• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menanggapi Cara Pembacaan Cerpen

1. Menangkap isi, pesan, dan suasana cerpen yang didengarkan.

2. Mengungkapkan lafal, intonasi, dan ekspresi pembaca cerpen.

3. Menanggapi cara pembacaan cerpen.

Materi:

Cerpen.

Cerita pendek (cerpen) termasuk genre sastra yang cukup populer. Setiap hari Minggu, koran memuatnya sebagai salah satu rubrik yang diunggulkan karena sangat diminati pembaca. Minat itu disebabkan karena banyaknya manfaat yang didapatkan dari membaca cerpen. Kamu pasti pernah membaca cerpen dalam koran, bukan?

Kata Kunci: Menangkap – Mengungkapkan – Menanggapi

Dok. Penerbit

Gambar 7.2 Menyimak pembacaan cerpen

Kerja Kelompok

Coba kerjakan bersama kelompokmu!

1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas lima anggota!

2. Salah seorang anggota dari masing-masing kelompok membaca puisi berikut!

Derai Derai Cemara

Karya: Chairil Anwar

cemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam

ada beberapa dahan di tingkap merapuh dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu memang ada suatu bahan yang bukan dasar perhitungan kini hidup hanya menunda kekalahan

tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah

3. Gunakan tabel seperti yang dicontohkan di depan untuk mencatat unsur-unsur yang

akan dikomentari!

4. Diskusikan dengan sesama anggota tentang hal-hal yang telah dicatat sebagai dasar

untuk memberikan komentar!

5. Berilah komentar melalui juru bicara dengan cara yang sopan disertai dengan alasan

Bocah Taman

Karya: Rama Dira J.

Angin musim gugur berputar-putar, menjel- makan tarian dedaunan. Seekor kucing betina yang terdampar begitu saja di taman itu mengejar- ngejar, menerkam, dan mencakar-cakar gulungan dedaunan yang tampak sebagai sesosok binatang lain.

Di tepi danau itu, si bocah tak peduli. Ia asyik

memangku buku gambarnya di atas kursi kayu yang diteduhi pohon ketapang. Beberapa pensil warna ia coretkan pada kertas gambarnya. Ia hanya memilih warna-warni tertentu: abu-abu, hitam, dan cokelat. Mulanya ia menggambar gedung sekolah tingkat dua, lengkap dengan halaman bermain dan tiang bendera yang menjulang tinggi. Tentu ia tak sekadar berimajinasi. Gedung sekolah dalam buku gambar- nya, benar-benar ada di seberang danau, masih dalam jangkauan pandang.

Meski tangannya aktif menggambar, pikirannya menerawang memikirkan rumah. Semalam, ia tak dapat tidur sehabis melihat hantu. Ia takut, ia ingin ber- sama ayah dan ibu. Dalam banyak film anak-anak yang pernah ia tonton, biasanya ketika si anak tak bisa tidur, ia akan menemui ayah atau ibunya. Kemudian dengan tangan terbuka ayah atau ibunya mau menerima, mengajaknya untuk tidur bersama mereka. Atau paling tidak, mereka menemani si bocah di kamarnya, mendongengkan suatu kisah indah sampai si bocah terlelap dan ketika bangun di pagi harinya ia telah menjadi lupa bahwa semalam ia telah melihat sesosok hantu.

Tak seperti itu yang ia alami. Gambaran kehi- dupan keluarga indah dalam film-film itu tak ada dalam kehidupan nyatanya. Ia beberapa kali menge- tuk pintu kamar mereka, tak ada ucapan untuk mem- persilakan masuk. Ketika kemudian, pada akhirnya terdengar suara ayahnya yang sedikit geram, mempersilakannya masuk dan mengatakan bahwa pintu tidak dikunci, ia membuka daun pintu itu perlahan-lahan dan terlihatlah ibunya yang tidur

dengan begitu pulas, memunggungi si ayah yang masih terjaga demi membaca buku tebal se- bagaimana biasanya.

Ia kemudian tak jadi masuk karena ayahnya menyambut dengan pandangan sepasang mata marah dari balik kacamatanya. Ini bukan kali pertama. Pandangan itu acap kali ia terima. Ia tahu, jika sudah seperti itu, berarti ayahnya tak mau diganggu.

Selalu seperti itu sikap mereka padanya hingga ia seolah tak berayah beribu. Dua orang itu ada, tapi menganggap si bocah tak ada. Sejalan dengan penumpukan waktu, rasa bersalah dalam dada si bocah semakin menebal.

Rasa bersalah si bocah tak pernah hilang. Serupa bola salju yang menggelinding dari ke- tinggian, rasa yang menyesak di dada itu semakin perih. Tak ada lagi yang dapat menghalanginya untuk memikirkan bahwa ia memang terlahir sebagai kutukan sehingga ia nyata sebagai bocah yang tak patut diperhitungkan keberadaannya, di mana pun, kapan pun.

Si bocah mengira, setelah ia masuk sekolah, ia dapat bertemu dengan orang di dunia luar yang menganggapnya ada. Lagi-lagi ia menduga akan mendapatkan teman-teman yang dapat diajak dan mengajaknya bercanda, bermain sehingga kemudian ia bisa terlepas dari penderitaannya.

Namun, semuanya hanya sampai pada batas perkiraan. Di sekolah pun, tak ada yang menghirau- kannya. Tak ada murid-murid lain yang sudi berte- man dengannya. Mereka lebih tertarik mengejek model potongan rambutnya, mereka menertawakan warna kulitnya yang serba memutih, putih yang lebih putih daripada kulit yang paling putih milik orang lain yang pernah mereka lihat. Dari murid- murid yang meneriakinya itu, dia akhirnya tahu bah- wa ia menderita albino.

(Dikutip dari Media Indonesia, 17 September 2006)

Pada pembelajaran kali ini, kamu diajak menanggapi cara pembacaan cerpen. Ayo, coba kamu dengarkan dengan saksama pembacaan cerpen yang akan dilakukan oleh temanmu berikut ini!

Sebuah cerpen yang menarik. Melalui cerpen tersebut, kita diajak mengikuti persoalan hidup seorang anak yang menderita kelainan fisik sehingga tidak diterima oleh masyarakat di sekelilingnya.

110

Bagaimana kesanmu terhadap pembacaan yang dilakukan oleh temanmu? Apa saja kelebihan dan kekurangannya? Langkah apa saja yang perlu dilakukan agar dapat memberikan tanggapan terhadap cara pembacaan cerpen tersebut dengan baik? Ayo, simaklah uraian berikut ini dengan saksama!

1.

Memahami Isi, Pesan, dan Suasana dalam Cerpen

Isi cerpen berkaitan dengan rangkaian cerita. Pesan berkaitan dengan pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Adapun suasana berkaitan dengan kesan emosional yang terungkap dalam cerpen, seperti haru, sedih, lucu, senang, dan sebagainya.

Untuk mempermudah pencatatan hal-hal penting dalam cerpen, kita dapat menggunakan tabel pencatatan isi, pesan, dan suasana seperti berikut ini.

Tabel Pencatatan Isi, Pesan, dan Suasana

Judul Cerpen : Bocah Taman

Pengarang : Rama Dira J.

2.

Mengungkapkan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi Pembaca Cerpen

Memahami isi, pesan, dan suasana dalam cerpen sangat besar manfaatnya ketika kita akan memberikan tanggapan terhadap pembacaan sebuah cerpen. Dengan memahami unsur-unsur tersebut, kita dapat memberikan penilaian yang lebih objektif terhadap lafal, intonasi, dan ekspresi yang dilakukan oleh pembaca.

Untuk dapat mengungkapkan lafal, intonasi, dan ekspresi pembaca, kita perlu membuat catatan yang berkaitan dengan unsur-unsur tersebut, misalnya, menggunakan tabel seperti di bawah ini.

Tabel Pengungkapan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi

Nama Pembaca Cerpen : Rita Simanungkalit

Judul Cerpen : Bocah Taman (Karya Rama Dira J.)

Unsur Keterangan

Isi Cerpen Bocah Taman mengungkapkan tentang persoalan hidup yang dialami seorang bocah yang menderita kelainan fisik sehingga terpaksa hanya berteman dengan seekor kucing di taman akibat tidak diterima oleh orang-orang di sekelilingnya, bahkan oleh kedua orang tuanya. Untuk mengisi hari-harinya yang penuh penderitaan, ia melukis apa saja yang melintas dalam benaknya dan bercanda dengan seekor kucing di sebuah taman. Pesan Tidak selayaknya orang tua menyia-nyiakan seorang anak yang lahir dalam keadaan menderita kelainan fisik. Bagaimanapun keadaannya, dia adalah amanat Tuhan yang harus dibesarkan dengan perhatian dan kasih sayang agar mampu membangkitkan semangat hidupnya. Suasana Suasana yang terungkap dalam cerpen ini adalah perasaan haru menyaksikan penderitaan

hidup bocah taman yang disisihkan oleh lingkungan. Ketika mau bergaul dengan teman- teman sebayanya, dia justru sering dihina dan diejek.

Unsur Keterangan *) Catatan

Ya Tidak Lafal

a. Suara dapat didengar dengan jelas b. Bunyi vokal dan konsonan dilafalkan

dengan jelas

Intonasi

a. Tekanan (keras lembut) ucapan sesuai dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen

b. Jeda (perhentian) sesuai dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen

3.

