• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK Budi Kristanto

Dalam dokumen M01891 (Halaman 148-156)

PADA REMAJA Nurul Devi Ardian

PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK Budi Kristanto

Mahasiswa Prodi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro

Abstrak

Latar belakang. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan

perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Semakin hari gangguan ini tampak semakin meningkat dengan pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah.

Tujuan. Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengetahui fakor yang berhubungan dengan perkembangan bahasa anak

Metode. Literatur review dilaksanakan dengan melakukan penelusuran artikel publikasi melalui Gogle search dengan dengan kata kunci yang dipilih yaitu “faktor yang mempengaruhi

perkembangan baahasa anak pra sekolah”. Penelusuran dibatasi terbitan 2004-2014 yang dapat diakses fulltext dalam format pdf yang merupakan penelitian di dalam negeri. Dari hasil penelusuran didapatkan 3 jurnal penelitian yang sesuai.

Hasil. Pada penelitian dari studi ini di dapatkan prevalensi keterlambatan bicara sebesar 8.6%. Didapatkan bahwa terdapat faktor yang berhubungan dari perkembangan bahasa anak adalah pola asuh orang tua. Pada penelitian yang lain didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi bahasa dengan perkembangan bahasa anak usia 1-3 tahun.

Pembahasan. Faktor yang berpengaruh atau faktor resiko keterlambatan perkembangan bahasa dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal dari anak. Faktor yang diteliti dan berkontribusi pada perkembangan bahasa anak pada penelitian ini adalah pola asuh orang tua, pengetahuan dan sikap orang tua terkait stimulasi anak.

Kesimpulan. Prevalensi gangguan perkembangan bahasa masih cukup tinggi, pada penelitian yang

dibahas ini di dapatkan prevalensi keterlambatan bicara sebesar 8.6%.. Dari berbagai sumber dipaparkan terkait faktor yang berpengaruh atau faktor resiko keterlambatan perkembangan bahasa dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal dari anak. Pada studi dari penelitian ini didapatkan bahwa salah satu faktor eksternal yang disimpulkan memberikan pengaruh yang signifikan adalah factor pola asuh dari orang tua anak. Sedangkan pada penelitian berikutnya dapat dibuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi bahasa dengan perkembangan bahasa anak.

Kata Kunci : Perkembangan bahasa, anak, pengetahuan, sikap, pola asuh

Pendahuluan

Perkembangan merupakan bertambah atau meningkatnya kemampuan dalam struktur serta fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Hal tersebut menyangkut proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang semakin berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.1 Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Semakin hari gangguan ini tampak semakin meningkat dengan

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

132

pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah. Kemampuan motorik dan kognisi berkembang sesuai tingkat usia anak. Perolehan bahasa bertambah melalui proses perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik dari anak yang bersangkutan.2,3 Perkembangan bahasa, khususnya pada usia dibawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif serta pesat. Keterlambatan bahasa pada periode atau masa ini perlu bahkan harus mendapatkan perhatian karena dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses belajar di usia sekolah nantinya.4 Anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan berbahasa beresiko mengalami kesulitan dalam belajar, kesulitan untuk membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian prestasi akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial.5

Dari paparan tersebut terlihat bahwa sangat besar akibat yang diimbulkan oleh karena keterlambatan bahasa pada anak usia pra sekolah, maka sangatlah penting untuk optimalisasi proses perkembangan bahasa pada masa ini. Deteksi dini keterlambatan dan gangguan bicara usia prasekolah adalah tindakan yang terpenting untuk menilai tingkat perkembangan bahasa anak, sehingga dapat meminimalkan kesulitan dalam proses belajar anak tersebut saat memasuki usia sekolah nantinya. Profesi perawat khususnya perawat komunitas sesuai dengan salah satu peran dan fungsinya sebagai penemu kasus sangat strategis. Kegiatan skrining dapat dilakukan dengan lebih awal, sehingga factor resiko dari gangguan perkembangan bahasa lebih awal dapat dikomunikasikan dengan orang tua anak dan tindakan dapat segera dilakukan.

