• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERAT BADAN PADA PENDERITA HIV DENGAN TERAPI ANTIRETROVIRAL (ARV) DI RSUD GUNUNG JATI, CIREBON

Dalam dokumen M01891 (Halaman 105-112)

PADA REMAJA Nurul Devi Ardian

BERAT BADAN PADA PENDERITA HIV DENGAN TERAPI ANTIRETROVIRAL (ARV) DI RSUD GUNUNG JATI, CIREBON

Maria Dyah Kurniasari1, Edi Dharmana2, Hussein Gasem3

1

Staff Akademik Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga,

2

Bagian Parasitologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

3

Bagian Penyakit Dalam, Rumah Sakit dr. Kariadi. mariadyah15@gmail.com.

Abstrak

Latar Belakang. Peringkat ke-4 Provinsi dengan penderita HIV tertinggi di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah kumulatif kasus HIV: 9.340 penderita, sedangkan jumlah penderita AIDS berjumlah 4131 penderita (Spiritia Y & KPA Jawa Tengah. 2014). Terapi yang diaplikasikan selama ini adalah onat antiretroviral/ARV dengan efek samping yang menyertai (Abbas AK, 2007). Kulit Buah manggis mengandung xanthone sebagai antioksidan yang, sangat dibutuhkan dalam tubuh sebagai penyeimbang prooxidant (reduxing radicals, oxidizing radicals, carbondentered, sinar UV, metal, dll) yang ada dilingkungan manusia yang dapat menghambat replikasi virus HIV dan aktivitasnya dilihat dari berat badan penderita, karena penurunan berat badan dapat memicu penurunan sistem imun dan merangsang oxidative stress (Planta Med, 1996).

Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas pemberian ekstrak kulit

manggis (Garcinia mangostana) terhadap berat badan pada penderita HIV dengan terapi antiretroviral (ARV).

Metoda. Dilakukan penelitian eksperimental pada manusia, dengan design Randomized

Control Group Pretest-Post Test Design, sampel sebanyak 20 pada masing-masing kelompok. Kelompok 1: Penderita HIV dengan terapi ARV diberikan ekstrak kulit manggis, 2: Penderita HIV dengan terapi ARV diberikan kapsul placebo. Perlakuan selama 30 hari, dilakukan pemeriksaan berat badan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Penelitian ini menggunakan statistik non-parametik oleh karena inferensi statistik (pengambilan keputusan) tidak membahas parameter-parameter populasi sehingga distribusi data (populasinya) menjadi tidak normal. Untuk dapat mengetahui uji beda antar kelompok (pre test dan post test) maka digunakan uji Paired T Test. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan kelompok perlakuan dan placebo maka digunakan uji beda Mann Whitney.

Hasil. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna berat badan (p: 0.701 ) pada penderita HIV antara pemeriksaan sebelum dan sesudah diberikan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana). Terdapat perbedaan bermakna yang bermakna berat badan (p: 0.008) pada penderita HIV antara pemeriksaan kelompok yang diberikan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) dan placebo.

Pembahasan. Antioxidan yang terkandung dalam ekstrak kulit manggis ini tidak menunjukan efeknya dalam mengurangi terjadi induksi oxidative stress. Banyak faktor yang mempengaruhi berat badan pada manusia, dimana kita ketahui bahwa manusia memiliki banyak sekali faktor yang berpengaruh pada berat badan.

Kesimpulan. Pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) tidak efektif terhadap berat badan pada penderita HIV dengan terapi ARV.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Pera at dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN

“ Se ara g, 7 No e ber 5 89 Pendahuluan

Berdasarkan jumlah kumulatif dari laporan Kasus HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan Desember 2013, Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke empat tertinggi. Jumlah kumulatif kasus HIV untuk Provinsi Jawa Barat sendiri, berjumlah 9.340 penderita, sedangkan jumlah penderita AIDS berjumlah 4131 penderita (Spiritia Y & KPA Jawa Tengah, 2014). Terapi yang selama ini sudah diaplikasikan kepada penderita yang terinfeksi HIV adalah obat antiretroviral/ARV (Abbas AK, 2007). Obat ARV bekerja sebagai kompetitor enzyme reverse transcriptase pada pembentukan DNA virus, menutup rantai enzyme sehingga pembentukan DNA virus terganggu, dan menghambat pembentukan kapsul virus (Karnen B, 2004). Terlepas dari manfaat positif ARV, penurunan berat badan merupakan bagian dari masalah keperawatan dan prediktor independen dari perkembangan penyakit dan kematian terkait HIV (Spiritia Y, 2013). Mengingat obat ini memiliki keterbatasan seperti salah satunya adalah efek samping mengkonsumsi obat ARV, maka para peneliti tertantang untuk melakukan penelitian tentang pengobatan penyakit ini.

