan Partisipasi Masyarakat di Kawasan Nusa Lembongan, Bali. [tesis] Tidak dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zakiah YH. 1996. Persepsi dan Perilaku Pengunjung Usia Muda Terhadap Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan di Taman Wisata Pananjung Pangandaran. Jurnal Konservasi Sumberdaya Hutan, Fak. Kehutanan, IPB.

Lampiran 1. Perhitungan daya dukung fisik kawasan Daya dukung fisik (PCC)

Penghitungan daya dukung fisik kawasan terhadap jumlah maksimal pengunjung ditentukan dengan menggunakan penghitungan daya dukung fisik (PCC), daya dukung sebenarnya (RCC), dan daya dukung efektif (ECC) menurut Cifuentes (1992).

Dimana :

PCC : Daya dukung fisik

A : Luas area yang tersedia untuk pemanfaatan umum V/a : Area yang dibutuhkan untuk satu pengunjung per m2 Rf : Faktor rotasi

Kriteria dan asumsi dasar yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan PCC adalah:

 Bahwa seseorang pada umumnya membutuhkan ruang horizontal seluas 1 m2 untuk dapat bergerak bebas.

 Bahwa luas yang tersedia (A) ditentukan oleh keadaan tertentu di areal.  Faktor rotasi (Rf) adalah jumlah kunjungan harian yang diperbolehkan ke

suatu lokasi yang diformulasikan dengan rumus:

Penentuan PCC berdasarkan informasi dan kriteria dasar sebagai berikut:  Waktu buka lokasi jam 09.00-17.00 WIB (8 jam)

 Waktu yang diperlukan selama kunjungan rata-rata 5,2 jam  Luas area efektif untuk kegiatan wisata 5 ha (50.000m2

)

 Setiap orang menempati ruang seluas 1 m2

Perhitungan:

Rf = 8 jam/5,2 jam = 1,54

PCC = A x V/a x Rf = 50.000 x 1 x 1,54

= 77.000 kunjungan per hari

Rf = Masa buka

Waktu rata-rata per kunjungan

v PCC = A x

a

Daya dukung sebenarnya (RCC)

Untuk RCC dihitung dengan memperhatikan faktor koreksi yang berasal dari ciri-ciri khusus lokasi. Faktor-faktor koreksi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

 Kualitas perairan (Cf1)  Banjir musiman (Cf2)  Kapasitas manajemen (Cf3)  Curah hujan (Cf4)

Asumsi yang digunakan untuk mengukur RCC adalah:

 Faktor koreksi (Cf) diperoleh dengan mempertimbangkan variabel biofisik lingkungan.

 Faktor koreksi (Cf) berkaitan erat dengan kondisi spesifik dan karakteristik tiap tempat dan kegiatan.

 Faktor koreksi (Cf) diformulasikan dengan rumus:

Dimana:

M1 = pembatas ukuran variabel Mt = jumlah ukuran variabel

Maka untuk mengukur daya dukung sebenarnya (RCC), digunakan rumus sebagai berikut:

Informasi yang didapat adalah sebagai berikut:  Daya dukung fisik (PCC) adalah 77.000

 Faktor koreksi (Cf1 = 55,7), (Cf2 = 56,9), (Cf3 = 56,8), dan (Cf4 = 56,7)

RCC = 77000 x 44,3 x 43,1 x 43,2 x 43,3 = 2751 kunjungan per hari

Cf = M1 Mt x 100% RCC = PCC x 100 – Cf1 100 x 100 – Cf2 100 x .... 100 – Cfn 100 RCC = 77000 x x x 100 – 55,7 100 100 – 56,9 100 100 – 56,8 100 100 – 56,7 100 x

Daya dukung efektif (ECC)

Setelah diketahui RCC, selanjutnya dihitung daya dukung efektif atau yang diijinkan (ECC) yang diformulasikan dengan rumus:

Dimana:

ECC = Daya dukung efektif atau yang diijinkan

MC = Kapasitas manajemen yang berdasarkan jumlah staf dan anggaran RCC = Daya dukung sebenarnya

Asumsi yang digunakan untuk menentukan ECC adalah sebagai berikut:

 MC didefinisikan sebagai penjumlahan kondisi yang dibutuhkan dalam pengelolaan sumberdaya alam jika fungsi dan tujuan pengelolaannya dijalankan

 Ketika kapasitas untuk mengelola sumberdaya kawasan meningkat, maka ECC akan meningkat, namun tidak pernah lebih besar dari RCC meskipun dalam kondisi yang mendukung.

 MC dikemukakan dalam persentase dengan rumus sebagai berikut:

Dari uraian rumus PCC, RCC dan ECC di atas dinyatakan bahwa setiap tingkat urutan merupakan tingkat kapasitas yang telah dikurangi dari tingkat sebelumnya, sehingga PCC selalu lebih besar jumlahnya dari RCC, dan RCC lebih besar atau sama dengan ECC, yang dapat dinotasikan dengan:

Sebagai informasi:

 Lama buka lokasi 8 jam (480 menit)  Waktu tempuh jalan ke lokasi 0,733  Jumlah jalan masuk 2

 Pemegang ijin adalah Perum Perhutani (skor 1)

 Jumlah staf yang ada 5 orangdan jumlah staf yang diperlukan 8 orang  RCC = 2751 kunjungan per hari

ECC =

(Kapasitas Infrastruktur x MC) RCC

x 100%

MC =

Kapasitas staf yang ada Kapasitas staf yang diperlukan

x 100%

Perhitungan ECC adalah sebagai berikut:

ICC = [lama buka lokasi/waktu tempuh] x jumlah jalan masuk x pemegang ijin = (480/0,733) x 2 x 1

= 1310

MC = [kapasitas staf yang ada/kapasitas yang diperlukan] x 100% = 5/8 x 100%

= 63% = 0,63

ECC = (1310 x 0,63)/2751 x 100% = 30%

Nilai ECC adalah 30% dari nilai RCC Jadi nilai ECC = 0,30 x 2751

= 825 kunjungan per hari

ECC =

(Kapasitas Infrastruktur x MC) RCC

Lampiran 2. Perhitungan daya dukung ekologis

Dalam menghitung daya dukung ekologis, parameter yang diukur adalah jumlah pengunjung/wisatawan untuk tiap aktivitas. Sedangkan parameter lainnya sudah ditetapkan Douglass (1975) dalam Fandeli (2001) dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

AR = Area yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata D = Permintaan wisatawan untuk suatu aktivitas A = Kebutuhan area setiap wisatawan

CD = Jumlah hari yang digunakan untuk suatu aktivitas tertentu TF = Faktor pemulihan

43.560 = Konstanta

Kapasitas tampung wisatawan per kegiatan/aktivitas untuk kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan adalah

=

Di lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan diidentifikasi 3 kegiatan yang bisa dihitung daya dukung ekologisnya, yaitu berperahu, piknik, dan berperahu. Dalam menentukan daya dukung ekologis perlu dipertimbangkan faktor pemulihan (TF). Adapun nilai TF dapatdilihat pada Tabel berikut.

Tabel Kebutuhan areal untuk berwisata alam No. Aktivitas Turnover Factor (TF) 1. Berperahu 2,0

2. Piknik 1,5

3. Berkemah 1,0

Penghitungan daya dukung ekologis kegiatan berperahu

Dimana:

 Area yang digunakan untuk berperahu 30 ha (300.000 m2

)  Permintaan wisatawan untuk berperahu 2.856 orang  Jumlah hari yang digunakan 365 hari

 Faktor pemulihan kegiatan berperahu 2,0 AR = D x A CD x TF x 43560 D AR AR = D x A CD x TF x 43560

Perhitungan daya dukung ekologis untuk kegiatan berperahu

AR = 26,9

Kapasitas tampung wisatawan untuk berperahu = D/AR = 2.856/26,95 = 106 orang per ha

Penghitungan daya dukung ekologis kegiatan berkemah

Dimana:

 Area yang digunakan untuk berkemah 1,5 ha (15.000 m2

)  Permintaan wisatawan untuk berkemah 4.750 orang  Jumlah hari yang digunakan 52 hari

 Faktor pemulihan kegiatan berkemah 1,0

Perhitungan daya dukung ekologis untuk kegiatan berkemah

AR = 27,26

Kapasitas tampung wisatawan untuk berkemah = D/AR = 4.750/27,26 = 174 orang per ha

Penghitungan daya dukung ekologis kegiatan piknik

Dimana:

 Area yang digunakan untuk piknik 2,5 ha (25.000 m2

) AR = 2.856 x 300.000 365 x 2,0 x 43560 AR = D x A CD x TF x 43560 AR = 4.750 x 15.000 52 x 1,0 x 43560 AR = D x A CD x TF x 43560

 Permintaan wisatawan untuk piknik 6.954 orang  Jumlah hari yang digunakan 365 hari

 Faktor pemulihan kegiatan piknik 1,5

Perhitungan daya dukung ekologis untuk kegiatan piknik

AR = 13,12

Kapasitas tampung wisatawan untuk berperahu = D/AR = 6.954/13,12 = 530 orang per ha AR =

6.954 x 25.000 365 x 1,5 x 43560