• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 Dwi Yuniar Ramadhan

Dalam dokumen M01891 (Halaman 112-118)

PADA REMAJA Nurul Devi Ardian

KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 Dwi Yuniar Ramadhan

Mahasiswa Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran,Universitas Diponegoro Email : niar.dwiyuniar@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang dihasilkan dari kerusakan pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. Perawatan penderita dengan diabetes melitus membutuhkan waktu yang lama sehingga berpengaruh pada kualitas hidup penderita. Penderita yang tinggal dengan keluarga dapat memberikan dukungan sehingga berpengaruh pada kualitas hidup. Efikasi diri pasien DM dapat ditunjukkan dari sebuah perilaku tertentu dan mengubah pola pikir tertentu sehingga dapat mengelola dan meminimalkan gejala yang mereka alami dan meningkatkan kualitas hidup.

Metode: Literatur review dengan mengumpulkan jurnal dengan cara melakukan penelusuran jurnal yang telah terpublikasi pada ProQuest, Ebsco, Google Search, Google Scholar dengan menggunakan kata kunci Dukungan Keluarga, Self Efficacy, Kualitas Hidup, Lansia dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal yang diambil mempunyai kemiripan kemudian dianalisis. Penelusuran dibatasi terbitan tahun 2005-2015 dengan format Fulltext PDF.

Hasil: Dari hasil penelusuran didapatkan 167 abstrak dan diambil 8 jurnal yang sesuai untuk dilakukan review.

Diskusi: Diabetes mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Beberapa hal yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus diantaranya adalah dukungan keluarga dan efikasi diri. Dengan adanya hubungan dukungan keluarga dan efikasi diri maka penderita dapat melakukan perawatan diri, meningkatkan kemampuan dan merubah pola pikir sehingga dapat mengelola dan meningkatkan kualitas hidup.

Kesimpulan : Dukungan keluarga, efikasi diri, dan kualitas hidup penting bagi lansia dengan diabetes melitus tipe 2, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari hubungan dari ketiga komponen tersebut.

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Efikasi Diri, Kualitas Hidup, Lansia denganan DM Tipe 2

Pendahuluan

Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang dihasilkan dari kerusakan pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta pankreas, yang diperlukan untuk memanfaatkan glukosa dari makanan yang dicerna sebagai sumber energi (Loghmani, 2005). Diabetes tipe 2 adalah tipe diabetes yang banyak terjadi, biasa terjadi pada usia dewasa, tetapi banyak juga pada anak-anak dan remaja (International Diabetes Federation, 2013, p.23). Faktor yang beresiko berpengaruh pada pathogenesis diabetes diantaranya adalah penuaan, obesitas, peminum alkohol, perokok, faktor genetik, dan lain-lain (Ozougwu et al, 2013). Banyak orang dengan diabetes tipe 2 tidak menyadari penyakitnya, karena butuh waktu bertahun-tahun gejala dari penyakit

tersebut muncul. Mereka didiagnosa ketika telah terjadi komplikasi diabetes (International

Diabetes Federation, 2013, p.23).

Komplikasi diabetes berhubungan dengan mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular seperti retinopati, nefropati, neuropati. Komplikasi makrovaskular seperti

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

96 penyakit arteri koroner, stroke, penyakit peripheral vascular, adanya ulserasi dan anggota badan yang diamputasi (CDC, 2002). Penderita DM yang sudah terdiagnosa harus mengubah gaya hidup mereka. Mereka mengalami banyak emosi negatif yang menyebabkan kesulitan beradaptasi sosial, mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan menyebabkan kecacatan. Hasil penelitian didapatkan berbagai faktor (misalnya, penyakit, durasi, faktor sosial, komplikasi, metode pengobatan, dan keadaan emosi) berpengaruh pada keadaan emosional dan kualitas hidup pasien DM (Mikailiūkštienė et al, 2013).

Kualitas hidup penderita Diabetes Melitus merupakan perasaan puas dan bahagia akan hidup secara umum. Kualitas hidup telah digambarkan oleh WHO (1994) sebagai sebuah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan pada konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal hidup, harapan, standar dan fokus hidup mereka. Meningkatkan kualitas hidup penderita DM dibutuhkan pengelolaan yang baik. Pengelolaan DM tipe 2 membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan perhatian jangka panjang untuk perawatan diri dan perilaku preventif (Hunt, Caralise W, et al. 2012).

