• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dedy Saptaria Rosa 12

Pendahuluan

Pada tahun 1960, Gwalia merupakan salah satu kota yang sangat ramai dikunjungi di Australia, Terletak sekitar 800 km di sebelah timur Kota Perth, Australia Barat, Gwalia merupakan kota tambang emas terbesar pada jamannya. Namun pada tahun 1963, ratusan pekerja tambang dan keluarganya mendadak pergi meninggalkan kota tersebut lantaran tambang emas Sons

of Gwalia ditutup. Setelah itu, kota Gwalia berubah menjadi sepi layaknya

kota hantu (Ibrahim). Cerita di atas merupakan salah satu contoh fenomena

ghost town yang cukup sering terjadi pada kota-kota yang dibangun dan

berkembang oleh aktivitas pertambangan. Kota-kota ini berkembang pesat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, namun seiring berjalannya waktu mengalami kelumpuhan dan ditinggalkan masyarakat akibat aktivitas tambang berakhir.

Di Indonesia sendiri, terdapat banyak kota-kota terkenal yang berkembang akibat adanya aktivitas penambangan di daerahnya. Sebut saja Dumai (Minyak Bumi), Sawahlunto (Batubara), Bontang (Gas Alam), Sorowako (Nikel), Tembagapura (Tembaga), dll. Tanpa Perencanaan yang berkelanjutan, kota-kota ini dapat berpotensi menjadi ghost town di kemudian hari.

Pemerintah Indonesia melalui berbagai peraturan dan turunannya, telah memberikan aturan hukum yang jelas terkait pelaksanaan kegiatan pertambangan yang berkelanjutan. Di antaranya melalui Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang; Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2020 tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan; Keputusan Menteri ESDM No. 1827 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik; serta Peraturan Menteri

ESDM No. 26 Tahun 2018 tentang pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik dan pengawasan pertambangan mineral dan batubara. Peraturan-peraturan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pelaksana usaha agar dapat menjalankan aktivitas usaha pertambangannya dan terbentuknya keberlanjutan pascatambang.

PT Bukti Asam Tbk (PTBA) dengan pusat operasi pertambangan yang terletak di daerah Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, berkomitmen dalam mewujudkan ekosistem pascatambang yang berkelanjutan, baik dari sisi lingkungan, ekonomi, dan sosial melalui program Tanjung Enim Kota Wisata (TEKW) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Muara Enim. Melalui TEKW, diharapkan kota Tanjung Enim dapat menjadi salah satu kota wisata yang dapat berkembang secara mandiri pascakegiatan pertambangan di kota tersebut selesai. Salah satu bagian dari program TEKW adalah pembangunan Taman Koleksi di lahan reklamasi pascatambang PTBA.

Taman koleksi mengacu pada terminologi Taman Kehati sebagaimana dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2012 tentang taman keanekaragaman hayati, merupakan suatu kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal yang mempunyai fungsi konservasi in-situ dan/ atau ex-situ. Kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan seperti koleksi tumbuhan, pengembangbiakan tumbuhan dan satwa, sumber benih dan bibit, sumber genetik tumbuhan, pengembangan ilmu pengetahuan dan ekowisata.

Realitas dan Harapan

Kegiatan pertambangan batubara di daerah Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim sudah mulai dilakukan sejak jaman Belanda dengan menggunakan sistem penambangan terbuka (open pit mining). Pada tahun 1923–1940, selain menggunakan metode penambangan terbuka dilakukan pula penambangan dengan metode penambangan bawah tanah (underground

mining). Pada tahun 1938 mulai dilakukan produksi untuk kepentingan

komersil. Setelah kolonialisme Belanda di Indonesia berakhir, status tambang berubah menjadi pertambangan nasional sehingga pada tahun 1950 terbentuk

Perusahaan Negara tambang Arang Bukit Asam (PN TABA) yang kemudian berganti nama menjadi PT Bukti Asam Tbk. Hingga saat ini, PTBA masih terus mengembangkan kegiatan usaha pertambangan batubara di daerah Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim (Gambar 12.1).

