PADA REMAJA Nurul Devi Ardian
DI SMA SETIABUDI SEMARANG Yuni Dwi Hastuti 1 , Sidik Awaludin
1)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNDIP Email: yudhaby45@gmail.com 2)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNSOED Email : abifayza@yahoo.co.id
Abstrak
Latar Belakang. Peningkatan angka HIV/AIDS tidak hanya disebabkan oleh perilaku seksual tetapi juga penggunaan narkoba suntik bersama-sama. Di Indonesia, jumlah pengguna narkoba sekitar 35% adalah siswa SMA dan 30% siswa SMP, sehingga siswa merupakan salah satu kelompok beresiko. Kurangnya pengetahuan menjadi salah satu penyebab tingginya angka HIV/AIDS. Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS merupakan salah satu metode yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap siswa.
Metoda. Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain non equivalent control group atau non random control group pretest posttest. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sampel penelitian meliputi 84 siswa di SMA Setiabudi Semarang dengan menggunakan purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Analisa data yang digunakan adalah analisa bivariat, Wilcoxon Match Pair Test.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah pemberian pendidikan kesehatan, jumlah responden yang memiliki pengetahuan tinggi meningkat sebesar 83,6% dengan p value 0,000 dan jumlah responden yang memiliki sikap baik meningkat sebesar 4,7% dengan p value 0,000. Kesimpulan. Hasil tersebut menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan supaya dilakukan penelitian lain tentang metode yang lebih mempengaruhi sikap siswa terhadap HIV/AIDS.
Kata Kunci : pendidikan kesehatan, pengetahuan, sikap
Pendahuluan
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit mematikan yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV/AIDS menyerang sistem kekebalan manusia dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). HIV/AIDS tidak hanya menular melalui hubungan seksual, tetapi juga melalui penggunaan narkoba suntik bersama-sama. Sekitar 5-10 % penularan HIV/AIDS melalui alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik) (Sasongko, 2009). Di Indonesia, jumlah pengguna narkoba sekitar 35% adalah siswa SMA dan 30% siswa SMP (Badan Narkotika Nasional, 2003). Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS merupakan salah satu metode yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa. Pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal (Herawani, 2001). Kurangnya pengetahuan menjadi salah satu penyebab tingginya angka
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
119
HIV/AIDS. Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS merupakan salah satu metode yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Setiabudi Semarang.
Metoda
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan menggunakan desain non equivalent control group atau non random control grouppretest posttest. Dalam desain ini sebelum diberikan pendidikan kesehatan terlebih dahulu dilakukan pembagian sampel menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian dilakukan pretest, setelah itu untuk kelompok eksperimen diberi intervensi yaitu pemberian pendidikan kesehatan sedangkan kelompok kontrol tidak. Setelah program pemberian pendidikan kesehatan selesai, dilakukan post-test pada kedua kelompok karakteristik sampel dengan jangka waktu kurang lebih 1 bulan.
Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Setiabudi Semarang yang berjumlah 514 orang. Kemudian dari jumlah subjek ini dilakukan pemilihan calon responden dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria : (1) Siswa kelas X SMA Setiabudi Semarang; (2) Siswa yang belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS selama 1 tahun terakhir; (3) Siswa yang bertempat tinggal atau bersekolah di sekitar lingkungan prostitusi; (4) Siswa yang tidak pernah atau jarang mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS dari berbagai sumber informasi. Sampel yang digunakan adalah 84 orang. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan Wilcoxon Match Pair Test.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen terdiri dari 17 laki-laki dan 25 perempuan, sedangkan pada kelompok kontrol terdiri dari 22 laki-laki dan 20 perempuan. Umur responden berkisar antara 15-18 tahun dan mayoritas berumur 16 tahun baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada Siswa SMA Setiabudi Semarang, Maret-Mei 2009 Pengetahuan
Kelompok
Ekperimen (n=42) Kontrol (n=42) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah f (%) f (%) f (%) f (%) Tinggi Sedang Rendah 6 (14,3%) 36 (85,7%) - 41 (97,6%) 1 (2,4%) - 3 (7,1%) 39 (92,9%) 4 (9,5%) 37 (88,1%) 1 (2,4%) Total 42 (100%) 42 (100%) 42 (100%) 42 (100%)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
120
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen, sesudah pemberian pendidikan kesehatan, responden yang memiliki pengetahuan tinggi mengalami peningkatan dari 6 responden (14,3%) menjadi 41 responden (97,6%) dan pada kelompok kontrol, sesudah pemberian pendidikan kesehatan, responden yang memiliki pengetahuan tinggi meningkat dari 3 responden (7,1%) menjadi 4 responden (9,5%).
Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap terhadap HIV/AIDS pada Siswa SMA Setiabudi Semarang, Maret-Mei 2009
Sikap
Kelompok
Ekperimen (n=42) Kontrol (n=42) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah f (%) f (%) f (%) f (%) Baik Buruk 22 (52,4%) 20 (47,6%) 24 (57,1%) 18 (42,9%) 23 (54,8%) 19 (45,2%) 26 (61,9%) 16 (38,1%) Total 42 (100%) 42 (100%) 42 (100%) 42 (100%)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen, sesudah pemberian pendidikan kesehatan, responden yang memiliki sikap baik meningkat dari 22 responden (52,4%) menjadi 24 responden (57,1%) dan pada kelompok kontrol, sesudah pemberian pendidikan kesehatan, responden yang memiliki sikap baik meningkat dari 23 responden (54,8%) menjadi 26 responden (61,9%).
Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan
Tabel 3. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS pada Siswa SMA Setiabudi Semarang, Maret-Mei 2009
Asymp.sig (2.tailed) Kelompok Eksprerimen
Kelompok Kontrol
.000 .009
Uji analisa statistik pada pengetahuan kelompok eksperimen menggunakan uji Wilcoxon Match Pair Test dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,1 dan didapatkan hasil signifikansi 0,000 (p=0,000) yang berarti ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS pada kelompok eksperimen. Uji analisa statistik pada pengetahuan kelompok kontrol menggunakan uji Wilcoxon Match Pair Test dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,1 dan didapatkan hasil signifikansi 0,009 (p=0,009) yang berarti ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS pada kelompok kontrol.
Perbedaan Sikap Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan
Tabel 4. Perbedaan Sikap Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS pada Siswa SMA Setiabudi Semarang, Maret-Mei 2009
Asymp.sig (2.tailed) Kelompok Eksprerimen
Kelompok Kontrol
.000 .032
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
121
Uji analisa statistik pada sikap kelompok eksperimen menggunakan uji Wilcoxon Match Pair Test dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,1 dan didapatkan hasil signifikansi 0,000 (p=0,000) yang berarti ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS pada kelompok eksperimen. Uji analisa statistik pada sikap kelompok kontrol menggunakan uji Wilcoxon Match Pair Test dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,1 dan didapatkan hasil signifikansi 0,032 (p=0,032) yang berarti ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS pada kelompok kontrol.
Perbedaan Tingkat Pengetahuan sesudah Pendidikan Kesehatan tentang HIV/AIDS antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 5. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Sesudah Pendidikan Kesehatan tentang HIV/AIDS antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Siswa SMA
Setiabudi Semarang, Maret-Mei 2009 Pemberian Pendidikan Kesehatan N Mean Rank Sum of Ranks Asymp.sig (2.tailed) Pengetahuan Sesudah tidak mendapat pendidikan kesehatan mendapat pendidikan kesehatan 42 42 21.71 63.29 912.00 2658.00 0.000 Total 84
Uji analisa statistik pada pengetahuan menggunakan uji Mann-Whitney dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,1 dan didapatkan hasil signifikansi 0,000 (p=0,000) yang berarti ada perbedaan pengetahuan sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Perbedaan Sikap sesudah Pendidikan Kesehatan tentang HIV/AIDS antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 6. Perbedaan Sikap Sesudah Pendidikan Kesehatan tentang HIV/AIDS antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Siswa SMA Setiabudi
Semarang, Maret-Mei 2009 Pemberian Pendidikan Kesehatan N Mean Rank Sum of Ranks Asymp.sig (2.tailed) Sikap Sesudah tidak mendapat pendidikan kesehatan mendapat pendidikan kesehatan 42 42 42.56 42.44 1787.50 1782.50 0.982 Total 84
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
122
Uji analisa statistik pada sikap menggunakan uji Mann-Whitney dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,1 dan didapatkan hasil signifikansi 0,982 (p=0,982) yang berarti tidak ada perbedaan sikap sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pembahasan
Karakteristik Responden
Proporsi jenis kelamin responden antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, karena proporsi siswa menurut jenis kelamin di SMA Setiabudi Semarang sendiri tidak terlalu jauh berbeda dan pihak sekolah lebih cenderung menyeimbangkan jumlah siswa laki-laki dan perempuan di setiap kelas dengan cara mengatur pembagian siswa pada saat kenaikan kelas dengan jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang cukup seimbang di setiap kelas dan hal ini dilakukan oleh bagian kesiswaan.