Salah satu bukti efek samping obat ARV tercantum pada laporan dari penelitian terbaru yang menunjukan bahwa penderita HIV mengalami penurunan berat badan yang bermakna (10%) dalam tiga bulan pertama setelah memulai ARV (Carole, 2012). Gejala awal seperti nafsu makan menurun, mual dan/ muntah. Faktor lain yang juga berkontribusi terhadap penurunan berat badan adalah terjadinya infeksi yang menyertai pada penderita HIV seperti malabsorpsi gastrointestinal yang disebabkan oleh infeksi bakteri, contohnya diare. Selain itu, faktor masalah neurologis dan/atau kejiwaan yang membuat penderita mengalami perburukan nafsu makan dan mengalami malabsorpbsi. Sedangkan, status nutrisi yang dapat mengacu pada berat badan yang baik pada penderita HIV sendiri penting untuk mempertahankan daya tahan tubuh melawan infeksi penyerta, sehingga selanjutnya akan berimplikasi pada kemampuan penderita HIV tetap dapat melakukan aktivitasnya dengan baik, aktif dan produktif (Nursalam, dkk., 2007).

Salah satu dari keanekaragaman tanaman di Indonesia, dapat menjadi potensi menjadi tanaman obat. Kulit Buah manggis mengandung xanthone sebagai antioksidan yang, sangat dibutuhkan dalam tubuh sebagai penyeimbang prooxidant (reduxing radicals, oxidizing radicals, carbondentered, sinar UV, metal, dll) yang ada dilingkungan manusia yang dapat menghambat replikasi virus HIV dan aktivitasnya dilihat dari berat badan penderita, karena penurunan berat badan dapat memicu penurunan sistem imun dan merangsang oxidative stress (Plant Med, 1996). Tanaman obat tersebut dapat menjadi pengobatan adjuvant. Peneliti ingin menggunakan ekstrak kulit manggis sebagai antioksidan yang harapannya dapat digunakan sebagai obat komplemen, bersamaan dengan pemberian obat antiretroviral/ ARV. Harapan dari penelitian ini, terdapat efektivitas ekstrak kulit manggis terhadap berat badan penderita HIV dengan terapi ARV, sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan komunitas khususnya sebagai perawat komplementer serta memenurunkan terjadinya ko- infeksi pada penderita HIV.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap berat badan pada penderita HIV dengan terapi antiretroviral (ARV).

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Pera at dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN

“ Se ara g, 7 No e ber 5 90 Metoda

Penelitian eksperimental dengan Double Blind Randomized Pretest-Post Test Control Group Design pada manusia (penderita HIV rawat jalan dengan terapi ARV). Pengukuran variabel dilakukan pada group sebelum dan setelah perlakuan. Penderita HIV rawat jalan dengan terapi ARV sejumlah 40 penderita sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kelompok dibagi menjadi dua, yaitu perlakuan (mendapatkan kapsul ekstrak kulit manggis) dan mendapatkan kapsul placebo, masing-masing kelompok 20 penderita. Pengelompokkan dilakukan secara randomisasi menggunakan teknik simple randomized sampling. Pemeriksaan fisik untuk mengatahui berat badan 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan selama 30 hari sesuai kelompok, serta perbedaan berat badan kelompok perlakuan dan kelompok placebo.

Hasil dari analisa deskriptif tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis statistik menggunakan Paired T Test bila distribusi normal dan uji Wilcoxcon Smith bila distribusi tidak normal. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan kelompok perlakuan dan placebo maka digunakan uji beda Mann Whitney. Data dianggap berbeda secara bermakna bila nilai (p<0,05) dengan derajat kepercayaan 95%. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP dr. Kariadi Semarang.

Hasil

Karakteristik dasar subjek penelilian memiliki karakteristik yang sama, yang ditunjukan pada Tabel 1.

Table 01. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan memiliki karakteristik data yang setara, sehingga memulai dengan start point yang sama dalam masing-masing kelompok.

