• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pohon: Pohon berdiameter 10 cm atau lebih

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.2. Potensi Permintaan Ekowisata

Adanya krisis moneter mengakibatkan sektor pariwisata sempat terpuruk pada tahun 1998. Kondisi tersebut berpengaruh pada tingkat pendapatan yang turun dan semakin sedikitnya anggaran untuk berwisata.

Namun seiring berjalannya waktu, angka kunjungan wisata khususnya ke kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan mengalami peningkatan. Data kunjungan ke hutan mangrove Blanakan sejak tahun 2003-2011 disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Jumlah pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan dari tahun 2003-2011

No. Tahun Jumlah Pengunjung (orang)

1. 2003 5.894 2. 2004 7.645 3. 2005 7.957 4. 2006 9.980 5. 2007 11.658 6. 2008 17.823 7. 2009 19.675 8. 2010 20.897 9. 2011 18.462

Berdasarkan dinamika pertumbuhan pengunjung dari tahun 2003 sampai dengan 2010 menunjukkan adanya kenaikan jumlah pengunjung, hal ini mengindikasikan adanya tingkat kepuasan pengunjung. Kenaikan tingkat kunjungan ini menunjukkan adanya pemahaman yang lebih baik terhadap ekowisata dan tingkat perekonomian yang sudah lebih baik. Selain itu berwisata

juga sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan wisatawan terdiri dari atraksi, amenitas, dan aksesibilitas yang mempengaruhi pengalaman rekreasi minimum yang dapat diterima. Akan tetapi sulit untuk menentukan indikator pengalaman minimum yang dapat diterima wisatawan. Oleh karena itu perlu diidentifikasi isu-isu yang mempengaruhi persepsi dari wisatawan dan harapan wisatawan ketika mengunjungi ekowisata hutan mangrove Blanakan.

Karakteristik Pengunjung

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, wawancara dengan pengunjung, dan penyebaran kuesioner bagi pengunjung, diperoleh data berupa karakteristik pengunjung. Karakteristik pengunjung terdiri atas jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan, asal pengunjung, motivasi pengunjung, pola perjalanan, preferensi, persepsi dan harapan pengunjung.

Pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan didominasi pengunjung laki-laki dengan persentase 63,3%. Jumlah pengunjung paling banyak berusia antara 31-40 tahun sebanyak 33,3%. Latar belakang pendidikan yang paling tinggi sebesar 46,67% pada tingkat SMA, tingkat pendidikan perguruan tinggi sebesar 23,33%. Status pekerjaan yang paling banyak adalah pekerja swasta/perusahaan sebesar 30%. Persentase penghasilan per bulan pengunjung paling tinggi adalah Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,- sebesar 36,7% (Tabel 17). Hal ini menunjukkan secara umum wisatawan mempunyai tingkat pendapatan relatif tinggi, sehingga ada alokasi anggaran untuk berwisata. Selain itu, mereka yang termasuk golongan menengah mempunyai pemahaman tentang ekowisata secara baik, sehingga mereka memahami bahwa pengembangan ekowisata mangrove selain sebagai bentuk partisipasi dalam menjaga kelestarian alam juga menambah wahana wisata baru yang ada di Subang. Pengunjung dengan tingkat pendidikan yang tinggi (D-3 dan S-1) dengan persentase 23,33% dan 16,67% menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap ekowisata sudah lebih baik. Dengan demikian salah satu tujuan ekowisata, yaitu adanya upaya konservasi diharapkan dapat tercapai.

Tabel 17 Karakteristik pengunjung di Kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan, Subang

No. Parameter Kriteria Jumlah

Pengunjung (%)

1. Jenis Kelamin Laki-laki 63,3

Perempuan 36,7 2. Usia < 20 tahun 20,0 21-30 tahun 23,3 31-40 tahun 36,7 41-50 tahun 10,0 >50 tahun 10,0 3. Pendidikan SMP 6,67 SMA 46,67 Diploma 3 23,33 Sarjana 16,67 Pascasarjana 6,67 4. Pekerjaan PNS 10,00 TNI 6,67 Pegawai swasta 30,00 Pelajar/mahasiswa 13,33

Ibu rumah tangga 26,67

5. Penghasilan per bulan < Rp 1.000.000 13,3 Rp 1.000.000 sampai 3.000.000 20,0 Rp 3.000.000 sampai 5.000.000 36,7

> Rp 5.000.0000 30,0

Asal Pengunjung

Kondisi aksesibilitas yang mudah dijangkau dan keindahan serta kenyamanan objek adalah beberapa faktor yang menyebabkan tingginya jumlah wisatawan. Pengunjung kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan banyak didominasi dari daerah sekitarnya, seperti Bandung, Cirebon, Indramayu, Majalengka, Brebes, dan Jakarta. Wisatawan yang berasal dari daerah sekitar diasumsikan mendapatkan informasi secara lisan dari teman atau saudara yang pernah berkunjung.

Secara garis besar pengunjung terbanyak berasal dari propinsi Jawa Barat sebesar 60%, sedang paling sedikit pengunjung dari propinsi Banten sebesar 6,67%. Hal ini terjadi karena akses dari Jawa Barat menuju lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan relatif mudah dan jaraknya dekat.

Pola Kunjungan

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung di ekowisata hutan mangrove Blanakan, menunjukkan bahwa pengunjung sebagian besar mengetahui kawasan wisata mangrove Blanakan dari informasi perorangan terutama dari teman, sisanya dari saudara dan dari media cetak lokal. Pengunjung pantai Blanakan umumnya datang ke kawasan wisata mangrove pada hari libur terutama pengunjung yang berasal dari luar kota. Pengunjung dari kabupaten Subang mendatangi objek wisata tidak hanya pada hari libur.

Pengunjung yang datang ke kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan melakukan kunjungan yang pertama mempunyai persentase paling besar yaitu 47%. Dalam satu tahun, ada pengunjung melakukan kunjungan kedua 33%, kunjungan ketiga 13% (Gambar 25). Data ini menunjukkan bahwa kawasan wisata ini menarik dan memberikan kesan khusus terhadap pengunjung.

Motivasi Pengunjung

Motivasi pengunjung yang berwisata ke ekowisata hutan mangrove Blanakan adalah karena keindahan alamnya (33%). Keindahan alam berupa vegetasi mangrove merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mendatangi destinasi ekowisata mangrove. Wisatawan juga terdorong untuk

mendatangi lokasi dikarenakan mereka belum pernah mengunjungi sebelumnya (20%). Motivasi pengunjung yang lain adalah mereka tertarik karena lokasi wisata yang nyaman dan sejuk (16%). Lokasi yang mudah dijangkau dan dekat dengan pusat kota kecamatan dan jalur pantura (7%). Pengunjung Pantai Blanakan rata-rata menghabiskan waktu berwisata selama 4-6 jam, tergantung kegiatan wisata yang diminati pengunjung.

Gambar 26 Motivasi pengunjung ekowisata hutan mangrove Blanakan.

Preferensi, Harapan dan Persepsi Pengunjung

Pengunjung yang datang ke ekowisata hutan mangrove Blanakan lebih banyak tertarik pada menikmati keindahan mangrove (26,7%) dan penangkaran buaya (30%). Beberapa kegiatan wisata lainnya yang disukai selama berada dalam kawasan mangrove adalah mengamati satwa liar, fotografi, dan berperahu. Kegiatan berperahu bisa dilakukan dengan menyewa perahu yang berangkat dari dermaga. Pengamatan satwa liar dan fotografi banyak dilakukan oleh kelompok pecinta satwa dan para hobiis. Preferensi pengunjung menunjukkan, bahwa pengunjung ekowisata mangrove adalah masyarakat menengah ke atas yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang relatif tinggi. Adapun preferensi, harapan dan persepsi pengunjung dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Preferensi, harapan dan persepsi pengunjung

No. Parameter Kriteria Jumlah

Pengunjung (%)

1. Aktivitas yang diminati Menikmati keindahan mangrove 26,7

Mengamati satwa liar 6,7

Fotografi 6,7

Penangkaran buaya 30,0

Berperahu 20,0

3. Fasilitas yang perlu ditambah tidak ada 6,67 tempat sampah 6,67 shelter 30,00 menara pengamatan 40,00 jembatan kayu 16,67

4. Fasilitas yang perlu diperbaiki

Tempat pembelian tiket 3,3

tempat parkir 10,0

toilet 33,3

musholla 30,0

Tempat bermain anak 23,3

5. Pengembangan

ekowisata

pengembangan atraksi wisata 13,3

penambahan atraksi wisata 20,0

pagelaran seni dan budaya 16,7

penambahan dan perbaikan

fasilitas 10,0

peningkatan pelayanan 10,0

tidak ada 30,0

6 Kepuasan pengunjung Puas 86,7

Tidak puas 13,3

Pengunjung kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan sebagian sangat mendukung pengembangan ekowisata di kawasan hutan mangrove Blanakan. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pengunjung membutuhkan tempat wisata yang dekat dengan kota dan nyaman untuk mengisi waktu luang atau saat libur bersama teman atau keluarga untuk menghilangkan rasa jenuh dari rutinitas pekerjaan sehari-hari.

Penambahan fasilitas diharapkan pengunjung ekowisata di kawasan mangrove Pantai Blanakan meliputi pembuatan jembatan kayu (walking trail) di dalam kawasan mangrove (16,67%), shelter-shelter sepanjang jembatan kayu untuk tempat berteduh dan beristirahat pengunjung (30%), dan menara pandang untuk pengamatan satwa liar (40%), dan penambahan tempat sampah. Sedangkan fasilitas yang perlu diperbaiki musholla (30%) dan toilet (33,3%) merupakan dua hal yang menjadi prioritas perbaikan.

Dukungan pengunjung terhadap pengembangan ekowisata di pantai Blanakan adalah menambah atraksi wisata sebesar 20%. Pagelaran seni dan budaya juga diinginkan pengunjung untuk diadakan, melengkapi upacara adat yang sudah ada. Setelah melakukan kunjungan di kawasan ini, sebagian besar (86,7%) pengunjung menyatakan puas dan ingin melakukan kunjungan kembali.

Gambar 27 Persentase wisatawan yang ingin berkunjung kembali.

Gambar 28 Persepsi pengunjung pada fasilitas di lokasi ekowisata hutan mangrove Blanakan.

Dari diagram persepsi pengunjung terhadap berbagai fasilitas di kawasan wisata hutan mangrove Blanakan diketahui bahwa pengunjung mempunyai persepsi yang baik terhadap keunikan sumberdaya, ketersediaan sumberdaya dan keragaman sumberdaya wisata. Penangkaran buaya juga dinilai bagus oleh sebagian besar pengunjung. Sedangkan kemudahan menuju kawasan dan kondisi jalan menuju kawasan dinilai buruk oleh sebagian besar pengunjung.

5.2. Tinjauan Masyarakat Di Sekitar Kawasan Ekowisata Hutan Lindung