• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aldila Nugrahaini Sempana a) , Dian Wahyu Harjanti b) , dan Agung Purnomoadi Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro Semarang

a)aldila.sempana22@gmail.com; b)harjantidian@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kecernaan pedet untuk menentukan waktu sapih yang tepat. Materi yang digunakan adalah 6 ekor pedet sapi FH (2 betina dan 4 jantan) umur 0 – 12 minggu. Pakan yang diberikan adalah hijauan dan konsentrat yang disediakan secara ad libitum serta air susu sebanyak 5 liter. Parameter yang diamati adalah kecernaan dan konsumsi bahan kering. Kecernaan bahan kering diukur dengan cara total koleksi feses yang dilakukan setiap minggu selama 12 minggu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan korelasi regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat, positif dan signifikan antara umur dengan konsumsi (r=0,805; p<0,01). Korelasi negatif, kuat dan signifikan antara kecernaan dengan umur (r= -0,78; p<0,01) dan konsumsi dengan kecernaan (r= -0,888; p<0,01). Berdasarkan grafik, kecernaan pedet menurun secara signifikan dimulai pada umur 7 minggu. Kesimpulan penelitian ini adalah peningkatan konsumsi hijauan dan konsentrat telah menurunkan kecernaan secara signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah waktu sapih yang tepat untuk pedet sapi PFH pada umur 7 atau 8 minggu.

Kata kunci : pedet, sapih, kecernaan

Abstract

This study aimed to examine the dry matter digestibility of calve to determine their weaning time. The materials used in this study were 6 FH calves (2 females and 4 males) aged 0 – 12 weeks old and fed milk as much as 10% of body weight, roughage and concentrate as ad libitum. The parameter observed in this study was feed intake and digestibility (DM). The data of digestibility was measured using total colection methode that observed every week during 12 weeks. The data were analyzed using regression - correlation. The result of this study showed that feed intake has positive, strong and significant correlation with age (r=0,805; p <0,01). The negative, strong and significant corrrelation was found between digestibility and age (r=-0,937; p<0,01); feed intake and digestibility (r=-0,78;p,0,01). The graph showed that the digestibility decrease significantly at the age of 7 weeks as the increasing of consumption at the age of 8 weeks. Based on the result, It can be concluded that the optimum weaning time is 7 or 8 week of calves age.

Keywords: calf, weaning time, digestibility

Pendahuluan

Salah satu keberhasilan usaha peternakan sapi perah antara lain adalah produktivitas sapi perah yang selalu meningkat dan dapat menjaga kontinuitasnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah siklus reproduksi sapi perah dan umur penyapihan pedet. Penyapihan pedet pada peternakan rakyat secara umum dilakukan pada umur 6 bulan. Waktu penyapihan yang lambat mengakibatkan lamanya calving interval.

Kesalahan waktu penyapihan dan pemberian pakan yang kurang tepat dapat menyebabkan pertumbuhan pedet terhambat dan lamanya calving interval. Faktor penentu waktu penyapihan pedet antara lain perkembangan saluran pencernaan yang sempurna. Menurut Eckert dkk (2015), pakan padat yang diberikan dapat merangsang perkembangan retikulo rumen. Perkembangan rumen yang baik dapat meningkatkan kecernaan dan konsumsi pakan.

79 Perkembangan saluran pencernaan pedet perlu dikaji agar penyapihan dan manajemen pemberian pakan pada pedet dapat dilakukan dengan tepat. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk waktu penyapihan dan waktu pemberian pakan yang tepat sesuai perkembangan rumen

Bahan dan Metode

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedet PFH (Peranakan Friesien Holstein) berjumlah 6 ekor, 2 ekor betina dan 2 ekor jantan berumur 0 – 12 minggu. Pakan yang diberikan berupa hijuan yaitu rumput gajah dan pakan konsentrat. Pakan disediakan secara ad libitum. Pedet juga diberi susu 10 % dari bobot lahir.

Pakan ditimbang sebelum diberikan, apabila terdapat sisa pakan juga ditimbang sehingga diperoleh jumlah konsumsi pakan tiap hari. Pakan yang diberikan di keringkankan untuk mendapatkan kadar bahan kering pakan dengan oven dalam suhu 135o C selama 2 jam. Total koleksi feses dilakukan setiap hari kemudian ditimbang beratnya. Setiap 7 hari sekali di homogenkan kemudian di ambil 10 % untuk dianalis bahan kering dengan oven dalam suhu 135o C selama 2 jam. Analisis dilakukan hingga umur ternak 12 minggu.

Perhitungan kecernaan bahan kering = konsumsi (BK) - feses (BK)Konsumsi (BK) ×100 %

Data yang didapat di analisis menggunakan SPPS uji spearman’s untuk mengetahui hubungan keeratan antara umur, kecernaan dan bahan kering. Selain itu menggunakan analisis data deskriptif dengan cara menggambarkan nilai kecernaan dan konsumsi pada umur pedet dengan menggunakan grafik.

Hasil dan Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat, negatif dan signifikan pada taraf 1 % antara umur dengan kecernaan (r=-0,78) yang artinya semakin bertambah umur pedet maka kecernaan bahan kering semakin menurun. Pedet yang baru lahir hingga umur 2 minggu memiliki kecernaan yang tinggi karena hanya mengkonsumsi susu. Kecernaan mulai menurun pada umur >2 minggu karena pedet mulai mengkonsumsi pakan padat. Rumen pedet mulai berkembang dan belum dapat menyerap pakan padat yang masuk dengan baik. Pakan padat mengandung serat kasar yang dapat menimbulkan gesekan pada bagian dinding rumen. Pada umur 7 minggu terdapat penurunan kecernaan yang signifikan karena konsumsi pakan yang meningkat dan rumen mulai dapat mencerna pakan padat.

Ilustrasi 1. Kecernaan bahan kering pada umur tertentu

Keterangan: a) menunjukkan kecernaan tidak signifikan dari umur 1 – 6 minggu, b) menunjukkan kecernaan turun secara signifikan, c) menunjukkan kecernaan tidak signifikan.

y = -0,0729x2+ 0,1848x + 95,791 r= 0,78 84 86 88 90 92 94 96 98 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 K ec er n aan ( % ) Umur (minggu) a b c c

80 Ilustrasi 2. Konsumsi pakan padat pada umur tertentu

Peningkatan pakan padat menginisiasi perkembangan papillae rumen yang nantinya memudahkan penyapihan pedet (Eckert dkk., 2015). Pakan padat di dalam rumen difermentasi oleh mikrobia menghasilkan asam propionat dan butirat yang merangsang perkembangan retikulorumen dan papilae dalam penyerapan, keberadaan mikrobia dan hasil fermentasinya dapat dijadikan indikator perkembangan retikulo rumen (Lane dkk., 2000).

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat, positif dan signifikan pada taraf 1 % antara umur dengan konsumsi bahan kering (r=0,805) yang artinya semakin bertambah umur pedet maka konsumsi bahan kering semakin meningkat. Grafik menunjukkan bahwa konsumsi konsentrat lebih tinggi diumur yang lebih muda dibandingkan dengan konsumsi hijauan. Konsumsi hijauan meningkat dan lebih tinggi dibandingkan konsumsi konsentrat pada umur 8 minggu. Pedet memilih pakan berbentuk mess atau tepung yang mudah dicerna dibanding dengan hijauan. Hal ini dikarenakan rumen belum dapat mencerna serat kasar pada hijauan. Konsumsi pakan padat semakin meningkat dengan bertambahnya umur karena rumen mulai berfungsi. Pakan yang masuk kedalam rumen kemudian diubah menjadi VFA. Konsentrat yang diberikan merangsang perkembangan epithel rumen lebih cepat dibanding dengan pemberian hijauan, komposisi kimiawi konsetrat yang menghasilkan propionat dan butirat yang mudah diserap oleh epithel rumen, meningkatkan populasi mikrobia dan menurunkan pH rumen (Baldwin dan McLeod, 2000). Maharani dkk.(2014) menyatakan pakan berserat yang diberikan pada pedet berfungsi merangsang terbentuknya penebalan pada dinding rumen (keratin) melalui gesekan dan papilae rumen.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa bertambahnya umur pedet dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan mengalami penurunan. Penurunan kecernaan disebabkan karena rumen berkembang secara fungsional mulai menyerap pakan padat yang dikonsumsi. Pedet yang diberi pakan padat sejak umur 2 minggu dapat disapih pada umur 7 minggu dilihat dari perubahan kecernaan dan peningkatan konsumsi.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro yang telah menfasilitasi ternak, kandang dan pakan sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan baik.

81 Daftar Pustaka

Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Terjemahan: Retno Muwarni. UGM Press, Yogyakarta.

Baldwin, R. L., VI, and K. R. McLeod. 2000. Effects of diet forage:concentrate ratio and metabolizable energy intake on isolated rumen epithelial cell metabolism in vitro. J. Animal Science. 78:771-783.

Eckert, E., H.E. Brown., K.E. Leslie., T.J. Devries, dan M.A. Steele. 2015. Weaning age affects growth, feed intake, gastrointestinal development and behavior in Holstein calves fed an elevated plane of nutrition during the preweaning stage. J. Dairy science. 98: 1-12

Lane, M.A., R.L. Baldwin, and B.W. Jesse. 2000. Sheep rumen metabolic development in response to different dietary treatments. J. Animal Science. 78 :1990-1996

Maharani, N., J. Achmadi dan S. Mukodiningsih. 2014 Perkembangan mikrobia rumen dari hasil uji biologis pellet complete calf starter pada pedet friesien holstein pra sapih. J. Sains dam Matematika. 22 (2): 36 - 39

82

Sifat-Sifat Morfometrik Kambing Pe Katagori Raja Pejantan Pada Kontes

Garis besar

Dokumen terkait