• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya: Duryatin Amal

Rima dan Ramli tinggal bertiga dengan ibu mereka. Rima kini baru masuk SLTP. Ramli naik ke kelas IV SD. Ibu mereka bekerja sebagai pencuci pakaian. Walaupun demikian, Rima

dan Ramli tetap bercita-cita tinggi. Mereka selalu rajin belajar dan tidak putus asa.

Tahun ini, Rima sangat bangga karena ia diterima di salah satu SLTP negeri favorit. Rima

Gambar 3.6 Miranda membuka bungkusan nasi goreng buatan ibu Rima

harus menjalani MOS (Masa Orientasi Siswa) selama tiga hari pertama. Pada masa itu, ia bisa berkenalan dengan siswa lainnya. Juga dengan kakak kelas dan dengan program sekolahnya.

Pada hari kedua MOS, Kak Mimi, salah satu anggota OSIS, memberikan pengum- uman, ”Adik-adik kelas satu, besok ada acara tukaran

makanan. Jadi, kalian semua harus bawa makanan sendiri- sendiri. Nantinya akan saling ditukarkan!”

Setiba di rumah, Rima menceritakan tugasnya itu kepada Ibu.

”Bu, bagaimana kalau besok Rima bawa nasi goreng saja? Murah dan mudah kan Bu?” ujar Rima.

Paginya, Rima membantu ibunya me- masak nasi goreng. Nasi goreng itu lalu di- bungkus dengan daun pisang yang diambil dari kebunnya.

”Terima kasih, ya, Bu. Rima berangkat dulu, ya!” pamit Rima pada ibunya. Dengan gembira ia mengayuh sepeda tuanya menuju ke sekolah. Beberapa saat kemudian, Rima sudah berada di dalam kelas. Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya tibalah acara yang dinanti-nanti Rima. Acara pertukaran makanan. Makanan yang dibawa murid-murid lalu dikumpulkan di meja guru. Rima mulai tegang. Bagaimana jika makanannya jatuh pada temannya yang kaya? Apa dia mau memakan nasi gorengnya yang sederhana? Rima takut kalau-kalau teman-temannya mencemooh masakan itu.

Akhirnya, saat pembagi- an makanan pun tiba. Rima mendapat makanan dari Rio. Sedangkan nasi goreng bung- kusannya diterima Miranda. Rima tidak langsung membuka kotak bekal dari Rio. Ia melirik ke arah Miranda yang mem- buka bungkusan nasi goreng- nya itu.

Wow, enak sekali! Punya siapa ini?” tanya Miranda.

”Itu punyaku,” jawab Rima. ”Rim, siapa yang memasak nasi goreng ini?” tanya Miranda. ”Ibuku,” sahut Rima sedikit lega. ”Kebetulan, lusa ulang tahunku. Aku sedang cari makanan katering. Apa ibumu mau menerima pesanan nasi goreng seperti ini?” tanya Miranda.

”Bisa! Tentu saja bisa! Nanti akan aku bicarakan dengan ibuku,” sahut Rima senang. Kabar ini cepat menyebar. Sampai pada saat istirahat kedua, saat Rima sedang jalan di kantin, ibu penjual di kantin bertanya.

”Kamu Rima, ya?” tanyanya.

”Iya. Ada apa, Bu?” tanya Rima heran. ”Begini, Ibu mau pesan nasi goreng buat- an ibumu yang katanya enak itu. Mau Ibu jual di kantin ini. Kalau bisa, lusa Ibu pesan lima puluh bungkus dulu. Kalau laris, nanti Ibu akan pesan lebih banyak lagi!”

Sampai di rumah, Rima berlari-lari mendekati ibunya yang sedang memasak. Ia bercerita tentang pesanan nasi goreng yang diterimanya tadi.

Oh, Ibu senang sekali!” Ibu memeluk Rima. Mereka sangat bersyukur untuk berkat Tuhan hari itu.

(Dikutip dari Bobo No. 35/XXX)

3. Diskusikan secara berkelompok untuk menentukan unsur-unsur intrinsik dalam kutipan cerpenNasi Goreng!

4. Berikan komentar terhadap kutipan cerpen tersebut disertai dengan alasan yang logis! 5. Sampaikan hasil diskusi kelompokmu di depan kelas melalui juru bicara!

6. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja kelompokmu! 7. Kumpulkan hasil kerja kelompokmu dengan kelompok lain, kemudian jilidlah menjadi

40

Banjarmasin, 23 Juli 2007 Kepada Ayahanda dan Ibunda tersayang

di Semarang Salam sejahtera,

Dengan ini Ananda kabarkan bahwa Rani dalam keadaan sehat walafiat. Ananda berharap semoga Ayahanda dan Ibunda juga demikian.

Ayahanda dan Ibunda yang baik,

Saat ini Rani memasuki hari-hari pertama masuk sekolah. Senang rasanya bisa bersahabat dengan teman-teman di Banjarmasin. Mereka ramah-ramah dan sangat bersahabat seperti halnya teman-teman di Jawa. Kekhawatiran Rani bahwa nanti Rani akan terkucil dari pergaulan ternyata tak terbukti. Meskipun berlainan suku, budaya, dan agama, kami bisa bergaul akrab dan terbuka. Rani bisa diterima di tengah- tengah mereka seperti saudara. Sungguh menyenangkan.

Ayahanda dan Ibunda, selain mempunyai banyak sahabat di sekolah, Rani juga senang ikut keluarga Paman. Bibi sangat baik dan pengertian. Demikian juga dua keponakan Rani yang masih duduk di bangku SD. Kami selalu belajar bersama dengan ceria dan menyenangkan. Meskipun sibuk, Paman juga masih sempat meluangkan waktu untuk bercanda dengan kami. Paman memang kukenal sebagai pekerja ulet. Sebagian besar waktunya dicurahkan untuk membesarkan industri rumah tangganya di area yang cukup luas di belakang rumah. Pekerjanya sudah puluhan. Celana jeansyang diproduksinya cukup laris di pasaran.

Rasanya hanya itu yang bisa Rani kabarkan. Semoga, pada liburan semester yang akan datang Rani bisa pulang ke Jawa. Ananda sudah rindu pada Ayah, Ibu, Yuki, dan Anton, serta sahabat-sahabat di Jawa.

Oh iya, bagaimana kabar Yuki dan Anton? Baik-baik saja, kan? Tolong, cubitkan pipi mereka untuk Rani. Sekian dulu surat dari Ananda, mohon maaf jika ada kekurangan serta mohon doa restu agar Ananda bisa sukses dalam belajar. Terima kasih atas perhatian Ayahanda dan Ibunda.

Sembah sujud Ananda,

Rani Atarmavia

Pernahkah kamu menulis surat untuk orang tua, saudara, atau sahabat? Surat yang kamu tulis untuk sahabat atau keluarga disebut surat pribadi.

Selain surat pribadi, ada juga surat resmi. Surat resmi adalah surat yang dikeluarkan oleh lembaga, instansi, atau organisasi. Pada umumnya, surat resmi ditulis pada kertas berkop atau kertas surat yang dikeluarkan oleh lembaga, instansi, atau organisasi yang bersangkutan.

Kata Kunci: Menentukan – Menulis Surat Pribadi – Menyunting Surat

Ayo, perhatikan dengan saksama contoh surat berikut ini!