• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN KENDAL

Dalam dokumen M01891 (Halaman 170-178)

PADA REMAJA Nurul Devi Ardian

KABUPATEN KENDAL

Yulia Susanti1, Junaiti Sahar², Poppy Fitriyani³

1

Staf STIKES Kendal, yulia_s.kepns@yahoo.co.id

1,2

FIK UI, Depok, Jawa Barat Abstrak

Latar Belakang. Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang diprioritaskan dalam

pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus penyakit demam berdarah sampai saat ini belum ada, sehingga mengakibatkan kasus demam masih tinggi di berbagai belahan dunia. Standar pelayanan Minimum (SPM) penanggulangan penyakit menular wajib dilaksanakan oleh masing- masing daerah. Penyakit menular yang menjadi prioritas pembangunan nasional jangka panjang 2005-2025 salah satunya adalah demam berdarah. Penyakit demam berdarah telah menjadi wabah tahunan yang telah menghilangkan ratusan jiwa orang setiap tahunnya Di kabupaten Kendal terdapat 18 desa endemis demam berdarah dari 286 kelurahan/desa, pada tahun 2013 terdapat 322 pasien dan bulan Februari 2014 terdapat 59 pasien yang dirawat di rumah sakit umum. Pencegahan dan pengendalian laju penularan virus dengue merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam upaya pengendalian kejadian penyakit pada anggota keluarganya.

Tujuan. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan dukungan keluarga dalam pencegahan dengan

kejadian demam berdarah pada anggota keluarga di Kabupaten Kendal.

Metoda. Desain penelitian deskriptif korelasi, pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel

secara probability sampling yaitu cluster sampling, responden berjumlah 108. Kriteria sampel yaitu orang dewasa yang tinggal bersama keluarga di Kelurahan Langenharjo. Uji statistik yang digunakan chi square.

Hasil. Hasil penelitian menyatakan ada hubungan dukungan keluarga dalam pencegahan penyakit

demam berdarah dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga.

Kasimpulan. Disimpulkan bahwa anggota keluarga membutuhkan dukungan dari seluruh anggota

keluarga dalam pencegahan penyakit. Dukungan keluarga diberikan berupa dukungan informasi, emosional, penghargaan dan instrumental sehingga dapat terhindar anggota keluarga dapat terhindar dari penyakit demam berdarah.

Kata kunci: Dukungan keluarga, kejadian demam berdarah pada anggota keluarga

Pendahuluan

Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang diprioritaskan dalam pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Standar pelayanan Minimum (SPM) penanggulangan penyakit menular wajib dilaksanakan oleh masing-masing daerah, kecuali apabila daerah tersebut bebas dari masalah penyakit menular. Penyakit menular yang menjadi prioritas pembangunan nasional jangka panjang 2005-2025 adalah demam berdarah, malaria, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, penumonia, dan penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit demam berdarah saat ini harus segera untuk diberantas, karena telah menjadi wabah tahunan yang telah menghilangkan ratusan jiwa orang setiap tahunnya (Dinkes Jateng, 2010). Vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus dan obat penyakit demam berdarah sampai saat ini

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

154

belum ada dan masih dalam proses penelitian, sehingga mengakibatkan kasus demam masih tinggi di berbagai belahan dunia (WHO, 2009).

Kasus penyakit demam berdarah di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia, pada tahun

2007 terdapat 158.115 kasus dan tahun 2008 sampai turun menjadi 137.469 (Inciden

Rate = 59,02 per 100.000 penduduk), namun meningkat lagi di tahun 2009 menjadi

154.855 kasus tahun 2011 s.d oktober terdapat 49.486 kasus (Soedarto, 2012). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah angka kesakitan/Incidence Rate demam berdarah tahun 2011 sebesar 15,27/100.000 penduduk, dengan angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) di tahun 2011 sebesar 0.93%. sedangkan di tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 19,29/100.000 penduduk (Dinkes Jateng 2013).

