• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bercerita dengan Urutan yang Baik

1 . Menentukan pokok-pokok cerita.

2 . Merangkai pokok-pokok cerita menjadi cerita yang baik dan menarik.

3 . Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture, dan mimik yang tepat.

Materi:

Pengalaman mengesankan.

Bercerita merupakan tradisi yang sudah membudaya sejak zaman dahulu. Bercerita termasuk sarana yang menarik untuk berkomunikasi atau meyampaikan pesan kepada orang lain. Setiap kali mendapatkan pengalaman baru, muncul kecenderungan seseorang untuk segera menceritakannya kepada orang lain. Untuk memantapkan kemampuanmu dalam bercerita, kali ini kamu diajak bercerita dengan urutan yang baik.

Kata Kunci: Menentukan – Merangkai – Bercerita dengan Urutan yang Baik

Berikut ini hal-hal yang perlu kamu lakukan agar dapat bercerita dengan menarik dan runtut.

1.

Menentukan Pokok-Pokok Cerita

Langkah pertama yang perlu kamu lakukan adalah menentukan pokok-pokok cerita. Pilihlah peristiwa yang paling menarik dan mengesankan! Kemudian ingatlah urutan peristiwanya! Untuk

Dok. Penerbit

Gambar 2.4 Berlatih bercerita di depan teman sekelompok

jahat. Namaku dulu adalah Somad, perompak ulung di Sungai Tulang Bawang. Dulu aku selalu merampok setiap saudagar yang ber- layar di sini. Semua hasil rampokanku kusim- pan dalam gua ini. Kalau aku butuh makanan maka harta itu kujual sedikit di pasar desa tepi sungai. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa aku telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubung- kan gua ini dengan desa tersebut.”

Tanpa disengaja, si buaya perompak ter- sebut sudah membuka rahasia gua tempat kediamannya. Secara saksama Aminah menyi- mak dan mengingat keterangan berharga itu. Buaya itu selalu memberinya hadiah perhias- an. Harapannya adalah agar Aminah mau te- tap tinggal bersamanya. Namun, keinginan

Aminah untuk segera kembali ke kampung halamannya makin menjadi-jadi.

Pada suatu hari, buaya perompak terse- but sedikit lengah. Ia tertidur dan mening- galkan pintu guanya terbuka. Si Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. Di balik gua itu ditemukannya sebuah terowongan yang sempit. Setelah cukup lama menelusuri tero- wongan itu, tiba-tiba ia melihat sinar matahari. Betapa gembiranya ia ketika keluar dari mulut terowongan itu. Aminah ditolong oleh penduduk desa yang sedang mencari rotan. Lalu, Aminah memberi mereka hadiah sebagi- an perhiasan yang dibawanya. Aminah akhir- nya bisa kembali ke desanya dengan selamat. Ia pun selanjutnya hidup tenteram di sana.

(Diadaptasi secara bebas dari Abdul Hakim,

Buaya Perompak, Selusin Cerita Rakyat, Jakarta: CV Danau Singkarak, 1980, hal. 20–27)

22

itu, kamu harus menguasai bahan cerita yang ingin kamu sampaikan. Tujuannya adalah agar kamu dapat menyampaikannya dengan lancar. Akan lebih baik jika pokok-pokok cerita tersebut kamu tuangkan dalam bentuk kerangka cerita seperti contoh berikut ini.

Topik Peristiwa : Tersesat di Kawasan Tugu Monas

Pokok-pokok Cerita : 1. Berada di cawan Tugu Monas 2. Menikmati diorama

3. Terpisah dari rombongan 4. Berputar-putar di pelataran 5. Pulang menuju tempat parkir bus 6. Gagal menemukan tempat parkir bus

2.

Merangkai Pokok-Pokok Cerita Menjadi Urutan Cerita yang Baik

Pokok-pokok yang dituangkan ke dalam kerangka di atas, dapat dikembangkan menjadi cerita yang menarik, misalnya, seperti berikut ini.

Tersesat di Kawasan Tugu Monas

naik tangga, kami pun dapat menggapai pelataran Monas yang cukup luas.

Selanjutnya, kami di- arahkan untuk masuk ke pintu cawan. Suasana panas berubah menjadi sejuk begitu kami memasuki ruang yang sedikit gelap. Di sana, aku takjub menyaksikan diorama yang menggambarkan se- jarah perjuangan para penda- hulu negeri ini, mulai dari masa kerajaan, revolusi fisik, hingga Indonesia merdeka dan membangun.

Karena terlalu asyik me- natap diorama di tengah sua- sana ruang cawan yang remang-remang, aku tidak dapat melihat dengan jelas teman-temanku. Sepasang mataku mulai bergerak mengawasi setiap orang yang berada di ruang cawan. Namun, aku tak melihat teman- temanku. Aku mulai cemas.

Karena takut tertinggal oleh rombongan, aku bergegas keluar dari cawan menuju pelataran Monas. Aku berputar-putar dari satu sudut ke sudut yang lain. Namun, tak satu pun teman- temanku yang dapat kulihat batang hidungnya. Perasaan cemas berubah menjadi kalut.

”Jangan-jangan, mereka sudah berada di tempat parkir?” tanyaku dalam hati. Dihinggapi pertanyaan semacam itu, aku segera turun dari Usai dari Taman Mini

Indonesia Indah (TMII), kami melaju ke kawasan Tugu Monas. Rombongan kami diangkut oleh tiga armada bus. Setiap bus di- dampingi oleh lima guru pembimbing. Guru pembim- bing itulah yang senantiasa memberikan pengarahan se- lama pelaksanaan kar- yawisata ini berlangsung, termasuk ketika tiba di ka- wasan Monas nanti. Kami selalu diingatkan agar ja- ngan sampai terpisah dari rombongan.

Setelah melalui lalu lintas kota Jakarta yang

padat, kami pun tiba di kawasan Tugu Monas. Di sana, sudah banyak rombongan wisata dari berbagai kalangan.

Kami segera diajak menuju Tugu Monas. Dari tempat parkir menuju Monas, aku tak henti- hentinya memandang puncak Monas yang tinggi menjulang seperti menyentuh langit. Sengatan terik matahari bukan halangan bagiku untuk mengagumi kokohnya bangunan Monas. Kami harus antre dan berdesak-desakan dengan rombongan wisata lain untuk masuk ke lokasi. Namun, berkat kesigapan guru pembim- bing, rombongan kami diberi kesempatan untuk masuk ke pintu lebih awal. Lega rasanya. Setelah

w

w

w

.indonesiabogota.or

g

3.

Bercerita dengan Penghayatan yang Menarik

Hal lain yang penting diperhatikan dalam bercerita adalah penghayatan. Penghayatan terhadap nada dan suasana cerita sangat menentukan keberhasilan bercerita.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar mampu bercerita dengan penghayatan yang menarik adalah suara, lafal, intonasi, gesture, dan mimik. Dalam bercerita, suara harus jelas terdengar oleh orang lain. Demikian juga masalah lafal. Semua bunyi, baik vokal maupun konsonan, harus jelas. Bunyi vokal, seperti /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, harus dapat dibedakan dengan jelas.

Selain itu, intonasi juga harus diperhatikan. Intonasi adalah alunan nada dalam melafalkan kata-kata. Jadi, ada kata-kata yang perlu dilafalkan berdasarkan tempo (cepat atau lambat) dan tekanan (keras atau lembut). Hal ini dimaksudkan agar cerita yang kita sampaikan tidak monoton. Tempo dan tekanan terhadap kata-kata dalam bercerita harus didasarkan kepada nada dan suasana cerita. Nada dan suasana haru, misalnya, akan lebih tepat jika dilafalkan dengan tempo yang lambat dan tekanan yang lembut. Hal ini berbeda jika untuk nada marah. Untuk nada marah harus dilafalkan dengan tempo cepat dan tekanan yang keras.

Suara, lafal, dan intonasi tersebut perlu didukung oleh gesture (gerak-gerik anggota badan) dan mimik (gerak-gerik roman muka). Penggunaan gesture, misalnya, gerak tangan, harus sesuai dengan suasana cerita dan tidak boleh berlebihan. Mimik harus mampu memancarkan nada dan suasana cerita. Mimik orang sedih tentu berbeda dengan mimik orang bergembira, marah, dan sebagainya.

Bercerita cukup menarik, bukan? Sekarang, cobalah kamu bercerita sendiri! Ayo, laksanakan kegiatan berikut ini secara mandiri dengan penuh semangat!

pelataran Monas menuju tempat parkir bus. Dengan langkah tergesa-gesa, aku segera me- nuju ke tempat yang aku yakini menjadi tempat parkir bus yang mengangkut rombongan kami. Namun, rupanya tempat yang aku tuju itu keliru. Ternyata, bukan tempat parkir bus rombongan wisata, tetapi bus milik kantor instansi, entah ins- tansi apa namanya.

Aku bertanya kepada seorang satpam pen- jaga sebuah kantor instansi. Beruntung, Pak Sat- pam itu menjawab pertanyaanku dengan ramah.

Dia segera menunjukkan lokasi parkir bus wisata. Wah, cukup jauh juga! Berdasarkan petunjuk Pak Satpam, aku masih harus berjalan sekitar dua setengah kilometer lagi. Keringat mulai mengucur deras di sekujur tubuhku. Namun, karena tidak ingin tersesat berlama-lama di kawasan Tugu Monas, aku bergegas menuju lokasi parkir bus wisata seperti yang ditunjukkan Pak Satpam. Rasa haus dan capek tak lagi kuhiraukan. Ke- inginanku hanya satu, dapat berkumpul lagi ber- sama rombongan.

(Sumber: Dokumen Sawali, 2007)

Kerja Mandiri 1

Coba kerjakan dengan baik di buku tugasmu!

1. Ingat-ingatlah peristiwa menarik dan mengesankan yang pernah kamu alami! 2. Berdasarkan peristiwa yang kamu pilih, susunlah kerangka ceritanya! 3. Kembangkan kerangka cerita tersebut menjadi cerita yang lengkap!

4. Ceritakan di depan kelas dengan urutan yang baik, serta dengan suara, lafal, intonasi, gesture, dan mimik yang tepat!

24

C

MEMBACA

Menemukan Kata dan