Tujuan

Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengetahui fakor yang berhubungan dengan perkembangan bahasa anak.

Metode

Literatur review ini dilaksanakan dengan melakukan penelusuran artikel publikasi melalui Gogle search dengan dengan kata kunci yang dipilih yaitu “faktor yang mempengaruhi perkembangan baahasa anak pra sekolah”. Penelusuran dibatasi terbitan 2004-2014 yang dapat diakses fulltext dalam format pdf yang merupakan penelitian di dalam negeri. Dari hasil penelusuran didapatkan 3 jurnal penelitian yang sesuai. Penelitian tersebut berjudul : 1. Prevalensi dan Karakteristik Keterlambatan Bicara pada Anak Prasekolah di TPA

Werdhi Kumara I dengan Early Language Milestone Scale-2. Penelitian dilakukan oleh: Rosalia Beyeng, Soetjiningsih dan Trisna Windiani. Tahun 2012.

2. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua Dalam Kemampuan Bahasa Anak Usia toodler

(1-3 Tahun) di Desa Sambiroto Demak. Penelitian dilakukan oleh Misbakhul Munir, Vivi Yosafianti dan Shobirun. Tahun 2012.

3. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Stimulasi Bahasa dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia 1-3 Tahun di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta. Penelitian dilakukan oleh Dewi Listyowati, Listyana Natalia Retnaningsih dan Lala Budi Fitriana. Tahun 2012.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

133

1. Prevalensi dan Karakteristik Keterlambatan Bicara pada Anak Prasekolah di TPA Werdhi Kumara I dengan Early Language Milestone Scale-2.

Jumlah anak yang berada di TPA Werdhi Kumara I adalah 148 anak, dengan kisaran usia dari 3 bulan-7 tahun. Dari 148 anak yang berada di TPA, yang berusia 3 bulan sampai 36 bulan ada 58 anak (39.1). Pada penelitian ini di dapatkan prevalensi keterlambatan bicara sebesar 8.6%

Tabel 1. Karakteristik keterlambatan bicara pada anak di TPA Werdhi Kumara I

Variabel Frekuensi P Jenis Kelamin - laki-laki 4 - perempuan 1 0.40 Usia - 0-12 bulan 1 - 13-24 bulan 2 0.66

2. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua Dalam Kemampuan Bahasa Anak Usia toodler

(1-3 Tahun) di Desa Sambiroto Demak.

Penelitian dilakukan dengan crossectional terhadap ibu dan anak usia toodler sebanyak 63 responden dengan total sampling di Desa Sambiroto Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Instrumen yang digunakan adalah kwesioner dan lembar DDST.

Hasil pada penelitian ini adalah :

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tipe Pola Asuh Ibu

No Tipe Frekwensi % 1. Demokratis 39 61.9 2. Otoriter 7 11.1 3. Permisif 8 12.7 4. Laissez faire 9 14.3 Jumlah 63 100

Tabel 3. Distribusi Frekwensi Perkembangan Bahasa

No Perkembangan bahasa Frekwensi %

1. Baik 48 76.2

2. Kurang baik 15 23.8

Jumlah 63 100

Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan pola asuh dengan perkembangan bahasa anak usia toodler didapatka hasil : sebagian besar responden perkembangan bahasanya baik, yaitu 48 responden (76.2%) sedangkan sisanya 25 responden (23.8%) perkembangan bahasanya kurang baik.

Berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p value sebesar 0.000 dengan nilai signifikan <0.05 yang berarti ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perkembangan bahasa anak usia toddler (0-3tahun). Berdasarkan analisis hubungan pola asuh ibu dengan perkembangan bahasa anak usia toddler didapatkan

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

134

data responden dengan perkembangan bahasa baik dengan pola asuh demokratis sebanyak 36 (75%), otoriter sebanyak 6 (12.5%), permisif 2 (4.2%), laissez faire sebanyak 4 (8.4%). Responden dengan perkembangan bahasa kurang baik dengan pola asuh demokratis sebanyak 3 (20%), otoriter sebanyak 1 (6.7%), permisif 6 (40%), laissez faire sebanyak 5 (33.3%).

3. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Stimulasi Bahasa dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia 1-3 Tahun di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta

Desain penelitian ini adalah kuantitatif yang dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif korelasi (correlasion study) menggunakan rancangan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah 34 orang tua dan 34 anak usia 1-3 tahun yang sekolah di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal Depok Sleman, Yogyakarta. Teknik sampling dilakukan secara total sampling yaitu 34 ibu dan 34 anak usia 1-3 tahun. Tehnik Pengumpulan Data menggunakan kuesioner tertutup dan dengan metode dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan analisis univariat dan analisa bivariat menggunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho) uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perkembangan Bahasa Anak Usia 1-3 Tahun di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta

Juni 2012

No Perkembangan bahasa Frekwensi %

1. Normal 17 50

2. Suspek 17 50

Jumlah 34 100

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel diketahui bahwa perkembangan bahasa anak yang normal dan suspek adalah sebanyak 17 (50%).

Tabel 5 Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang stimulasi bahasa dengan Perkembangan bahasa anak usia 1-3 tahun di PAUD Mekar Sejati

Janti Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta Juni 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu baik dan perkembangan bahasa dikategorikan normal yaitu 11 (64,7%).

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

135

Tabel 6. Hubungan Antara Sikap Ibu Tentang Stimulasi Bahasa Dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia 1-3 Tahun di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal

Depok Sleman Yogyakarta Juni 2012

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar sikap ibu tentang stimulasi bahasa kurang dan perkembangan bahasa anak dikategorikan suspek yaitu 8 (53,3%). Pembahasan

Prevalensi dan Karakteristik Keterlambatan Bicara

Studi Cochrane terakhir telah melaporkan data keterlambatan bicara, bahasa dan gabungan keduanya pada anak usia prasekolah dan usia sekolah. Prevalensi keterlambatan bicara dan bahasa pada anak usia 2-4.5 tahun adalah 58%, prevalensi keterlambatan bahasa adalah 2.3-19%. 6 Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi keterlambatanbicara pada anak di TPA Werdhi Kumara I sebesar 8.62%. Pada penelitian ini keterlambatan bicara yang terdeteksi dengan pemeriksaan ELMS 2 terbanyak pada rerata usia di atas 13 bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Campbell.7 mendapatkan adanya factor resiko terjadinya keterlambatan bicara pada anak apabila terdapat riwayat keluarga yang mengalami keterlambatan bicara. Penelitian lain menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu yang rendah, jumlah anggota keluarga, social ekonomi dan usia ibu yang muda dengan resiko terjadinya keterlambatan bicara.Pada penelitian ini, pendidikan orang tua yang terdiri dari pendidikan menenganh dan pendidikan tinggi tidak beda bermakna dalam mempengaruhi frekuensi keterlambatan bicara pada anak, sedangkan faktor resiko lain tidak dicari pada penelitian ini.

Yliherva, dkk.8 melakukan penelitian pada lebih dari 8000 anak di Finlandia menemukan adanya hubungan prematuritas, asfiksia, berat badan lahir rendah dengan terjadinya keterlambatan bicara pada anak. Keterlambatan bicara pada penelitian ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki, status gizi baik, usia kehamilan cukup bulan, tidak asfiksia namun tidak bermakna secara statistic (p>0.05). Kelemahan penellitian ini adalah tidak mencari factor resiko lain yang mungkin mempengaruhi terjadinya keterlambatan bicara pada subyek penelitian.

Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua Dalam Kemampuan Bahasa Anak

Berdasarkan hasil penelitian, data karakteristik responden menunjukkan persentase terbesar umur responden (ibu) berumur antara 20-35 tahun sebanyak 55 responden (87.3%) dan pada responden anak sebagian besar berumur 25-36 bulan sebanyak 33 responden (52.4%). Menurut Notoatmodjo9, seseorang yang umurnya lebih tua akan lebih banyak pengalamannya sehingga mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki, maka ibu semakin cukup umur akan semakin berpikir matang dan ligis. Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya piker yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorisnya, usia satu setengah sampai kira-kira tiga

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

136

tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat bahasanya (berbicara atau bercakap-cakap).10 Berdasarkan karakteristik data dari hasil penelitian untuk tigkat pendidikan responden (ibu) yaitu SMP atau sederajad sebanyak 34 responden (54.0%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan tingkat pendidikan tersebut responden lebih mudah menerima informasi yang diberikan oleh peneliti. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikaan semakin tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa orang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula11.