Perawatan pada DM membutuhkan waktu yang lama karena penyakit tersebut merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup dan memiliki permasalah yang sangat kompleks. Penderita harus memiliki kemampuan dan keyakinan diri untuk dapat melakukan perawatan diri serta membutuhkan dukungan keluarga terdekat. Dukungan sosial dan anggota keluarga dianggap sebagai sumber yang berpengaruh pada dukungan sosial untuk penderita diabetes. Anggota keluarga dapat memberikan dampak positif dan atau negatif pada kesehatan penderita diabetes, mengganggu atau memfasilitasi aktivitas perawatan diri dan berkontribusi atau menpengaruhi stress pada kontrol glikemik (Mayberry et al, 2012).

Berdasarkan social cognitive theory Bandura (1994) menyatakan bahwa salah satu bentuk

dukungan sosial berasal dari keluarga yang merupakan salah satu sumber informasi yang mendukung peningkatan efikasi diri. Efikasi diripada lanjut usia berfokus pada penerimaan dan penolakan terhadap kemampuannya seiring dengan kemunduran fisik dan intelektual yang dialami (Bandura, 1994).

Tujuan

Untuk menggambarkan dukungan keluarga, efikasi diri dan kualitas hidup lansia dengan diabetes melitus tipe 2.

Metoda

Literatur review dengan mengumpulkan jurnal dengan cara melakukan penelusuran jurnal yang telah terpublikasi pada ProQuest, Ebsco, Google Search, Google Scholar dengan

menggunakan kata kunci Dukungan Keluarga, Self Efficacy, Kualitas Hidup, Lansia

dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal yang diambil mempunyai kemiripan kemudian

analisis. Penelusuran dibatasi terbitan tahun 2005-2015 denga format Fulltext PDF.

Hasil

Hasil penelitian Ariani (2012), didapatkan hubungan dukungan keluarga dengan efikasi diri (p = 0,010; α = 0,05; 95% CI ; 1,152; 16,286). Menggambarkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan keluarga memiliki peluang 4,97 kali menunjukkan efikasi diri yang baik dibandingkan responden yang kurang mendapatkan dukungan keluarga. Hasil

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

97 penelitian Wahyuni (2014), menunjukkan responden yang memiliki nilai kualitas hidup tinggi adalah responden dengan kelompok umur lansia (65,9%). Tingginya kualitas hidup pada lansia disebabkan oleh lansia sudah menjalani kehidupan lebih lama dan mengalami berbagai perubahan sehingga mereka mampu mengevaluasi hidupnya lebih positif. Hasil penelitian Yusra (2011), menunjukkan analisis hubungan dukungan keluarga (dimensi emosional, penghargaan, instrumen dan informasi) dengan kualitas hidup responden menunjukkan pola positif, hubungan terkuat (r = 0.703). Hasil uji statistik menunjukkan

hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup responden (p

value = 0.001). Hasil penelitian Rahmawati (2015), didapatkan rata-rata usia responden adalah 55,6 tahun dengan usia termuda 29 tahun dan tertua 81 tahun, dengan jumlah

responden 50 orang. Nilai R2 adalah 0,403 yang berarti bahwa dukungan keluarga

memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup sebesar 40,3% sedangkan sisanya 59,7%

merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti. t value untuk dukungan keluarga

terhadap kualitas hidup diperoleh 15,366. Nilai ini lebih besar dari titik kritis 1,96 (nilai t-tabel pada α = 5%) sehingga dapat disimpulkan dukungan keluarga terbukti berpengaruh signifikan terhadap kualitas hidup dengan kontribusi pengaruh sebesar 40,3%.

Hasil penelitian Nursari (2014) didapatkan efikasi diri sedang dengan kualitas hidup

sedang sebanyak 18 orang (31%). Hasil analisis menggunakan korelasi Spearman Rank

menunjukkan ada hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup pada peasien DM dengan p

value sebesar 0,000 dan r hitung sebesar 0,678, sehingga dapat diartikan semakin tinggi efikasi diri pasien DM maka semakin baik kualitas hidupnya. Hasil penelitian Rini (2011) didapatkan ada hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup pasien PPOK di RS Paru Batu (p value: 0,022 ; α: 0,10). Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden dengan efikasi diri baik memiliki peluang 3,417 kali menunjukkan kualitas hidup baik dibandingkan dengan responden yang memiliki efikasi diri tidak baik (CI 95% ; OR: 1,291-9,043). Hasil penelitian Caralise W, et al (2012) didapatkan Self-efficacy secara signifikan berkorelasi positif dengan pengelolaan diri diabetes [r (150) = 0,40], dukungan sosial [r (150) = 0,28], dan pemecahkan masalah sosial [r (150) = 0,36] pada p, 0,01. Diabetes manajemen diri tidak signifikan berkorelasi dengan dukungan sosial atau pemecahan masalah sosial dalam sampel ini. Hasil penelitian Permatasari (2014) didapatkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan perawatan diri lansia hipertensi (ρ< 0,02), terdapat hubungan antara efikasi diri dan perawatan diri lansia hipertensi (ρ< 0,00), terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan efikasi diri (ρ<0,00). Efikasi diri merupakan faktor yang paling dominan berkontribusi terhadap perawatan diri dengan nilai (beta 0,28). Terdapat koefisien regresi negatif antara dukungan keluarga dengan perawatan diri lansia hipertensi -0,02. Dukungan keluarga dan efikasi diri memiliki pengaruh sebesar 20% terhadap perawatan diri lansia hipertensi.

Pembahasan

American Diabetes Association (ADA) tahun 2010 menyatakan diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2011). Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas yang membebaskan glukosa dari makanan untuk masuk kedalam sel dimana akan diubah menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Seseorang dengan diabetes tidak mampu menyerap glukosa dengan baik dan sisa glukosa beredar dalam darah sehingga merusak jaringan dari waktu ke waktu.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

98 Kerusakan ini menyebabkan gangguan dan komplikasi kesehatan sehingga mengancam

jiwa (International Diabetes Federation, 2013, p.22).

Banyak orang dengan diabetes tipe 2 tidak menyadari penyakitnya, karena butuh waktu bertahun-tahun gejala dari penyakit tersebut muncul. Mereka didiagnosa ketika telah terjadi komplikasi diabetes. Orang dengan diabetes tipe 2 semakin berkembang pesat di seluruh dunia. Peningkatan ini berhubungan dengan perkembangan ekonomi, populasi usia lanjut, peningkatan urbanisasi, perubahan pola makan, kurangnya aktivitas fisik dan

perubahan gaya hidup (International Diabetes Federation, 2013, p.23).

Diabetes mempengaruhi kualitas hidup penderita. Kualitas hidup merupakan gabungan persepsi individu tentang kesejahteraan, kepuasan, dan kebahagiaan, dipengaruhi oleh jenis, jumlah, dan frekuensi komplikasi metabolik. Penderita dengan diabetes merasa terbebani oleh emosi negatif, dengan pembatasan disebabkan oleh penyakit, dan oleh tekanan dan perencanaan diperlukan untuk pengelolaan penyakit. Beban penyakit yang juga membatasi produktivitas kerja, kehidupan sosial, hubungan keluarga, dan kepentingan rekreasi (Misra, et al, 2008).

Dukungan keluarga sangat berpengaruh pada penderita DM tipe 2 dimana dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuannya melakukan tindakan perawatan diri, meningkatkan kemampuan adaptasi dari kognitif sehingga meningkatkan optimisme penderita DM tipe 2, mengurangi kesepian. Penderita DM tipe 2 tinggal bersama keluarga akan merasakan perasaan nyaman dan aman sehingga dapat menumbuhkan perhatian terhadap diri sendiri dan meningkatkan motivasi untuk melakukan perawatan diri serta menurunkan resiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidupnya. Adanya rasa nyaman pada diri penderita DM tipe 2 adalah karena adanya dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasi dari keluarga, sehingga dapat mencegah terjadinya stress pada penderita DM tipe 2 (Yusra, 2011; Rahmawati, 2015).

Bentuk dukungan keluarga pada penderita DM usia lanjut merupakan bentuk bakti anak kepada orang tua. Bentuk bakti anak kepada orang tua adalah untuk memuja, merawat dan memenuhi kebutuhan mereka dimasa tua. Hubungan yang saling mendukung adalah dengan menyediakan sumber daya dan memfasilitasi manajemen diabetes (Liu, 2012). Berdasarkan social cognitive theory Bandura (1994) menyatakan bahwa salah satu bentuk dukungan sosial berasal dari keluarga yang merupakan salah satu sumber informasi yang mendukung peningkatan efikasi diri.

