• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pohon: Pohon berdiameter 10 cm atau lebih

3. Pengelolaan Pencemaran dan Peningkatan Kapasitas Asimilasi

Upaya pengelolaan limbah pencemaran dan sampah merupakan hal yang perlu dilaksanakan untuk memberikan kesan yang bersih terhadap kawasan ekowisata hutan mangrove Blanakan. Di samping itu pengelolaan limbah dan peningkatan kapasitas asimilasi dapat menurunkan konsentrasi limbah yang masuk ke lingkungan perairan ekosistem mangrove Blanakan. Hal ini tentu saja akan membuat resiliensi perairan pada kondisi yang baik, sehingga mampu menetralisir gangguan/usikan yang ada.

Salah satu dampak negatif dari kegiatan wisata adalah pencemaran lingkungan. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memberikan penyuluhan kepada pengunjung tentang dampak pencemaran terhadap area wisata dan lingkungan. Peningkatan tingkat kesadaran terhadap pengunjung tidak hanya himbauan yang berupa poster dan papan informasi, akan tetapi berupa peraturan atau tata tertib wisata yang diberlakukan secara tegas.

Solusi yang lain adalah pembuatan instalasi pengolahan limbah. Limbah dari warung makan tidak langsung dibuang ke sungai, tetapi melalui sistem pengolahan limbah, sehingga akan berkurang konsentrasinya saat dibuang ke sungai. Air limbah dapat ditanggulangi jika terjadi pengalokasian pada tempat-tempat tertentu. Penanggulangan limbah domestik dari kegiatan rumah makan dan toilet (unit pengolahan limbah dan septic tank) dalam kawasan wisata dibuat pada jarak tertentu agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Unit pengolahan limbah dan septic tank yang dibangun dibuat berjenjang/bertingkat sehingga tidak menimbulkan pencampuran materi/kotorannya. Toilet umum yang ada di kawasan wisata harus dalam kondisi baik, sehingga tidak ada kebocoran pada bagian septic tanknya.

Penanggulangan sampah dilakukan dengan menyediakan tempat sampah di berbagai titik di lokasi ekowisata hutan mangrove Blanaka. Lokasi tempat sampah menyebar, sesuai dengan penyebaran aktivitas dan fasilitas wisata. Penambahan fasilitas tempat sampah dan distribusi yang baik bisa dilakukan untuk mengurangi dampak dari pencemaran. Tempat sampah yang disediakan untuk setiap titik dikelompokkan menjadi sampah basah-kering, sampah

degradable (dapat/mudah terurai)-non degradable (sulit terurai) dan sampah daur ulang-tidak dapat didaur ulang. Untuk kawasan-kawasan tertentu, misalnya di menara pengamatan burung, di jembatan papan, shelter (stopan area) pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman apapun untuk menghindari sampah dalam kawasan tersebut.

Sampah yang dihasilkan wisatawan dalam kurun waktu tertentu, akan dikumpulkan dan dibawa oleh pengelola ke tempat pembuangan akhir (TPA) untuk dapat didaur ulang menurut kelas sampah. Penanganan sampah yang tidak dapat didaur ulang dimusnahkan dengan dibakar.

Di samping itu dengan adanya pembatasan pengunjung berdasarkan penentuan daya dukung diharapkan akan meminimalisasi jumlah limbah yang masuk ke lingkungan. Tingkat kunjungan yang tinggi tentu akan menghasilkan limbah yang banyak. Hal yang perlu dilakukan juga adalah adanya proses edukasi/pendidikan kepada para pengunjung agar lebih memperhatikan masalah lingkungan.

Kapasitas asimilasi dapat ditingkatkan dengan mengurangi beban pencemar yang masuk ke Sungai Blanakan. Pengurangan beban pencemaran dilakukan dengan mengolah terlebih dahulu limbah yang akan dibuang ke perairan. Pengolahan limbah domestik dilakukan untuk menyisihkan berbagai bahan polutan yang ada di dalamnya. Teknik pengolahan air limbah domestik secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan, yaitu:

 pengolahan secara fisika  pengolahan secara kimia  pengolahan secara biologi

Pengolahan Secara Fisika

Pengolahan secara fisika dilakukan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (filtrasi) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel di dalam bak pengendap.

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung, seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses

pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, dilakukan untuk menyisihkan partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya.

Pengolahan Secara Kimia

Pengolahan air limbah secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

Pengolahan secara biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pengolahan limbah secara biologi yang sering dilakukan adalah dengan lumpur aktif. Dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses dengan pengolahan lumpur aktif dapat menurunkan BOD secara signifikan. Metode lain yang bisa digunakan adalah dengan fitoremediasi. Metode ini adalah pengolahan limbah dengan menggunakan tanaman air untuk menyerap berbagai polutan dalam limbah. Tanaman yang bisa digunakan yaitu Kayambang dan Enceng gondok (Eichhornia crassipes)

Cara lain untuk meningkatkan kapasitas asimilasi adalah dengan menjaga debit air tetap tinggi. Jika debit air berkurang, maka kapasitas asimilasi juga akan turun. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar

agar juga tidak membuang sampah dan limbah domestik ke Sungai Blanakan. Adanya sampah yang berlebih akan mengurangi debit air sungai. Sampah juga akan berkontribusi pada penurunan kualitas air, yang berakibat pada penurunan keanekaragaman biota perairan. Hal ini akan menyebabkan daya dukung ekosistem akuatik menurun, dan bisa berdampak pada berubahnya tipe kelentingan di perairan ekowisata mangrove Blanakan.