• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risk factors for tuberculosis treatment failure,default, or relapse and outcomes of retreatment in Morocco.

Dalam dokumen M01891 (Halaman 85-89)

PASIEN TUBERCULOSIS PARU Erika Dewi Noorratr

6. Risk factors for tuberculosis treatment failure,default, or relapse and outcomes of retreatment in Morocco.

Dalam penelitian ini dari 291 pasien yang menjalani pengobatan ulang TB, hasil berbeda jauh dengan kelompok - 74% pasien dengan kekambuhan, 48% pasien dengan gagal, dan 41% pasien dengan standar yang memiliki keberhasilan pengobatan, mirip dengan penelitian sebelumnya. Studi terbaru menunjukkan bahwa, di daerah perkotaan, kepatuhan terkait pengetahuan pasien tentang TB dan penyediaan pendidikan tentang penyakit yang khusus oleh penyedia perawatan kesehatan ke pasien(Mulenga C, 2010) Dalam klinik perkotaan yang padat, waktu untuk pendidikan bisa terbatas. Bawaan dari penafsiran itu yang paling sering di antara mereka yang telah gagal dari pengobatan awal, sedangkan kegagalan adalah yang paling umum di antara orang-orang dengan kegagalan sebelumnya. Meskipun pedoman penafsiran seringkali sama untuk pasien yang gagal, bawaan dari, atau kambuh setelah pengobatan awal. Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok dapat mengambil manfaat dari strategi manajemen yang berbeda( Zignol, 2007) . Misalnya, kegagalan pengobatan umumnya karenaresistensi obat, sementara kekambuhan mungkin karena kurang kepatuhan, beban mikobakteri tinggi (seperti di cavitary penyakit), atau reinfeksi eksogen.

Pembahasan

Dari beberapa penelitian diatas, kita tahu bahwa faktor faktor yang mempengaruhi kegagalan pengobatan pasien tuberculosis ada beberapa faktor, diantaranya pengetahuan pasien, semakin tinggi pengetahuan akan pentingnya minum obat, maka semakin berhasilnya pengobatan tbc pada pasien tersebut. karena dia akan berobat secara teratur dan tuntas. Peran keluarga juga berpengaruh terhadap kepatuhana minum obat pasien tbc, semakin peduli dan memberikan dukungan yang penuh keluarga akan kesembuhan pasien , maka semakin sedikit prosentasi kegagalan pengobatannya. Pasien akan mengalami resistensi obat karena adanya sensitifitas kuman terhadap jenis obat tbc, apabila pasien melakukan pengobatan yang tidak penuh. Pasien malas untuk berobat selama 6 bulan pengobatan karena faktor biaya dan kejenuhan yang ada.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Eko o i ASEAN “

Semarang, 7 November 2015

69 Selain faktor diatas, ada beberapa faktor yang tidak akan ketinggalan, diantaranya jenis kelamin. Ternyata jenis kelamin juga mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat seseorang. Dari penelitian diatas disebutkan bahwa jenis kelamin laki-laki kurang memperhatikan kesehatannya dan gaya hidup yang tidak sehat.seperti merokok dan minum alkohol. Yang kedua yaitu faktor umur. Faktor umur bukan merupakan faktor penentu ketidakpatuhan penderita dalam pengobatan karenamereka yang berusia muda maupun usia lanjut memiliki motivasi untuk hidup sehat dan selalumemperhatikan kesehatannya. Ketiga faktor pendapatan keluarga, disebutkan bahwa pendapatan keluarga yang rendah, cenderung untuk tidak patuh menjalani pengobatan, dikarenakan pendapatannya selain untuk kehidupan sehari-hari yang mungkin kurang, apalagi untuk berobat ke puskesmas misalnya. Itu perlu transportasi yang membutuhkan biaya. Selanjutnya faktor efek samping obat. Pasien yang menjalani pengobatan mengeluh adanya efek samping obat seperti mual, muntah, sakit sendi,dll Sehingga pasien malas untuk melanjutkan pengobatan, karena takut akan efek samping obat tersebut.

Praktisi mandiri di pusat kesehatan masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam hal pengobatan pasien tbc. Di indonesia ada petugas khusus yang menangani masalah tbc. Di setiap puskesmas ada. Hal ini merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi angka kejadian penyakit tbc yang ada di masyarakat. Peran petugas kesehatan selain memberikan penyuluhan juga berperan sebagai PMO selain anggota keluarga pasien. Mengawasi minum obat pasien, meskipun tidak selalu disamping pasien.

Di India, pasien dengan tbc ada yang berhasil dalam penyembuhan ada juga yang mengalami kegagalan. Terjadinya kegagalan umumnya terkait program faktor-faktor seperti kemiskinan, kepatuhan terhadap pengobatan atau kualitas obat yang buruk.Faktor kemiskinan ini dimana- mana ada, karena tidak ada biaya akan mempengaruhi dalam berbaga hal, seperti transportasi dan kepatuhan minum obat, kualitas obat yang buruk juga mempengaruhi kegagalan pengobatan tbc. Hal ini bisa membuat resisitensi obat.