Kegiatan pertambangan batubara di Tanjung Enim masih terus Gambar 12.1

dilakukan sejak jaman kolonial Belanda hingga saat ini (Dok. PTBA)

Kegiatan usaha pertambangan yang telah dilakukan sejak jaman dahulu dapat menimbulkan ketergantungan perkembangan kawasan Tanjung Enim terhadap industri tambang batubara yang dapat habis di masa mendatang yang dapat berpotensi terjadinya fenomena ghost town. Untuk menghadapi hal tersebut, PTBA berusaha menerapkan konsep Green Mining dan peduli lingkungan dalam kegiatan operasional usahanya. Salah satunya adalah melalui pembangunan Taman Koleksi Bukit Asam pada salah satu areal reklamasi pascatambang (Gambar 12.2).

Lahan reklamasi pascatambang PTBA untuk pembangunan Gambar 12.2

taman koleksi

Kegiatan pertambangan batubara secara terbuka (open pit mining) dapat merubah suatu bentuk bentang alam yang memberikan dampak terhadap lingkungan sekitar. Penurunan nilai fungsi suatu kawasan pasca dilakukannya kegiatan penambangan batubara, baik fungsi ekologis, ekonomis, maupun sosial. Untuk mengurangi dampak tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya yang salah satunya adalah kegiatan reklamasi. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya (Munir and Setyowati). Program reklamasi lahan bekas tambang merupakan program wajib yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan baik swasta maupun non swasta, di mana peraturan kewajiban reklamasi tambang sudah di atur oleh UU No. 4 Tahun 2009 pasal 96 dan diikat oleh Perpu No. 78 Tahun 2010 pasal 2 ayat 1 tentang Reklamasi Pasca Tambang.

Sebagai upaya PTBA mendukung program Tanjung Enim Kota Wisata (TEKW), maka dilakukan integrasi kegiatan reklamasi dalam program tersebut, salah satunya melalui pembangunan Taman Koleksi pada salah satu lokasi reklamasi PTBA di Tanjung Enim. Pembangunan taman koleksi ini dapat meningkatkan nilai fungsi lahan bekas tambang dan mendukung program ekowisata daerah di masa mendatang.

Konsep yang dikembangkan dalam pembangunan Taman Koleksi Bukit Asam adalah usaha dan kemandirian. Konsep ini dipilih agar pengelolaan kawasan ini dapat berjalan mandiri dan dapat memberikan insentif bagi pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Untuk menarik minat wisatawan, kawasan ini didesain dengan penanaman jenis tanaman yang mewakili 7 bioregion Indonesia yaitu, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Keci, Maluku, dan Papua. Selain itu dibangun sarana prasaran dan fasilitas penunjang meliputi gapura, tempat parker, jembatan, wahan air, food court,

camping ground, dan bangunan edukasi. Melalui desain kawasan tersebut,

wisatawan dapat menikmati objek wisata berupa wisata alam, petik buah, berperahu, wisata kuliner, dan edukasi (Gambar 12.3).

Desain taman koleksi Bukit Asam Gambar 12.3

Taman koleksi Bukit Asam diharapkan dapat menjadi salah satu contoh program reklamasi pascatambang yang dapat memberikan berbagai manfaat terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Pembangunan Taman Koleksi juga dapat menjadi gagasan kegiatan reklamasi yang lebih bersifat tematik dan dapat dimanfaatkan selanjutnya untuk kegiatan ekowisata.

Simpulan

Perencanaan pertambangan hingga tahap pascatambang mutlak diperlukan bagi para pelaku usaha pertambangan untuk menciptakan industri pertambangan yang berkelanjutan. Meningkatkan fungsi dan nilai suatu kawasan yang terdegradasi tentu bukanlah suatu kegiatan yang mudah sehingga memerlukan perencanaan yang matang dan komitmen dari pelaku usaha dan pemerintah setempat. Ekowisata dapat menjadi salah satu tema pascatambang yang berpotensi menumbuhkan kemandirian dalam perkembangan daerah setelah industri pertambangan berakhir. Namun inovasi-inovasi masih terus dibutuhkan agar tercipta kawasan ekowisata modern yang dapat mengikuti perkembangan zaman.

Daftar Pustaka

Ibrahim, Farid, M. (2020) “Kisah Kota di Australia yang Ditinggalkan Penduduknya Dalam Semalam.” 20 November 2018. www.tempo.co. Dokumen. 4 12 2020.

Munir, Misbakhul, & Diah Nugraheni Setyowati, D.N. (2017). “Kajian reklamasi Lahan Pasca Tambang di Jambi, Bangka, dan Kalimantan Selatan.” Klorofil, 1, 11-16.

Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamai dan Pascatambang

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2020 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 26 tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1827 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik