• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pohon: Pohon berdiameter 10 cm atau lebih

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4. Daya Dukung Ekowisata Hutan Mangrove Blanakan

Ekowisata hutan mangrove Blanakan adalah hutan lindung yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Diharapkan dengan pemanfaatan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi bagi pengelola dan masyarakat sekitar tanpa mengurangi nilai dan fungsi hutan mangrove Blanakan sebagai area hutan lindung. Perkembangan ekowisata hutan mangrove Blanakan sebagai tujuan wisata diharapkan memberi dampak positif berupa manfaat ekonomi yang berkesinambungan. Namun dampak negatif juga dikhawatirkan akan muncul bila pemanfaatan objek wisata melampaui daya dukung fisik kawasan. Hal ini bisa terjadi jika pertumbuhan wisatawan yang terus naik, dan melebihi daya dukung fisik kawasan dalam menampung jumlah wisatawan.

Daya dukung secara fisik (PCC) untuk ekowisata hutan mangrove Blanakan dihitung berdasarkan kriteria yang ditetapkan, yaitu luas efektif yang digunakan untuk wisata seluas 5 ha (50.000 m2). Untuk variabel pengunjung, setiap orang yang berdiri pada umumnya membutuhkan ruang horizontal seluas 1 m2 untuk dapat bergerak bebas. Waktu buka objek wisata antara jam 09.00-17.00 berarti buka selama 8 jam. Rata-rata waktu yang dihabiskan pengunjung

adalah 5,2 jam. Hasil perhitungan PCC untuk lokasi ini adalah 77.000 pengunjung per hari. Cara penentuan PCC dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dalam penentuan daya dukung relatif terdapat beberapa faktor koreksi yang dapat dijadikan sebagai faktor pembatas tingkat kunjungan. Faktor koreksi tersebut antara lain faktor psikologi terkait dengan kenyamanan dan kesesakan areal pemanfaatan. Faktor fisik lingkungan berupa kondisi cuaca tahunan dimana pada musim hujan merupakan waktu kunjungan yang kurang nyaman bagi wisatawan. Banjir tahunan turut mempengaruhi waktu buka areal pemanfaatan. Faktor manajemen. Rasio antara pengunjung dan petugas areal pemanfaatan turut mempengaruhi jumlah tingkat kunjungan.

Perhitungan daya dukung sebenarnya (RCC) berdasarkan faktor koreksi pada lokasi yang telah diidentifikasi, yaitu curah hujan, kualitas perairan, banjir musiman dan kapasitas manajemen. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai RCC adalah 2.751 pengunjung per hari. Daya dukung yang diperbolehkan/efektif (ECC) dihitung berdasarkan kapasitas manajemen dan waktu buka lokasi serta waktu tempuh masuk lokasi. Pengelola kawasan adalah Perum Perhutani III dan jumlah jalan masuk juga menjadi faktor dalam penentuan ECC. Hasil perhitungan ECC adalah 30%. Jadi nilai ECC kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan adalah 30% dari 2.750 (RCC) adalah 825 pengunjung per hari. Cara penentuan RCC dan ECC dapat dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan hasil perhitungan masing-masing nilai daya dukung yang dimasukkan ke dalam standar penentuan PCC > RCC > ECC, maka pada dasarnya daya dukung fisik kawasan sama sekali belum terlewati karena nilai PCC lebih besar daripada RCC dan RCC lebih besar daripada ECC.

Dari data kunjungan rata-rata per hari di ekowisata hutan mangrove Blanakan adalah 57 pengunjung. Jika dibandingkan ECC nilai tersebut masih jauh di bawahnya. Oleh karena itu pengembangan objek wisata ini masih sangat menjanjikan.

Di kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan ada beberapa aktivitas wisata yang bisa dilakukan antara lain berperahu, berkemah dan piknik. Untuk masing-masing aktivitas tersebut dibatasi pula oleh daya dukung ekologi. Dimana hal tersebut mengindikasikan kenyamanan dalam beraktivitas. Untuk menghitung daya dukung ekologis parameter yang diukur adalah jumlah wisatawan, sedangkan parameter lainnya adalah area yang dibutuhkan untuk wisata, jumlah hari yang dibutuhkan untuk aktivitas tertentu (dalam satu tahun). Parameter

lainnya sudah ditetapkan Douglass (1975) dalam Fandeli (2001). Douglass menetapkan turnover factor (Tf) atau faktor pemulihan yang berbeda untuk tiap aktivitas. Nilai Tf untuk berperahu adalah 2; untuk piknik adalah 1,5; sedangkan nilai Tf untuk berkemah adalah 1.

Hasil perhitungan daya dukung ekologis untuk aktivitas wisata di kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan disajikan pada Tabel 28, sedangkan cara perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 28 Daya dukung ekologi kawasan ekowisata Blanakan No. Aktivitas Wisata Daya Dukung 1. Berperahu 106 orang/ha 2. Berkemah 174 orang/ha

3. Piknik 530 orang/ha

Dari tabel di atas diketahui dalam setiap harinya lokasi ekowisata untuk aktivitas berperahu dapat menampung maksimal 106 orang per ha. Sedangkan untuk kegiatan berkemah mampu menampung makasimal 174 orang per ha dan untuk piknik kawasan mampu menampung 530 orang per ha.

Nilai daya dukung yang diperoleh pada dasarnya masih bersifat relatif. Hal ini disebabkan karena daya dukung fisik kawasan tidak konstan tergantung pada perubahan-perubahan yang terjadi akibat pola kunjungan, pengalaman pengunjung, faktor iklim, kebijakan manajemen pengelola. Faktor iklim perlu dipertimbangkan dalam menentukan daya dukung kawasan. Pada musim hujan, biasanya tingkat kunjungan menurun, demikian sebaliknya pada musim kemarau. Pada bulan Desember-Januari, di kawasan wisata Blanakan sering terjadi banjir musiman, hal ini juga menurunkan tingkat kunjungan.

Pada dasarnya daya dukung tidaklah selalu konstan, dimana daya dukung dapat ditingkatkan dengan penambahan atraksi dan fasilitas pendukung lainnya di zona yang telah dibuat. Misalnya dengan menambahkan sarana akomodasi, paket wisata, pengembangan camping ground, maupun rancangan sistem jalan setapak /jembatan kayu untuk berjalan di antara vegetasi mangrove, menambah menara untuk pengamatan burung dan satwa, menambah armada perahu, dan sebagainya.

Saat tingkat kunjungan semakin naik, pihak pengelola dapat menambah jumlah staf untuk meningkatkan kapasitas manajemen. Hal ini akan meningkatkan kepuasan wisatawan. Dengan demikian maka daya dukung dapat

ditingkatkan. Jika tingkat kunjungan semakin tinggi, sebelum melewati batas daya dukung yang telah ditetapkan standarnya, maka perlu dilakukan pengelolaan pengunjung, seperti dengan membuat sirkulasi pengunjungan berdasarkan ukuran kelompok dan ruang yang tersedia.

Jika daya dukung terlewati maka analisis dampak pengunjungan harus dilakukan, walaupun hal ini terkadang sulit diimplementasikan, seperti kegiatan monitoring dan inspeksi terhadap pengelolaan kawasan wisata. Langkah pengelolaan terhadap daya dukung yang terlampaui dapat menggunakan metode Limit of Acceptable Change (LAC) atau “batas perubahan yang masih dapat diterima”. Konsep LAC digunakan untuk menentukan ketika dampak negatif telah terlampaui. Dampak dari tingkat kunjungan yang dimonitor dengan metode LAC berdasarkan hasil monitoring terhadap tingkat perubahan-perubahan kondisi fisik lingkungan dan biologi yang terjadi pada lokasi pemanfaatan serta survei tingkat kenyamanan pengunjung.

Dalam menentukan daya dukung suatu kawasan tidaklah mudah, selain indikator penentuan daya dukung yang tidak baku, terdapat juga masalah yang perlu dipertimbangkan adalah dampak kunjungan pada suatu kawasan bisa bervariasi tergantung sudut pandang seseorang (Manning 2002). Menurut Khair (2006) beberapa permasalahan dalam menentukan daya dukung, antara lain:

1. Definisi daya dukung dapat berbeda, karena tidak ada definisi yang universal dan masih berpusat pada tingkat toleransi.

2. Adanya variasi-variasi yang berbeda dalam standar pengukuran. 3. Daya dukung merupakan konsep yang dinamis dan mengalir. 4. Konsep daya dukung tidak dapat memunculkan kualitas yang nyata. 5. Adanya kesulitan dalam memprediksi dampak dan pengelola harus dapat

menganalisis dampak sebelum, selama dan sesudah perkembangan. 6. Solusi yang ditawarkan oleh para pakar sering tidak mencapai

kesepakatan umum.

7. Konsep daya dukung bukanlah konsep yang dapat diterapkan dengan analisis yang kaku dan pengelolaan yang praktis.

Daya dukung merupakan suatu kerangka yang rasional dan proses yang terstruktur, sehingga untuk membuat daya dukung harus mengkombinasikan data hasil penelitian dengan kebijakan atau keputusan yang informatif. Kapasitas

daya dukung kawasan tidak hanya harus ditentukan, tetapi harus dikelola dengan sebaik-baiknya.

Penentuan daya dukung juga tergantung pada berbagai penilaian mengenai tingkat daya tampung kawasan yang rusak akibat dampak kegiatan wisata. Ketika tingkat daya tampung telah dibuat, metode untuk mengontrol pengunjung perlu diimplementasikan, dimana hal tersebut mencakup kemampuan untuk menghitung jumlah pengunjung, menjaga jumlah pengunjung agar konstan dan kemampuan mengelola pengunjung yang ingin memasuki kawasan wisata jika jumlah pengunjung sudah mencapai daya dukung fisik kawasan. Pengelolaan lain yang dilakukan adalah menghindari pengunjung terkonsentrasi pada suatu tempat.

Sehubungan dengan uraian di atas dapat ditegaskan, bahwa daya dukung kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan yang diperoleh belum bersifat konstan atau sebenar-benarnya karena adanya variabel-variabel yang tidak tetap atau faktor lain yang sebaiknya dimasukkan, seperti kebijakan yang jelas dari pemerintah maupun pengelola. Di samping itu, daya dukung yang diperoleh masih berdasarkan kondisi fisik kawasan. Jadi untuk menentukan daya dukung keseluruhan kawasan perlu ditentukan daya dukung psikologis, sosial, dan ekonomi.