Kesimpulan

Terjadinya kegagalan pengobatan tbc umumnya terkait dengan program faktor-faktor seperti kemiskinan, kepatuhan terhadap pengobatan atau kualitas obat yang buruk. Responden yang memiliki pengetahuan yang kurang lebih banyak mengalami kegagalan pengobatan dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan yang baik, pengobatan yang tidak tuntas dapat mengakibatkan menurunnya sensitifitas kuman terhadap jenis obat yang telah diberikan (resisten), Berdasarkan kerangka teori yang ada, banyak sekali faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya default,yaitu efek samping OAT, umur, penyakit penyerta, jenis obat, cara ambil obat, keberadaan PMO, jenis PMO, pendidikan PMO, cara bayar dan penyuluhan kesehatan, Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan berobat pada penderita tuberculosis diantaranya pengaruh jenis kelamin, umur, pendidikan, pengetahuan, pendapatan keluarga, lama sakit, efek samping obat, kualitas pelayanan, peran PMO dan pengaruh jarak rumah terhadap ketidakpatuhan berobat.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Eko o i ASEAN “

Semarang, 7 November 2015

70 Daftar Pustaka

WHO. Indonesia Tuberculosis Profile. 2011. Available on: https://extranet.who.int/sree/Reports?op=Replet&name=/WHO_HQ_Reports/G2/PROD/ EXT/TBCountryProfile&ISO2=ID&outtype=pdf

Dinas Kesehatan Jawa Tengah.2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.Available on :http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/2010/Profil2010.htm

Erawatyningsih,Erna dkk. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan berobat pada pasien tuberculosis. Berita kedokteran masyarakat vol.25 No 3 September 2009. Nusa Tenggara Barat

Rian, Samsu. 2010. Pengaruh Efek Samping Obat anti Tuberkulosis terhadap Kejadian Default di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Timur Januari 2008- Mei 2010, Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Jakarta.

Probandari A, Utarini A, Lindholm L, Hurtig A: Life of a partnership: the process ofcollaboration between the National Tuberculosis Program and the hospitals inYogyakarta, Indonesia.Soc Sci Med 2011, 73(9):1386–1394.

Chakaya J, Uplekar M, Mansoer J, et al: Public-private mix for control of tuberculosisand TB-HIV in Nairobi, Kenya: outcomes, opportunities and obstacles. Int J TubercLung Dis 2008, 12(11):1274–1278.

Malmborg R, Mann G, Squire SB: Systematic assessment of the concept and practiceof public-private mix for tuberculosis care and control. Int J Equity Health 2011, 10:49. Maung M, Kluge H, Aye T, et al: Private GPs contribute to TB control in Myanmar:evaluation of a PPM initiative in Mandalay Division. Int J Tuberc Lung Dis 2006,10(9):982–987.

Xiangin Ai, et al. Factors associated with low cure rate of tuberculosis in remotepoor areas of shaanxi Province, China: a case control study. Biomedcentral,2010. Artikel asli dapat diakses pada http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/112

Rusadi, Matrisno dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan dengan Kegagalan Pengobatan Tuberculosis di Puskesmas Antang Kecamatan Manggala kota Makassar.Volume 1 Nomor 1 tahun 2012. ISSN : 2302-2531. Makassar

Nagaraja SB, Srinath Satyanarayana, et al. (2011). How Do Patients Who Fail First-Line TB Treatment but Who Are NotPlaced on an MDR-TB Regimen Fare in South India? .PLoS ONE 6(10): e25698. doi:10.1371/journal.pone.0025698. Madhukar Pai, McGill University, Canada

Putra I W. Ni Wayan Utami. et al. (2013). Factors associated to referral of tuberculosis suspects by private practitionersto community health centres in Bali Province, Indonesia. BMC Health Services Research. BioMed sentral.The open access publiser. doi:10.1186/1472-6963-13-445

Dooley KE, Ouafae Lahlou, at al. (2011). Risk factors for tuberculosis treatment failure,default, or relapse and outcomes of retreatmentin Morocco.Dooley et al. BMC Public Health 2011, 11:140.http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/140 . BMC Public Health

Mulenga C, Mwakazanga D, Vereecken K, Khondowe S, Kapata NShamputa IC, Meulemans H, Rigouts L: Management of pulmonarytuberculosis patients in an urban setting in Zambia: a patient’sperspective. BMC Public Health 2010, 10:756

World Health Organization: Treatment of tuberculosis. Guidelines for nationalprogrammes. WHO/CDS/TB/2003.313. Geneva, Switzerland , 3 2003.Ottmani SE, Zignol M, Bencheikh N, Laasri L, Chaouki N, Mahjour J: Resultof cohort analysis by category of tuberculosis retreatment cases inMorocco from 1996 to 2003. Int J Tuberc Lung Dis 2006, 10(12):1367-1372.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Pera Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Eko o i ASEAN “

Semarang, 7 November 2015

71 Mak A, Thomas A, Del Granado M, Zaleskis R, Mouzafarova N, Menzies D:Influence of

multidrug resistance on tuberculosis treatment outcomeswith standardized regimens. Am J Respir Crit Care Med 2008,178(3):306-312.

Zignol M, Wright A, Jaramillo E, Nunn P, Raviglione MC: Patients withpreviously treated tuberculosis no longer neglected. Clin Infect Dis 2007,44(1):61-64

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “

Semarang, 7 November 2015

72

FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL

PADA REMAJA

Dalam dokumen M01891 (Halaman 85-89)