Efikasi diri adalah keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk mencapai suatu tingkat kinerja yang mempengaruhi setiap peristiwa dalam hidupnya. Efikasi diri menentukan bagaimana seseorang merasa, berfikir, memotivasi dirinya dan berperilaku (Bandura, 1994). Efikasi diri yang dimiliki oleh penderita DM baik atau kurang dapat dibentuk oleh individu itu sendiri. Adanya keyakinan pada diri pasien DM dapat ditunjukkan dari sebuah perilaku tertentu dan mengubah pola pikir tertentu sehingga dapat mengelola dan meminimalkan gejala yang mereka alami dan meningkatkan kualitas hidup. Kesimpulan

Dukungan keluarga, self efficacy, dan kualitas hidup penting bagi lansia dengan diabtes melitus tipe 2, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari hubungan dari ketiga komponen tersebut.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

99 Daftar Pustaka

Depkes RI. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Tenaga Kesehatan. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. P. 1

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Semester I. Jakarta. Kementrerian Kesehatan RI. P. 9

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus Pengendalian dan

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Diakses dari

http://labcito.co.id. pada tanggal 19 Agustus 2015 jam 12.07 wib.

International diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas. Sixth Edition. P. 22. Diakses dari www.idf.org. pada tanggal 27 Agustus 2015 jam 15.22 wib.

International diabetes Federation. 2014. IDF Diabetes Atlas. Sixth Edition. 2014 Update. P.

14. Diakses dari www.idf.org/regions/wetern-pacific. pada tanggal 27 Agustus

2015 jam 15.25 wib.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013. Kementerian Kesehatan RI. P 88-90. Diakses dari http://www.litbang.depkes.go.id. pada tanggal 27 Agustus 2015 jam 8.12 wib. Hunt, Caralise W, et al. 2012. Relationships Among Self-Efficacy, Social Support, Social

Problem Solving, and Self-Management in Rural Sample Living With Type 2 Diabetes Mellitus. Springer Publishing Company. P. 127. Diakses dari www.search.proquest.com. pada tanggal 25 Agustus 2015 jam 16.09 wib.

Ariani.Yesi, Ratna Sitorus dan Dewi Gayatri. 2012. Motivasi Dan Efikasi Diri Pasien Diabtes Melitus Tipe 2 Dalam Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia. Volume 15. No. 1. Hal. 29-38.

Wahyuni. Yuli, Nursiswati dan Anastasia Anna. 2014. Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Volume 2. No. 1. Hal 25-34.

Yusra, Aini. 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis.

Rahmawati. Fuji, Elsa Pudji Setiawati dan Tetti Solehati. 2015. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.

Liu, Tingting & Nell Hodgson Woodruff. 2012. A Concept Analysis of Self Efficacy Among Chinese Elderly with Diabetes Mellitus. Wiley Periodicals, Inc. Nursing Forum. Volume 47. No. 4. P. 226-235. Tanggal 07-08-2015 jam 14.39 wib.

Stipanovic. 2003. The effects of diabetes education on self-efficacy and self care (Thesis master, Unversity of Manitoba) University of Manitoba, Canada.

Misra, Ranjit & Julie Lager. 2008. Predictors of Quality of Life Among Adults with Type 2 Diabtes Mellitus. Elsevier. Journal od Diabtes and Its Complication 22. P. 217-223. Tanggal 28-08-2015 jam 12.54 wib.

Nursari, Made, Dkk. 2014. Hubungan Efikasi Diri Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabtes Melitus di Poliklinik Interna BLUD RSUD Sanjiwani Gianyar. Keperawatan Jiwa, Komunitas dan Manajemen. Desember Vo. 1 No. 2. P. 186-192.

Mayberry, Lindsay S, Chandra Y. Osborn. 2012. Family Support, Medication Adherence, and Glycemic Control Among Adults With Type 2 Diabetes. Clinical Care/Education/Nutrition/Psyhosocial Research. Diabtes Care Vol. 35. P. 1239-1245.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

100 J. C, Ozougwu, et al. 2013. The Pathogenesis and Pathophysiology of Type 1 and Type 2

Diabetes Mellitus. Journal of Physiology and Pathophysiology. Academic Journal Vol 4(4). P. 46-57.

Loghmani, Emily. 2005. Guidelines for Adolescent Nutrition Services. P. 167-182.

Permatasari, Leya Indah, dkk. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dan Self Efficacy

Dengan Perawatan Diri Lansia Hipertensi. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2.

Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas

“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “ Semarang, 7 November 2015

101 KEEFEKTIFAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DI NEGARA

BERKEMBANG DENGAN LINGKUNGAN YANG KURANG

Dalam dokumen M01891 (Halaman 112-118)