Kabupaten Kendal termasuk kabupaten endemis demam berdarah di Jawa Tengah, dimana terdapat 18 desa endemis dari 286 desa. Jumlah kasus tahun 2010 terdapat 501 dengan 2 korban jiwa, tahun 2011 terdapat 84, tidak ada korban jiwa. Sedangkan akhir Oktober 2012 terdapat 108 kasus dengan tidak ada korban jiwa (Dinkes Kendal, 2012). Sedangkan jumlah pasien demam berdarah yang dirawat di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal pada tahun 2013 terdapat 322 orang dan 2014 sampai dengan bulan Februari

2014 terdapat 59 orang (RSUD Kendal, 2014). Meskipun kasus demam berdarah menurun dengan tidak adanya korban jiwa, namun kejadian demam berdarah ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kabupaten Kendal. Hal ini dimungkinkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya antara faktor manusia, penyakit dan lingkungan wilayahnya.

Pencegahan dan pengendalian laju penularan virus dengue merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan oleh keluarga dalam upaya pengendalian kejadian penyakit pada anggota keluarganya. Dengan melakukan pencegahan secara mandiri dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus (Misnadiarly, 2009). Terbentuknya perilaku hidup sehat pada anggota keluarga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sosial yang luas. Keluarga akan berada pada kondisi berisiko (family at risk) terhadap masalah kesehatan, apabila individu dalam keluarga atau anggota keluarga memiliki faktor risiko yang tersebut diatas. Karena perilaku yang tidak sehat akan berdampak pada peningkatan angka kesakitan dan kematian dalam keluarga atau masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2010). Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan oleh keluarga. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan perilaku dari anggota keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2010).

Upaya pencegahan kejadian penyakit demam berdarah keluarga selain harus ada didukung oleh peran masing- masing anggota keluarga juga memperlukan dukungan sosial keluarga. Menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003), dukungan sosial keluarga merupakan sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosial. Dukungan sosial berdasarkan Peterson dan Bredow (2004), dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adapatasi mereka dalam kehidupan. Dukungan keluarga yang dapat diberikan antara lain: dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan, dan dukungan emosional. Dalam upaya tersebut

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

155

perawat komunitas dapat melakukan pemberdayaan keluarga sebagai bagian anggota masyarakat untuk melakukan strategi intervensi keperawatan yang tepat pada keluarga pada level pencegahan penyakit ditatanan keluarga. Faktor dukungan keluarga dalam upaya pencegahan penyakit demam berdarah ini dilakukan untuk melihat kejadian penyakit demam berdarah dalam keluarga. Berdasarkan kondisi tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dalam upaya pencegahan dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga di kabupaten Kendal.

Tujuan

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dalam pencegahan dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga di Kabupaten Kendal.

Metode

Rancangan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional yang digunakan pada penelitian ini. Populasi adalah seluruh anggota keluarga yang tinggal di daerah endemis demam berdarah Kelurahan Langenharjo Kabupaten Kendal sebanyak 1956 kepala keluarga. Sampel penelitian ini adalah orang dewasa yang tinggal bersama keluarga di kelurahan Langenharjo dengan sampel sebanyak 108 orang. Responden diharapkan adalah ibu di keluarga sebagai primary care giver/pemberi perawatan utama dalam keluarga. Adapun kriteria inklusi sampel meliputi: seorang dewasa berusia 18-55 tahun, bersedia menjadi responden, dapat membaca dan menulis, serta berkomunikasi dengan baik.

Hasil penelitian

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden mayoritas berusia 36 – 55 tahun sebanyak 65,7%, berjenis kelamin perempuan sebanyak 78,7%, berpendidikan tinggi sebanyak 72,2%, status pekerjaan bekerja sebanyak 75%, berpendapatan tinggi diatas Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebanyak 60,2% , dan memiliki tipe keluarga keluarga inti sebanyak 75,9%. Berdasarkan hasil analisis univariat kejadian demam berdarah pada anggota keluarga menunjukkan bahwa dari 108 keluarga yang diteliti, didapatkan 15 keluarga (13,9%) sedang atau pernah menderita demam berdarah, sebagian besar usia dewasa muda antara 18-35 tahun sebanyak 80%, dan berjenis kelamin laki-laki benyak 66,7%. Hasil analisis univariat tentang dukungan keluarga menunjukkan bahwa dukungan informasi baik sebesar 69,4%, dukungan emosional baik sebesar 71,3%, dukungan penghargaan dan instrumental keluarga baik sebesar 59,3%. Disimpulkan bahwa presentase dukungan keluarga yang meliputi dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental dalam kategori baik.

Tabel 5.4

Hubungan Dukungan Keluarga Dalam Pencegahan Dengan Kejadian Demam Berdarah Di Kabupaten Kendal Bulan Juni Tahun 2014 (n=108)

No Dukungan Keluarga Kejadian Demam Berdarah Total OR 95% CI P Value Tdk Terjadi Terjadi n % n % n % 1 Informasi Baik Kurang 73 20 97,3 60,6 2 13 2,7 39,4 75 33 100 100 23,725 4,942-113,893 0,000 2 Emosional Baik Kurang 70 23 90,9 74,2 7 8 9,1 25,8 77 31 100 100 3,478 1,137-10,644 0,049

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015 156 3 Penghargaan Baik Kurang 61 32 95,3 72,7 3 12 4,7 27,3 64 44 100 100 7,625 2,006-28,990 0,002 4 Instrumental Baik Kurang 67 26 91,8 74,3 6 9 82 25,7 73 35 100 100 3,865 1,251-11,941 0,031

Berdasarkan hasil analisis bivariat tabel diatas didapat hubungan antara dukungan informasi keluarga dengan kejadian demam berdarah (p value = 0,000), adanya hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga dengan nilai p value 0,049, ada hubungan antara dukungan penghargaan keluarga dalam pencegahan dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga p value = 0,002, ada hubungan antara dukungan instrumental keluarga dalam pencegahan dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga p value =

0,031. Berdasarkan analisis bivariat hubungan antara dukungan keluarga: dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian demam berdarah dengan nilai p value < 0,05.

Pembahasan

Hasil analisis univariat tentang distribusi kejadian demam berdarah pada anggota keluarga di Kelurahan Langenharjo Kabupaten Kendal didapatkan dari 108 kepala keluarga yang menjadi responden, terdapat 15 orang kepala keluarga yang anggota keluarganya yang berusia dewasa sedang atau pernah menderita demam berdarah dalam 1 tahun terakhir. Ini berarti ada sebagian besar dari anggota keluarga yang mengalami demam berdarah yang berusia dewasa. Berdasarkan hasil penelitian ini, angka ini lebih banyak dari laporan rekam medik pasien yang dirawat di RSUD Kendal pada 1 tahun terakhir sampai dengan bulan Februari 2014 sejumlah 10 orang dewasa. Jumlah ini berbeda karena peneliti melakukan penelitian pada minggu keempat bulan Mei sampai dengan minggu pertama bulan Juni 2014. Berdasarkan data tersebut jumlah penderita berisiko tinggi terjadinya kejadian luar biasa demam berdarah, oleh karena itu perlu diwaspadai oleh masyarakat atau keluarga yang tinggal didaerah endemis demam berdarah. Hal ini dukung oleh penelitian Ali, Rehman, Nisar, Rafique, Hussain, dan Nausheen (2013), pasien yang memilki riwayat perjalanan ke daerah endemis demam berdarah lebih tinggi berisiko dibandingkan mereka yang tidak. Riwayat perjalanan ke daerah endemik secara bermakna berkaitan positif terhadap kejadian demam berdarah.

Anggota keluarga berusia dewasa yang tinggal di wilayah endemis demam berdarah kelurahan Langenharjo berisiko tinggi untuk menderita demam berdarah. Selain faktor daerah atau lokasi tempat tinggal, faktor usia dapat mempengaruhi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Soedarto (2012), bahwa demam berdarah dapat menyerang semua kelompok umur, sejak tahun 2001 sebagian besar terjadi pada kelompok usia dewasa. Hal ini didukung juga oleh penelitian Ali, Rehman, Nisar, Rafique, Hussain dan Nausheen (2013), yang menunjukkan angka kejadian demam berdarah di Pakistan lebih tinggi ditemukan pada kelompok usia 21 - 30 tahun dibandingkan dengan usia anak- anak dan usia tua. Sementara hasil penelitian lain di Malaysia menunjukkan bahwa orang dewasa lebih rentan terhadap demam berdarah dibandingkan dengan anak-anak penderita usia rata-rata 32 tahun (Sam, et.all, 2013). Hasil penelitian yang serupa oleh Pang, Salim, Lee, Hibberd dan Chia (2012) membuktikan bahwa pasien dengue di Singapura sebagian besar diderita oleh orang dewasa kelompok umur 30-39 tahun dibandingkan pada kelompok umur 40-49 tahun. Ini berarti bahwa usia dewasa antara 21 – 39 tahun sangat berisiko tinggi untuk menderita demam berdarah.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

157

Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa kejadian demam berdarah pada anggota keluarga cenderung terjadi peningkatan yang disebabkan oleh adanya pemeliharan lingkungan rumah yang kurang efektif oleh keluarga. Lingkungan yang tidak sehat akan mempengaruhi kesehatan anggota keluarga tersebut. Risiko kejadian penyakit disebabkan oleh lingkungan, seperti tidak adekuatnya kondisi tempat tinggal atau perumahan, kondisi lingkungan tempat bekerja di luar rumah dengan kondisi pekerjaan yang berisiko untuk kesehatan (Mc. Murray, 2003). Sedangkan berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia/WHO (2009), tindakan untuk mencegah dan mengendalikan demam berdarah antara lain dengan manajeman lingkungan. Tujuannya yaitu mengubah lingkungan menjadi tidak sesuai dan cocok untuk perkembangan nyamuk. Menurut Soedarto (2012), menyatakan bahwa kegiatan menjaga lingkungan rumah yang sehat, dengan melakukan kegiatan pencegahan demam berdarah yang efektif bisa dilakukan keluarga yaitu pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur) dan menggunakan repelen yang dioleskan ke kulit atau disemprotkan, penggunaan obat nyamuk bakar, memasang kassa nyamuk pada jendela dan pintu serta penggunaan AC dirumah.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berpendapat bahwa terjadinya demam berdarah pada anggota keluarganya dapat juga disebabkan oleh kurang pedulinya keluarga dalam menjaga lingkungan tempat tinggal yang sehat, keluarga tidak melakukan pencegahan demam berdarah sehingga terdapat anggota keluarga yang menderita demam berdarah. Hal ini sudah dibuktikan dengan penelitian Hasan dan Ayubi (2007), menunjukkan bahwa individu yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus berisiko 5,85 kali lebih besar mengalami demam berdarah daripada individu yang melakukan 2M atau 3M.

Hasil penelitian ini dari analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan informasi dengan kejadian demam berdarah. Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan dengan Herlinah (2011), menemukan ada hubungan yang kuat antara dukungan informasi dengan perilaku lansia hipertensi dalam pengendalian hipertensi. Hasil penelitian lain yang sama Yenni (2011), juga menemukan adanya hubungan antara dukungan informasi yang diberikan keluarga dengan kejadian stroke pada lansia hipertensi. Menurut Peterson dan Bredow (2004), dukungan informasi meliputi pemberian nasihat, saran, pengetahuan dan informasi serta petunjuk. Menurut analisis peneliti, anggota keluarga yang mendapatkan dukungan informasi dari keluarga berupa nasihat, pengarahan atau masukan terkait dengan pencegahan penyakit, akan termotivasi untuk melakukan tindakan pencegahan yang lebih baik. Seperti apabila didalam keluarga terdapat kegiatan saling bertukar pikiran atau sharing informasi terkait penyakit pencegahan demam berdarah, maka akan terpenuhinya kebutuhan informasi didalam keluarga. Anggota keluarga yang mendapatkan informasi yang cukup dari keluarga akan memahami apa yang harus dilakukan supaya terhindar dari demam berdarah. Apabila anggota keluarga selalu melakukan tindakan pencegahan penyakit demam berdarah secara rutin dan teratur akan mengurangi risiko untuk menderita demam berdarah.

Hasil penelitian dari analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan emosional dengan kejadian demam berdarah dengan nilai p value = 0,049. Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan dengan hasil penelitian Herlinah (2011), menemukan ada hubungan yang kuat antara dukungan emosional dengan perilaku lansia hipertensi dalam pengendalian hipertensi. Hasil penelitian ini juga ditunjang dengan

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

158

hasil penelitian Yenni (2011), menemukan adanya hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan kejadian stroke pada lansia. Dukungan emosional merupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh keluarga seperti mendengarkan, memberikan pujian, dan kehadiran (Kaakinen, Duff, Coehlo & Hanson, 2010). Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa dukungan emosioanal keluarga sangat berperan penting dalam memberikan dukungan perawatan dan pengobatan penyakit menular atau kronis sehingga membantu meningkatkan kesehatannya (Amiya, 2014; Miller, 2013). Menurut analisa peneliti, anggota keluarga yang mendapatkan dukungan emosioanl dari keluarga berupa mendengarkan keluhan, memberikan pujian atau reinforcement, dan perhatian yang cukup terkait dengan cara pencegahan penyakit demam berdarah. Dengan terpenuhinya dukungan emosional dalam keluarga dalam pencegahan maka akan meningkatkan kesehatan dan perilaku pencegahan demam berdarah sehingga akan terhindar dari penyakit demam berdarah.

Berdasarkan analisis bivariat penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan penghargaan dengan kejadian demam berdarah dengan nilai p value =

0,002. Hasil penelitian ini sda kesamaan dengan hasi penelitian Handayani (2013), menemukan ada hubungan yang bermakna antara dukungan penghargaan dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Menurut Kaakinen, Duff, Coehlo dan Hanson (2010), dukungan penghargaan berupa umpan balik yang diberikan kepada individu untuk membantu dalam mengevaluasi dirinya dalam menilai situasi. Menurut analisa peneliti, anggota keluarga yang mendapatkan dukungan penghargaan dari keluarga berupa umpan balik dalam mengevaluasi dirinya dalam menilai situasi yang cukup terkait dengan pencegahan demam berdarah, akan mengurangi atau terhindar dari penyakit demam berdarah dan akan merubah perilakunya supaya menjadi lebih sehat. Semakin baik dukungan penghargaan keluarga terhadap anggota keluarganya akan semaikin baik perilaku anggota keluarga untuk melakukan pencegahan demam berdarah. Oleh sebab itu, keluarga harus memberikan dukungan penghargaan berupa memberikan umpan balik, dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah pencegahan yang dihadapi anggota keluarga sehingga angka kejadian demam berdarah dapat diturunkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan instrumental dengan kejadian demam berdarah dengan nilai p value = 0,031. Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan dengan Herlinah (2011), menemukan terdapat hubungan antara dukungan instrumental dengan perilaku lansia hipertensi. Bentuk dukungan instrumental dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dan lain-lain (Setiadi, 2010). Menurut analisa peneliti, anggota keluarga yang mendapatkan dukungan instrumental yang baik seperti tenaga, peralatan, dana dan waktu dari keluarganya akan mempermudah melakukan kegiatan pencegahan penyakit demam berdarah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa anggota keluarga yang mendapatkan dukungan instrumental yang baik dari keluarga akan mendapat melakukan pencegahan dan mengontrol kesehatannya dengan baik sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya dan menurunkan risiko untuk mengalami demam berdarah.

Kesimpulan

Karakteristik keluarga sebagian besar dalam kategori usia dewasa menengah, perempuan, berpendidikan tinggi, bekerja, pendapatan keluarga tinggi, tipe keluarga inti. Terdapat 13,9% anggota keluarga mengalami kejadian demam berdarah berusia

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

159

dewasa dan laki-laki. Dukungan keluarga (dukungan informasi, emosional, penghargaan dan instrumental) dalam pencegahan demam berdarah sebagian besar kategori baik. Ada hubungan antara dukungan informasi dalam pencegahan dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga. Ada hubungan antara dukungan emosional dalam pencegahan dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga. Ada hubungan antara dukungan penghargaan dalam pencegahan dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga. Ada hubungan antara dukungan instrumental dalam pencegahan dengan kejadian demam berdarah pada anggota keluarga. Ada hubungan antara dukungan keluarga (dukungan informasi, emosional, penghargaan dan instrumental) dalam pencegahan demam berdarah dengan kejadian demam berdarah.

Referensi

Ali, A. Rehman, Nisar, Rafique, Hussain, & Nausheen. (2013). Seroepidemiology of

dengue fever in Khyber Pakhtunkhawa, Pakistan. International Journal Of

Infectious Diseases: IJID: Official Publication Of The International Society For Infectious Diseases [Int J Infect Dis] 2013 Jul; Vol. 17 (7), pp. e518-23. Date of

Electronic Publication: 2013 Mar 21.

Amiya, RM., et.al. (2014). Perceived Family Support, Depression, and Suicidal Ideation among People Living with HIV/AIDS: A Cross-Sectional Study in the Kathmandu Valley, Nepal.

Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2013). Laporan Penyelenggaran Rakerkesda 2013. Semarang: Dinas kesehatan provinsi Jawa Tengah

Handayani, D.Y. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota

Depok. Tesis. Program Magister Ilmu Keperawatan FIK-UI. Depok.

Hasan, A. & Ayubi, D. (2007). Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk

dan Kejadian Demam Berdarah Di Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional. Volume 2. Nomor 2. Oktober. 2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok.

Herlinah, L(2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Lansia Dalam

Pengendalian Hipertensi Di Wilayah Kec. Koja Jakarta Utara. Tesis. Program

Magister Ilmu Keperawatan FIK-UI. Depok

Kaakinen, J.R., Duff, V.G., Coehlo, D.P., & Hanson, S.M.H. (2010). Family health care

nursing : Theory, practice and research. 4th edition. Philadelphia: F.A. davis

Company.

Miller & Dimatteo. (2013). Importance of fa mily/social support and impact on

adherence to diabetic therapy. Diabetes, Metabolic Syndrome And Obesity: Targets And

Therapy [Diabetes Metab Syndr Obes] 2013 Nov 06; Vol. 6, pp. 421-426. Date of

Electronic Publication: 2013 Nov 06.

Pang, J., Salim, A., Lee, V.J., Hibberd, M.L., & Chia, K.S. (2012). Diabetes with Hypertension as Risk Factors For Adult Dengue Hemorrhagic Fever In A

Predominantly Dengue Serotype 2 Epidemic: A Case Control Study. PLoS

Neglected Tropical Diseases Vol. 6.Edisi 5. 2002 May.

RSUD Kendal. (2014). Laporan tahunan pasien. Kendal: RSUD Kendal.

Sam, SS., Omar, S.E., Teoh, B.T., Abdul, J.J., & Abu, B.S. (2013). Review of Dengue

hemorrhagic fever fatal cases seen among adults: a retrospective study. Plos

Neglected Tropical Diseases [PLoS Negl Trop Dis] 2013 May 02; Vol. 7 (5), pp. e2194.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

160

Setiadi (2010). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha ilmu.

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta: Sagung Seto.

Stanhope & Lancaster. (2010). Community & Public Health Nursing. St. Louis: Mosby WHO. (2009). Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention And Control. New Edition. Geneva. WHO Press.

Yenni (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Lansia Dengan Kejadian Stoke Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Bukittinggi.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

161 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU

LANSIA MEMERIKSAKAN KESEHATAN DI POSYANDU LANSIA

Dalam dokumen M01891 (Halaman 170-178)