Berdasarkan hasil penelitian pola asuh yang dilakukan oleh ibu terhadap perkembangan bahasa anak usia toddler (1-3 tahun) di desa Sambiroto Kecamatan Gajah Kabupaten Demak tergolong baik yaitu 39 responden (61.9%) menerapkan pola asuh demokratis dan sisanya ibu menerapkan pola asuh otoriter 7 responden (11,1%), permisif 8 responden (12.7%), dan laissez faire 9 responden (14.3%). Hal tersebut dikarenakan rata-rata ibu yang memiliki anak usia toddler sudah melatih anak untuk belajar bicara melalui aktivitas bermain, mengajarkan anak bernyanyi untuk melatih kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih anak berbicara sampai lancar untuk secara berulang-ulang sampai anak dapat berbicara sesuai tahap perkembangannya. Hasilnya pola asuh ini mendorong anak untuk mandiri, namun masih menempatkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal member dan menerima dimungkinkan, dan ibu bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. 12 Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara pola asuh ibu terhadap perkembangan bahasa anak usia toddler hasilnya nilai p= 0.000 (p<0.05), maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pola asuh ibu terhadap perkembangan bahasa anak usia toddler (1-3 tahun) di Desa Sambiroto Kecamatan Gajah Kabupeten Demak.

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Stimulasi Bahasa dengan Perkembangan Bahasa Anak

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat sesuatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan tabel diketahui bahwa mayoritas pengetahuan ibu tentang stimulasi bahasa di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta adalah baik. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berpola dari keyakinan tersebut. Dengan baiknya pengetahuan merupakan faktor terpenting karena sangat mempengaruhi tingkat kemampuan atau intelektual yang dimiliki seseorang dalam melakukan stimulasi bahasa13

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah faktor internal seperti jasmani dan rohani serta faktor eksternal seperti pendidikan, paparan media massa, ekonomi, hubungan sosial, dan pengalaman. Faktor internal seperti faktor jasmani khususnya panca indra, dan faktor rohani khususnya kesehatan psikis, intelektual, psikomotor serta kondisi efektif atau konatif individu akan sangat berpengaruh pada proses penerimaan terhadap informasi dari luar, karena apabila terjadi kerusakan pada salah satu panca indra maka akan terjadi kesalahan pada penerimaan informasi.14 Pada saat peneliti melakukan observasi pada responden di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta, semua responden (ibu) dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Selain itu, faktor eksternal seperti pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Pada penelitian ini pendidikan ibu mayoritas adalah SMP dan SMA, semakin

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

137

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik juga pengetahuannya 14. Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif15. Berdasarkan penelitian sikap ibu tentang stimulasi bahasa anak di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta mayoritas adalah kurang.

Sikap ibu tentang stimulasi bahasa yang kurang berarti keinginan ibu untuk melakukan stimulasi bahasa masih kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan sikap ibu tentang stimulasi bahasa diantaranya pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan, agama dan faktor emosional. Hal lain yang mempengaruhi sikap ibu tentang stimulasi bahasa adalah pengaruh orang lain. Biasanya orang yang memiliki pengaruh besar adalah keluarga, bisa dari suami, orangtua bahkan mertua. Seringkali ibu melakukan stimulasi bahasa belajar dari orangtua karena dianggap sudah banyak pengalaman. Hal ini didukung oleh Azwar15 pada umumnya individu cenderung memiliki sikap yang konfromis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku seseorang. Sikap positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti dapat berdampak negatif pada perilakunya. Berdasarkan tabel diketahui bahwa tidak ada hubungan antara sikap ibu tentang stimulasi bahasa dengan perkembangan bahasa anak usia 1-3 tahun di PAUD Mekar Sejati Janti Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta. Sikap ibu yang kurang tentang stimulasi bahasa tidak selalu menyebabkan perkembangan bahasa anak terganggu, hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa sikap ibu yang kurang tentang stimulasi bahasa menyebabkan perkembangan bahasa anak antara normal dan suspek sama. Sikap ibu dalam penelitian ini masih suatu keinginan untuk melakukan sesuatu dan bukan tindakan untuk melakukan sesuatu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga didukung oleh teori Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo16, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh sikap ibu dalam memberikan stimulasi bahasa pada anak, dimana pemberian stimulasi tersebut tergantung keinginan ibu dalam melakukan stimulasi pada anak. Hal ini didukung oleh Moersintowarti16, bahwa stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan di luar anak. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua anggota keluarga, atau orang dewasa lain disekitar anak.

Kesimpulan

Dari studi 3 penelitian yang telah dilakukan terkait dengan perkembanganbahasa anak ini, maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Prevalensi gangguan perkembangan bahasa masih cukup tinggi, pada penelitian yang dibahas ini di dapatkan prevalensi keterlambatan bicara sebesar 8.6%. 2) Dari berbagai sumber dipaparkan terkait faktor yang berpengaruh atau faktor resiko keterlambatan perkembangan bahasa dibagi

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

138

menjadi 2 yaitu factor internal dan factor eksternal dari anak. 3) Pada studi dari penelitian ini didapatkan bahwa salah satu factor eksternal yang disimpulkan memberikan pengaruh yang signifikan adalah factor pola asuh daro orang tua anak. 4) Sedangkan pada penelitian berikutnya dapat dibuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi bahasa dengan perkembangan bahasa anak. Daftar Pustaka

Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam:Narendra MB,Sularyo T S, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG, penyunting. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja; Edisi I. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, Sagung Seto, 2002; 91

Busari JO, Weggelaar NM. How to investigate and manage the child who is slow to speak. BMJ 2004; 328:272 276

Parker S, Zuckerman B, Augustyn M. Developmental and behavioral Pediatrics (2nd ed): Language Delays. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2005

Owens RE. Language Development an Introduction, 5th edition. New York:Allyn and Bacon; 2001.

Smith C, Hill J, Language Development and Disorders of Communication and Oral Motor Function. In : Molnar GE, Alexander MA,editors. Pediatric Rehabilitation. Philadelphia: Hanley and Belfus;1999.p. 57-79.

US Preventives Services Task Force. Screening for speech ang language delay in preschool children : Recommendation statement. Pediatrics. 2006; 117:497-501. Law J, Boyle J, Harkness a. Screening for speech and language delay : systematic review

of literature. Health Technol Asses. 1998;2:1-184.

Tomblin JB, Hardy JC, Hein HA. Predicting poor-communication status in preschool children using risk factors present at birth. J Speech Hear Res. 1991: 34: 1096- 105.

Theo, R., & Martin, H. Pendidikan Anak Usia Dini: tuntunan psikologis dan pedagogis bai pendidik dan orang tua. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana, 2004.

Admin.(2011). Definisi pengetahuan dan serta factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.http//dunia baca.com.

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan remaja. Edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Mubarak, et al. (2007). Promosi Kesehatan. Sebuah Pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Edisi I. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sukmadinata, N. (2003). landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: Alfabeta Azwar, S. (2011). sikap manusia teori dan pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar

Departemen Rehabilitasi Medik RSCM. (2006). Internet. prevalensi keterlambatan

perkembangan berbahas a di Indonesia.

http://speechclinic.wordpress.com/2009/12/13/faktor-risiko-gangguan-berbahasa- pada-anak. 12 desember 2011

Notoatmodjo, S. (2011). pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Moersintowarti, B. (2002). telat bicara akibat kurang stimulasi. Jakarta: EGC.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

139

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN SELF EFFICACY DENGAN

Dalam dokumen M01891 (Halaman 148-156)