Menanggapi Cara Pembacaan Cerpen

Setelah memperoleh data selama mengikuti pembacaan cerpen, selanjutnya kita merangkai hal-hal yang telah kita catat menjadi sebuah tanggapan yang runtut, logis, dan jelas. Ayo, perhatikan contoh tanggapan berikut ini!

*) Bubuhkan tanda cek () pada kolom yang sesuai!

Ekspresi

a. Melakukan kontak mata dengan penon- ton

b. Gerak-gerik roman muka sesuai dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen

c. Gerak tangan sesuai dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen d. Gerak kepala sesuai dengan isi, pesan, dan

suasana yang terkandung dalam cerpen e. Gerakan kaki sesuai dengan isi, pesan, dan

suasana yang terkandung dalam cerpen f. Perpindahan tempat untuk mendukung

isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen – – – – – – – –

c. Tempo (cepat lambat) ucapan sesuai dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen

d. Nada (tinggi rendah) ucapan sesuai dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen

Pandangan mata masih terfokus pada teks yang dibaca, belum ada komuni- kasi dengan penonton melalui kontak mata.

Gerak-gerik roman muka belum mendukung penggambaran karakter tokoh dan suasana cerita.

Gerakan kaki terkesan kaku, lutut sering ditekuk.

Hanya berdiri di satu tempat sehing- ga kurang mendukung rangkaian isi cerita.

Terlalu cepat dalam membaca, sehing- ga isi, pesan, dan suasana yang ter- kandung dalam cerpen menjadi kabur. Tinggi rendahnya ucapan belum mendukung suasana cerpen. Suasana yang seharusnya diucapkan dengan nada yang rendah justru diucapkan dengan nada tinggi.

Kelebihan di- sertai alasan. Kekurangan disertai alas- an. Saran Nama Pembaca Cerpen : Rita Simanungkalit

Judul Cerpen : Bocah Taman (Karya Rama Dira J.)

Sungguh menarik mengikuti pembacaan cerpen Bocah Taman karya Rama Dira J. yang dilakukan oleh Rita Simanungkalit. Suaranya dapat didengar dengan jelas, bunyi vokal dan konsonan pun diucapkan dengan artikulasi yang jelas. Keras lembutnya ucapan juga sangat cocok dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen. Demikian juga dalam hal penempatan jeda, gerak tangan, dan gerak kepala, Rita Simanungkalit mampu melakukannya dengan baik.

Akan tetapi, Rita Simanungkalit terlalu cepat dalam membaca, bahkan terkesan tergesa-gesa, sehingga dapat mengaburkan isi dan jalan cerita. Tinggi rendahnya ucapan juga belum mendukung suasana cerpen. Suasana cerpen yang seharusnya diucapkan dengan nada yang rendah justru diucapkan dengan nada tinggi. Pandangan mata masih terfokus pada teks yang dibaca, sehingga kehilangan kontak dengan penonton. Perubahan mimik juga belum mendukung penggambaran karakter tokoh dan suasana cerita, gerakan kaki masih terkesan kaku, bahkan lutut sering ditekuk. Selain itu, Rita Simanungkalit hanya berdiri di satu tempat sehingga kurang mendukung rangkaian isi cerita

Meskipun demikian, jika Rita Simanungkalit rajin berlatih dengan sungguh- sungguh, saya memiliki keyakinan, dia dapat menjadi pembaca cerpen yang hebat.

112

Menanggapi pembacaan cerpen mirip dengan menanggapi pembacaan puisi. Ada tiga hal penting yang perlu dikemukakan, yaitu kelebihan dan kekurangan disertai dengan alasan yang masuk akal, sertasaran. Kita tidak perlu mencari-cari kekurangan seorang pembaca cerpen. Data yang kita catat harus benar-benar objektif dengan disertai alasan yang jelas dan masuk akal.

Ayo, kerjakan kegiatan berikut ini!

Coba kerjakan bersama teman sebangkumu!

1. Carilah cerpen di majalah, koran, atau buku kumpulan cerpen! Pilihlah satu cerpen yang kamu sukai untuk dibaca!

2. Buatlah tabel pencatatan isi, pesan, dan suasana seperti contoh di depan! 3. Buatlah pula tabel catatan lafal, intonasi, dan ekspresi seperti contoh di depan!

4. Kamu dan temanmu membacakan cerpen secara bergantian. Simaklah saat temanmu

membacakan cerpennya, sambil mengisi tabel yang telah kamu siapkan!

5. Berdasarkan catatanmu, berikanlah tanggapan secara tertulis atas pembacaannya!

6. Setelah tanggapan kamu bacakan, kumpulkan tanggapan tertulismu kepada guru

bersama dengan pasangan yang lain!

7. Lakukan dengan bimbingan guru!

C

MEMBACA

Mengungkapkan Hal-Hal