Karakteristik Jumlah Subjek

Penelitian (n=40) Perlakuan (n=20) Placebo (n=20) Uji Beda (p) Umur (+SD) 34,10+5,93 33,25+5,17 34,95+6,63 0,464 Jenis Kelamin (%) 0,744 Laki-Laki 62,5 60 65 Perempuan 37,5 40 35

Rerata Jumlah Sel sel T CD4 (mm3) ( +SD) 406+148 373 + 28 438 + 36 0,172 Lama penggunaan ARV (tahun) (+SD) 3,55+2,3 3,1+2,31 4,0+2,27 0,135 Berat Badan (kg) 58,23+11,11 58,3+10,6 58,15+11,8 7 0,828 Jumlah Limfosit Total

(cells/mm3)

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Pera at dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN

“ Se ara g, 7 No e ber 5 91 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 pre post B E RAT B ADAN PLACEBO 2 5 7 9 10 11 12 17 18 20 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 pre post B ERA T B A D A N PERLAKUAN 2 5 7 9 10 11 12 17 18 20 22

Table 02. Deskripsi Data Berat Badan

Berat Badan n Mean (kg) Min Max

Kelompok perlakuan Pre test 20 58,30 42 77

Post test 20 58,05 39 76

Kelompok placebo Pre test 20 58,15 33 85

Post test 20 57,15 32 83

Tabel 03. Tes Normalitas Berat Badan

Kelompok Statistik (kg) df Sig.

Kelompok Perlakuan Pre test .951 20 .383

Post test .963 20 .601

Kelompok Placebo Pre test .886 20 .023

Post test .882 20 .019

Tabel 04. Uji Paired T Test ( Kelompok perlakuan dan placebo pre test dan postest)

Kelompok n p

Perlakuan Pre Test 20

0.701

Post Test 20

Placebo Pre Test 20

0.008

Post Test 20

Grafik 01. Grafik Berat Badan Individu Kelompok Perlakuan dan Placebo pada Pre

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Pera at dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN

“ Se ara g, 7 No e ber 5 92

Tabel 05. Uji Beda Mann Whitney (Kelompok Perlakuan dan Placebo)

Kelompok n Median (BB) (minimum-maximum) p Pretest Perlakuan 20 0.217 Placebo 20 Posttest Perlakuan 20 0.514 Placebo 20 Pembahasan

Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Berat Badan

Berat badan pada pemeriksaan pretest dan posttest dalam kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan, yang dibuktikan dengan hasil uji beda non parametik Paired T Test dengan nilai p = 0.701 (p>0.05). Namun pada kelompok placebo, terdapat perbedaaan yang signifikan antara pemeriksaan pretest dan posttest, dibuktikan dengan nilai p = 0.008 (p<0.005). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok: kelompok perlakuan dan placebo, baik pada pemeriksaan pretest maupun posttest. Hasil ini telah ditunjukan pada tabel analisa Mann Whitney pada bab sebelumnya (Tabel 05).

Selain faktor ARV, banyak faktor lain yang dapat menjadi prediktor penurunan berat badan seperti kondisi sosioekonomi, tingkat hemoglobin (Spiritia Y, 2013). Keadaan sosioekonomi jelas mempengaruhi berat badan, khususnya status nutrisi penderita. Status sosioekonomi yang lebih rendah dikaitkan dengan resiko lebih tinggi dari penurunan berat badan jangka panjang. Sementara, dari hasil observasi saat penelitian, para penderita termasuk dalam kelompok sosioekonomi menengah kebawah, yang dibuktikan dengan data rekam medis yang mengemukakan tentang riwayat kesehatan terdahulu pasien.

Faktor lain seperti tingkat hemoglobin ini terkait dengan IMT penderita, karena dengan IMT penderita yang lebih rendah dapat berarti bahwa kemungkinan penderita tersebut terdapat infeksi atau penyakit lain yang menyertai. Pada penderita HIV dengan ko-infeksi tuberculosis dan gangguan sistem gastrointestinal dapat bermanifetsasi anemia (yang mempunyai indikator hemoglobin). Proses patofisiologi penyakit yang menyertai ini yang menyebabkan terjadinya proses penurunan hemoglobin. Sehingga jika seorang penderita ditemukan hemoglobin yang rendah maka kemungkkinan mendapatkan ko-infeksi yang secara tidak langsung menyebabkan penurunan berat badan.

Menurut penelitian terbaru, jika kita kaitkan dengan sel CD4, dimana sel ini adalah sel imun yang diserang oleh virus HIV, maka tidak terdapat hubungan dengan IMT (Swity, 2013). Sehingga berat badan yang terkait dengan IMT tidak secara langsung berefek pada status imun penderita HIV, dimana dapat menjadi indikator prognosa kesehatan penderita, namun pemeriksaan berat badan dapat menjadi pemeriksaan yang penting bagi status nutrisi penderita. Status nutrisi yang baik pada penderita HIV sendiri guna untuk mempertahankan kekuatan dan yang lebih penting lagi untuk meningkatkan fungsi imun, sehingga dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada seseorang dengan intake protein, mikronutrisi seperti iron, zinc, vitamin B12, dan folat yang tidak adekuat dapat

menyebabkan penurunan sel monosit dan aktivitas makrofag, defisiensi Ig, dan penurunan konsentrasi serum sitokin dan komponen sel komplemen, serta terjadi induksi oxidative stress

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Pera at dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN

“ Se ara g, 7 No e ber 5 93 (Yu Ping Tan, 2009). Jika penderita HIV dapat mempertahankan ketahanan tubuhnya, maka dapat juga menjaga penderita HIV tetap dapat melakukan aktivitasnya dengan baik, aktif dan produktif (Nursalam, dkk., 2007).

Jika dilihat dari respon subjektif yang mereka tuliskan pada form yang sudah disediakan oleh peneliti, beberapa subjek penelitian mengemukakan perubahan atau efek yang mereka rasakan secara subjektif. Beberapa efek posistif yang mereka rasakan seperti nafsu makan bertambah, dan badan terasa lebih fit. Hal tersebut menunjukan bahwa motivasi, dukungan dan perhatian dari orang lain dapat berpengaruh pola pikir, perasaan dan tindakan penderita HIV.

Namun, hasil dari penelitian ini, kerja dari antioxidan yang terkandung dalam ekstrak kulit manggis tidak menunjukan perbedaan yang signifikan setelah diberikan. Hasil penelitian ini tentunya akan mendapatkan hasil yang jauh lebih bagus dengan jangka waktu perlakuan yang lebih lama dan jumlah subjek penelitian yang lebih banyak, dengan meminimalkan faktor- faktor lain yang berpengaruh pada berat badan penderita. Banyak faktor yang mempengaruhi berat badan karena, dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah manusia, dimana kita ketahui bahwa manusia memiliki banyak sekali faktor yang berpengaruh pada berat badan. Subjek penelitian penelitian ini, memiliki kesetaraan karakteristik dasar/ srtarting point yang sama menurut statistik. Namun, banyak faktor lain seperti makan yang dikonsumsi sehari- hari, aktivitas keseharian subjek penelitian yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi keadaan umum penderita. Sehingga, dapat mempengaruhi hasil penilaian berat badan. Berbeda jika penelitian ini dilakukan pada mencit yang dapat dikontrol secara keseluruhan. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut dengan intensitas kontrol yang lebih menyeluruh, sehingga tidak banyak faktor yang mempengaruhi hasil penilaian variabel penelitian.

Kesimpulan

Pemberian ekstrak kulit manggis (Garciana mangostana) tidak efektif terhadap jumlah sel berat badan dalam kelompok perlakuan penderita HIV dengan terapi ARV. Diperlukan penelitian selanjutnya dengan pengembangan kajian pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana), khususnya kandungan ektrak kulit manggis, apakah terdapat interaksi yang menimbulkan efek negative antara ekstrak kulit manggis dengan terapi ARV. Penelitian dengan jangka waktu agar mendapatkan hasil penelitian yang jauh lebih baik. Selain itu, diperlukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan orang sehat sebagai kelompok kontrol dengan kontrol penuh pada seluruh faktor-faktor yang berpengaruh pada berat badan. Diperlukan pemeriksaan darah lengkap yang berpengaruh pada berat badan serta lebih lengkap dan pemeriksaan viral load. Juga dibutuhkan penelitian efektivitas pemberian motivasi, dukungan, dan perhatian terhadap pola pikir, perasaan dan tindakan penderita HIV, terkait dengan data hasil pengakuan subjektif responden penelitian ini.

Daftar Pustaka

Abbas AK, Lichtman AH PS. 2007. Celluer and Molecular Immunology. 6th ed. Philadelpia, WB Saunders.

Karnen B. 2004. Imunologi Dasar. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Pera at dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN

“ Se ara g, 7 No e ber 5 94 Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Tengah. 2014. Rencana Strategis

Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Provinsi Jawa Tengah.

Nursalam, Kurniawati D. Nunuk. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.

Planta Med. 1996. Aug;62(4):381-2. Chen SX, Wan M, Loh BN. Active constituents against HIV-1 protease from Garcinia mangostana. Journal of pubmed.gov.

Spiritia Y. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Sampai Desember. 2013. p. http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

95 LITERATUR REVIEW : DUKUNGAN KELUARGA, EFIKASI DIRI DAN

KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

Dalam dokumen M01891 (Halaman 105-112)