• Tidak ada hasil yang ditemukan

1Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Sumedang 45363 2Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung 40132

a) diky.ramdani@unpad.ac.id

Abstrak

Produktivitas domba betina dewasa yang dipelihara secara tradisional di perkampungan sangat rendah. Salah satu dugaan penyebabnya adalah infestasi cacing. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana infestasi cacing pada domba betina dewasa yang dipelihara secara tradisional di Kampung Lembur Jambu, Desa Sukakarya, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Sampel feses segar dari 25 ekor domba betina dewasa (>1 tahun, tidak bunting) dikoleksi, disimpan di dalam icebox, dan dikirim langsung ke laboratorium untuk dianalisa infestasi telur cacing Strongylus sp. (Nematoda),

Strongiloides sp. (Nematoda), Fasciola sp.(Trematoda), Paramphistomum sp. (Trematoda), Monieza

sp. (Cestoda), dan Eimeria sp. (Coccidia). Variasi infestasi cacing pada masing – masing domba sangat tinggi. Rataan infestasi cacing per domba terbanyak secara berurutan adalah Strongylus sp. (325 ± 659 telur/gram), Monieza sp. (220 ± 1073 telur/gram), Strongiloides sp. (197 ± 473 telur/gram), Eimeria sp. (2,40 ± 12,0 telur/gram), Fasciola sp. (1,60 ± 4,73 telur/gram), dan tidak ditemukan infestasi cacing

Paramphistomum sp. Sehingga, Jumlah total infestasi cacing rata rata per ekor domba adalah 746 ±

1468 telur/ gram.

Kata kunci: Infestasi cacing, domba betina dewasa, dan pemeliharaan secara tradisional.

Abstract

Ewes productivity which are traditionally reared in villages have low performance. This can be supposedly caused by worms infection. This research aimed to know the level of worms infection in traditionally-reared ewes in Lembur Jambu Kampong, Sukakarya Village, Banyuresmi Subdistrict, Garut Regency, West Java Province. Freshly fecal samples from 25 heads of ewes are collected, stored in icebox, and quickly sent to laboratory for worm eggs infection analysis of Strongylus sp. (Nematode), Strongiloides sp. (Nematode), Fasciola sp.(Trematode), Paramphistomum sp. (Trematode), Monieza sp. (Cestode), dan Eimeria sp. (Coccidia). Means of worms infection (eggs/gram) per head of ewe, in respective order, were Strongylus sp. (325 ± 659 eggs/gram), Monieza sp. (220 ± 1073 eggs/gram), Strongiloides sp. (197 ± 473 eggs/gram), Eimeria sp. (2.40 ± 12.0 eggs/gram), Fasciola sp. (1.60 ± 4.73 eggs/gram), but Paramphistomum sp could not be seen. Therefore. The total of worms infection was averagely 746 ± 1468 eggs/ gram per head.

Keywords: Worms infection, ewes, and traditional rearing.

Pendahuluan

Infestasi parasit cacing pada saluran pencernaan ternak domba dapat menyebabkan menurunya performa produksi secara signifikan yang berakibat pada kerugian ekonomi cukup besar. McLeod (1995) menyatakan bahwa kerugian ekonomi akibat infestasi parasit pada domba meliputi biaya penanganan (obat, tenaga kerja, dan lain-lain), juga penurunan produksi daging, wool, fertilitas, dan meningkatnya mortalitas. Industri domba di Inggris mengalami kerugian sebesar £84 juta pertahun akibat infestasi parasit gastro-intestinal melebihi kerugian akibat penyakit footrot (£24 juta), aborsi

Chlamydial (£20 juta), toxoplasmosis (£12 juta), dan scabies (£8 juta) (Nieuwhof dan Bishop, 2005).

152 kejadiannya diperkirakan sangat tinggi. Mengingat sebagian besar peternak domba di Indonesia adalah peternak tradisional dengan manajemen pemeliharaan seadanya. Tingkat kelembapan yang tinggi juga menjadi faktor tingginya infestasi cacing pada domba di Indonesia sebagai negara tropis. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat sampai sejauh mana infestasi cacing pada domba betina dewasa yang dipelihara secara tradisional di Kampung Lembur Jambu, Desa Sukakarya, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

Bahan dan Metoda

Penelitian dilakukan pada 25 ekor domba betinal dewasa umur >1 tahun dan tidak bunting yang berada di Kampung Lembur Jambu, Desa Sukakarya, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Masing-masing sampel feses segar pada domba tersebut dikoleksi, disimpan di dalam icebox, dan dikirim langsung ke laboratorium untuk dianalisa infestasi telur cacing Strongylus sp. (Nematoda),

Strongiloides sp. (Nematoda), Fasciola sp. (Trematoda), Paramphistomum sp. (Trematoda), Monieza

sp. (Cestoda), dan Eimeria sp. (Coccidia) di Balai Pelayanan Veteriner Cikole Lembang, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Masing–masing domba dipelihara secara tradisional dengan pakan rumput segar dalam kandang yang beralaskan tanah dengan sisa pakan rumput kering diatasnya.

Data yang dihasilkan dianalisa secara deskriptif dengan menampilkan rata-rata (± SD) jumlah infestasi telur cacing dari feses domba sebanyak 25 ekor (n=25) dengan bantuan MINITAB 16 Statistical software.

Hasil dan Diskusi

Tabel 1. Menggambarkan tingkat infestasi cacing pada domba betina dewasa yang diteliti. Nilai SD yang tinggi memperlihatkan variasi infestasi cacing pada setiap domba sangat tinggi. Strongylus sp. (325 ± 659 telur/gram) merupakan jenis cacing yang banyak menginfestasi ternak domba betina dewasa yang diteliti, diikuti oleh Monieza sp. (220 ± 1073 telur/gram), Strongiloides sp. (197 ± 473 telur/gram),

Eimeria sp. (2,40 ± 12,0 telur/gram), dan Fasciola sp. (1,60 ± 4,73 telur/gram). Tidak ditemukan

infestasi cacing Paramphistomum sp. Adapun jumlah total infestasi cacing rata rata per ekor domba yang diteliti adalah 746 ± 1468 telur/ gram.

Tabel 1. Jumlah rataan (± SD, n = 25) infestasi telur cacing pada feses (telur/gram) pada domba betina dewasa yang diteliti.

Jenis cacing Rataan (± SD)

(telur/gram) Nematoda Strongylus sp. 325 ± 659 Strongiloides sp. 197 ± 473 Trematoda Fasciola sp. 1,60 ± 4,73 Paramphistomum sp. - Cestoda Monieza sp. 220 ± 1073 Coccidia Eimeria sp. 2,40 ± 12,0

Total telur cacing 746 ± 1468

Tingginya infestasi cacing pada ternak domba betina dewasa yang dipelihara secara tradisional menyebabkan induk domba tidak bisa berproduksi maksimal. McLeod (1995) menyatakan bahwa infestasi parasit pada domba dapat mengakibatkan penurunan produksi daging, wool, fertilitas, dan meningkatnya mortalitas. Selain perbaikan kandang dan manajemen pemeliharaan, diperlukan pemberian obat cacing secara rutin untuk mengurangi infestasi cacing secara signifikan. Tetapi pemberian obat cacing komersil dirasa masih mahal bagi peternak kecil di pedesaan apalagi harus diberikan secara rutin. Diperlukan alternatif obat cacing alami dari tanaman lokal yang bisa ditanam di sekitar kandang, pekarangan rumah, maupun di kebun – kebun. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai anthelmintic adalah curcumin (Afrin et al., 2016; Nasai et al., 2016; Ullah et al., 2017).

153 Kesimpulan

Infestasi cacing pada domba betina dewasa yang dipelihara secara tradisional di Kampung Lembur Jambu, Desa Sukakarya, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat cukup tinggi dengan rata–rata infestasi 746 telur/gram per ekor.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Yusep Saeful, S.Pt. atas bantuanya untuk mengirimkan sampel feses segar ke Balai Pelayanan Veteriner Cikole Lembang, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Daftar Pustaka

Afrin, F., Chowdhury, M.M.R., Saha, S.S., Rahman, L., Khan, Y.A., Asgar, M.A., and Islam, M.K. 2016. Efficacy of Curcumin against Gastro-intestinal Parasites in Goat. European Journal of Pharmaceutical and Medical Research, 3(8):158-165.

McLeod, R.S. 1995. Costs of Major Parasites to the Australian Livestock Industries. International Journal for Parasitology, 25(11):1363-1367.

Nasai, N.B., Abba, Y., Abdullah, F.F.J., Marimuthu, M., Tijjani, A., Sadiq, M.A., Mohammed, K., Chung, E.L.T., and Omar, M.A.B. 2016. In vitro Larvidical Effects of Ethanolic of Curcuma Linn on Haemonchus Larvae Stage. Veterinary World, 9(4):417-420.

Nieuwhof, G. dan Bishop, S. 2005. Costs of the Major Endemic Diseases of Sheep in Great Britain and the Potential Benefits of Reduction in Disease Impact. Animal Science, 81(1):23-29. Ullah, R., Rohman, A., Zafeer, M.F, Rehman, L., Khan, Y.A., Khan, M.A.H., Khan, S.N., Khan,

A.U., Abidi, S.M.A. 2017. Anthelmintic Potential of Thymoqulnone and Curcumin on Fasciola Gigantica. PLoS One, 12(2):1-19.

154

Evaluasi Penambahan Kulit Pisang Nangka dalam Ransum Domba terhadap

Garis besar

Dokumen terkait