Sebagian besar responden berumur 16 tahun. Umur sekitar 16 tahun adalah masa dimana siswa sebagai remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar akan sesuatu hal yang baru. Dengan demikian, diharapkan bahwa proses belajar siswa menjadi lebih mudah dan efektif, karena siswa akan berusaha memuaskan rasa keingintahuannya itu dengan memperhatikan informasi yang diberikan pada saat pendidikan kesehatan dan berusaha bertanya tentang hal-hal yang memancing keingintahuan. Namun, di samping itu rasa keingintahuan yang besar dapat pula memancing remaja untuk mencoba sesuatu hal yang baru, sekalipun hal tersebut adalah perilaku yang buruk, misalnya penyalahgunaan narkoba atau bahkan perilaku seks bebas yang merupakan salah satu cara yang beresiko menularkan HIV/AIDS.
Perbedaan Pengetahuan Siswa tentang HIV/AIDS
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dapat dijadikan sebagai salah satu usaha untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan dalam hal pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan, sosial ekonomi, lingkungan dan sumber informasi (Notoatmodjo, 2003). Peningkatan pengetahuan ini terjadi karena adanya pemberian pendidikan kesehatan, dimana didalamnya terdapat proses belajar. Melalui proses belajar, siswa diharapkan mampu memperoleh pengetahuan baru atau meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Peningkatan pengetahuan responden tentang HIV/AIDS pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh faktor individu, dimana responden adalah siswa SMA yang masih dalam masa remaja yang mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi sehingga masih bersemangat untuk belajar untuk menjawab rasa keingintahuannya tersebut. Hal inilah yang ternyata juga menyebabkan peningkatan pengetahuan yang tidak terlalu signifikan dari kelompol kontrol meskipun tanpa pendidikan kesehatan. Hal ini berkaitan dengan keingintahuan remaja terhadap sesuatu yang belum mereka ketahui jawabannya.
Perbedaan Sikap Siswa terhadap HIV/AIDS
Sesuai dengan hasil penelitian, pendidikan kesehatan ternyata berperan dalam perubahan sikap individu, meskipun tidak terlalu signifikan, karena didalam pendidikan kesehatan terkandung unsur-unsur komunikasi dalam upaya mengubah sikap individu dan strategi yang dapat digunakan adalah strategi persuasif. Sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah. Sikap berbeda dari sifat (trait) yang lebih merupakan bawaan dan
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
123
sulit diubah (Sarwono, 1999). Oleh karena itu, melalui pendidikan kesehatan diharapkan sikap remaja dapat dikembangkan atau dipengaruhi menjadi lebih baik. Pendidikan kesehatan sebenarnya bertujuan untuk mempengaruhi sikap remaja dengan cara memberikan pengetahuan dalam hal ini adalah fakta-fakta tentang HIV/AIDS, karena pendidikan kesehatan merupakan landasan kognitif bagi terbentuknya suatu sikap. Namun, tidak hanya pengetahuan saja yang membentuk sikap seseorang. Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi juga ikut berperan dalam menentukan sikap yang utuh (Notoatmodjo, 2003).
Sikap memiliki beberapa tingkatan yaitu menerima (receiving) yaitu seseorang mau dan memperhatikan stimulus, merespon (responding) yaitu seseorang memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikator level ini, menghargai (valuing) yaitu seseorang mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, bertanggung jawab (responsible) yaitu seseorang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilih dengan segala risiko yang merupakan sikap yang paling tinggi. Pendidikan kesehatan mampu mempengaruhi sikap seseorang sampai pada tingkatan menerima (receiving) yaitu mau dan memperhatikan stimulus dan merespon (responding) dengan memberikan jawaban ketika ditanya walaupun belum sampai pada tahapan menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu objek ataupun bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang dipilih dengan segala risiko yang merupakan tingkatan sikap tertinggi (11). Perbedaan Pengetahuan dan Sikap sesudah Pendidikan Kesehatan antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada perbedaan pengetahuan sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan pengetahuan sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan oleh peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen sesudah pendidikan kesehatan yang sangat signifikan dan cukup untuk menyebabkan perbedaan pengetahuan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan sikap sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tidak adanya perbedaan sikap sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan oleh perubahan sikap kelompok eksperimen sesudah pendidikan kesehatan yang tidak terlalu signifikan.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, pada kelompok eksperimen, terdapat lebih banyak responden perempuan, sedangkan pada kelompok kontrol, terdapat lebih banyak responden berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa berdasarkan umur, pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, responden paling banyak berumur 16 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai salah satu usaha untuk membantu individu meningkatkan kemampuan dalam hal pengetahuan. Pendidikan kesehatan juga dapat mempengaruhi sikap individu dan dapat dijadikan sebagai salah satu usaha untuk membantu individu mengubah sikap dengan tetap memperhatikan faktor-faktor eksternal lain yang membentuk sikap secara utuh. Selain itu dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada perbedaan pengetahuan sesudah pendidikan
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
124
kesehatan tentang HIV/AIDS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat mempengaruhi timbulnya perbedaan pengetahuan antara individu yang memperoleh pendidikan kesehatan dengan individu yang tidak memperoleh pendidikan kesehatan. Namun, tidak ada perbedaan sikap sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mempengaruhi timbulnya perbedaan sikap antara individu yang memperoleh pendidikan kesehatan dengan individu yang tidak memperoleh pendidikan kesehatan.
Bagi pihak sekolah hendaknya membekali siswa tentang pengetahuan HIV/AIDS dan meningkatkan pembinaan sikap siswa agar terhindar dari perilaku yang beresiko menularkan HIV/AIDS serta meningkatkan pembinaan sikap siswa terhadap penderita HIV/AIDS dan orang terdekat penderita HIV/AIDS. Bagi institusi kesehatan agar membuat dan melaksanakan program pencegahan meningkatnya perilaku yang beresiko menularkan HIV/AIDS seperti penyalahgunaan narkoba dan seks bebas dengan melakukan pendidikan kesehatan di sekolah-sekolah dengan materi dan metode yang bervariasi seputar HIV/AIDS. Untuk penelitian selanjutnya perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam tentang bagaimana cara untuk meningkatkan sikap remaja terhadap HIV/AIDS selain dengan pendidikan kesehatan, misalnya dengan metode diskusi kelompok atau bermain peran dan mengambil responden dengan jumlah yang lebih banyak dan apabila menggunakan responden kontrol, akan lebih baik bila menggunakan responden kontrol yang berada dilokasi yang berbeda dengan responden eksperimen, tetapi memiliki karakteristik yang hampir sama.
Daftar Pustaka
Badan Narkotika Nasional. Narkoba Suntik pada Remaja SMA di Bandung. Jakarta : BNN-IASTP. 2003.
Herawani. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC. 2001.
Kurniawati, N.D, S.Kep, Ns. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika. 2007.
Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2003.
Notoatmojo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2003. Sarwono, S.W. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta :
Balai pustaka. 1999.
Sasongko, Adi, dr. Acquired Immunodeficiency Syndrome. Petra.ac.id. Diakses tanggal 9 Januari 2009. http://www.petra.ac.id/science/aids/aids2.htm
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015
125
HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN