• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakultas Peternakan Universitas Wijayakusuma Purwokerto 53152

dososarwanto@gmail.com

Abstrak

Dampak negatif dari penambangan batu kapur adalah terbentuknya lahan terbuka yang tidak didayagunakan. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan rumput Gajah Kerdil (Pennisetum

purpureum cv. Mott) di lahan bekas penambangan batu kapur. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode eksperimental di lahan terbuka bekas penambangan batu kapur dengan mengggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 5 macam metode penanaman rumput Gajah dengan legum semusim yang diulang sebanyak 4 kali. Macam perlakuan penelitian adalah : RG (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil), RGL1 (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil + legum Kacang Tanah), RGL2 (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil + legum kacang kedelai), RGL3 (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil + legum kacang tolo) dan RGL4 (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil + legum kacang hijau). Parameter yang diukur adalah perkembangan morfologi dan tingkat adaptasi yang meliputi tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan daya tumbuh rumput Gajah Kerdil pada umur 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penanaman berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman dan daya tumbuh tapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap panjang daun dan lebar daun. Ditinjau dari perkembangan morfologi dan tingkat adaptasi, penanaman rumput Gajah Kerdil di lahan bekas penambangan batu kapur dapat dilakukan melalui metode penanaman campuran dengan legum semusim.

Kata Kunci : Rumput Gajah Kerdil, Legum, Pegunungan kapur

Abstract

The negative impact of limestone mining is the formation of unfettered open land. The aim of this research develop the Dwarf Elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Mott) on the former limestone mining field. The research method used is experimental method field that was used limestone mining by using Randomized Complete Design (RAL). The treatment consists of 5 kinds of planting method with 4 replications. while the research treatment used in this experiment is the RG (the field with Dwarf Elephant Grass); RGL1 (the field with Dwarf Elephant Grass + peanut); RGL2 (the field with Dwarf Elephant Grass + soybean ), RGL3 (the field with Dwarf Elephant Grass + cowpea) and RGL4 (the field with Dwarf Elephant Grass + green beans). The parameter used for the research is the growth rate which includes the plant’s height, the length of the leaves, the width and ability to growth of Dwarf Elephant grass’s leaves until the 8th week. The results showed that the planting method had significant different (P <0.05) on plant height and ability growing but not significant (P> 0.05) to leaf length and leaf width. Based on the development of morphology and adaptation level, the planting of dwarf elephant grass can be done through mixed cropping method with seasonal legumes.

Keywords: Dwarf Elephant grass, Legum, Limestone mountains

Pendahuluan

Pemerintah Indonesia pada saat ini fokus pada pengembangan infrastruktur di berbagai wilayah, sebagai akibatnya kebutuhan bahan bangunan seperti semen dan kapur semakin meningkat. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak pegunungan kapur, luasnya mencapai sekitar 15,4 juta hektar. Kegiatan penambangan batu kapur sampai saat ini masih berlangsung di berbagai pegunungan kapur di Indonesia yang menghasilkan lahan terbuka dan tidak didayagunakan. Padahal

165 tanah kapur atau tanah mediteran merupakan tanah yang terbentuk dari bebatuan kapur yang sudah melapuk dan mempunyai pH 5,5 - 8. Tanah kapur sangat sedikit memiliki unsur hara essensial seperti nitrogen, fosfat dan kalium sehingga tanah kapur tidak subur untuk tanaman pertanian. Menurut Luqman (2012) bahwa tanah kapur masih mempunyai kandungan unsur hara makro seperti Ca dan Mg yang tinggi. Sebagai unsur hara makro, Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Unsur hara Ca berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan, sedangkan Mg merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat menghambat perkembangan normal pada jaringan muda tanaman. Selanjutnya Muhammad (2009) menyatakan bahwa tanah dengan kandungan kapur yang tinggi akan menyebabkan tanaman kekurangan Fe, Mn, Zn dan Cu. Kekurangan unsur tersebut akan dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bojkovski et al., (2014) di wilayah pegunungan kapur Slovenia menunjukkan bahwa tanah di wilayah pegunungan kapur Slovenia sulit ditumbuhi tanaman sehingga hanya dapat ditumbuhi beberapa rumput dan perdu yang sangat disukai kambing. Oleh karena itu tidak semua hijauan pakan dapat beradaptasi dan berkembang dengan baik di Lahan bekas penambangan batu kapur. Kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnnya produktivitas, kualitas dan kontinyuitas hijauan pakan di wilayah pegunungan kapur.

Penelitian bertujuan untuk melakukan introduksi rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum

cv. Mott ) di lahan terbuka bekas penambangan batu kapur yang ditanam dengan beberapa legum

semusim seperti kacang tanah (Arachis hypogaea L.), kacang kedelai (Glycine max) , kacang tolo

(Vigna unguiculata) dan kacang hijau (Vigna radiata). Sollenberger dan Jones (1989) menyatakan

bahwa rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott ) adalah rumput unggul yang sangat disukai ternak kambing karena mempunyai tekstur daun dan batang yang ideal, mempunyai kualitas dan produksi bahan kering yang tinggi serta mampu beradaptasi di wilayah tropik dengan intensitas cahaya matahari yang tinggi serta dapat dipanen setiap 35 hari. Namun menurut Kozloski et al. (2005) produktivitas dan kualitas rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv.Mott ) lebih dipengaruhi oleh umur pemotongan dan kondisi iklim pada waktu penanaman sampai waktu panen. Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat mengurangi masalah kerusakan ekosistem akibat dari kegiatan penambangan batu kapur dan dapat meningkatkan produktivitas ternak kambing di wilayah pegunungan kapur.

Bahan dan Metode

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum

cv. Mott ) dalam bentuk stek dan beberapa legum semusim seperti kacang tanah (Arachis hypogaea

L.), kacang kedelai (Glycine max) , kacang tolo (Vigna unguiculata) serta kacang hijau (Vigna radiata)

dalam bentuk biji. Lokasi penelitian adalah di lahan bekas penambangan batu kapur pegunungan kapur Gombong Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental di lahan

terbuka bekas penambangan batu kapur dengan mengggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 5 macam metode penanaman rumput Gajah dengan legum semusim yang diulang sebanyak 4 kali. Macam perlakuan penelitian adalah : RG (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil), RGL1 (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil + legum Kacang Tanah), RGL2 (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil + legum kacang kedelai), RGL3 (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil + legum kacang tolo) dan RGL4 (Lahan ditanami rumput Gajah Kerdil + legum kacang hijau). Rumput Gajah kerdil ditanam dengan jarak tanam 40 x 50 cm pada setiap petak dengan luas petak 8 m2. Parameter yang diukur adalah perkembangan morfologi dan tingkat adaptasi yang meliputi tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan daya tumbuh rumput Gajah Kerdil pada umur 8 minggu. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan analisis variansi dan apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata terkecil (BNT) sesuai petunjuk Steel dan Torrie ( 1993).

Hasil dan Pembahasan

Tinggi Tanaman

Hasil penelitian tinggi tanaman rumput Gajah Kerdil umur 8 minggu berkisar 73,2–82,6 cm. Tinggi tanaman rumput Gajah Kerdil di lahan bekas penambangan batu kapur yang hanya mencapai 82,6 cm berbeda dengan hasil penelitian Sirait et al. (2015) yang menunjukkan bahwa tinggi tanaman

166 rumput Gajah Kerdil yang ditanam di dataran rendah Sumatera Utara mencapai 88-96 cm pada umur 8 minggu. Perbedaan tersebut disebabkan lahan terbuka bekas penambangan batu kapur sedikit unsur hara. Hasil penelitian Sarwanto dan Prayitno (2015) menunjukkan bahwa tanah terbuka bekas penambangan batu kapur mempunyai unsur hara yang rendah yaitu N total 0,049–0,141 %, P2O5 total 0,067–0,133 % dan K2O total 0,086–0,100 % namun masih dapat ditumbuhi rumput liar.

Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan bahwa metode penanaman berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman rumput Gajah Kerdil. Hasil uji lanjut dengan uji BNT memper-lihatkan bahwa penanaman rumput Gajah Kerdil secara tunggal (RG) di lahan bekas penambangan batu kapur mempunyai tinggi tanaman yang berbeda (P<0,05) dibandingkan dengan metode penanaman campuran dengan legum semusim (RGL1, RGL2, RGL3 dan RGL4) seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott ) di lahan bekas penambangan batu kapur dengan berbagai metode penanaman

Perlakuan Rataan Tinggi Tanaman (cm)

RG 82,6a

RGL1 76,4b

RGL2 73,4b

RGL3 74,0b

RGL4 73,2b

a,b huruf yang berbeda pada tabel menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rumput Gajah Kerdil yang ditanam secara tunggal tanpa campuran legum semusim mempunyai tinggi tanaman yang lebih tinggi. Padahal seharusnya tanaman legum semusim dapat menambah nitrogen dalam tanah. Kondisi ini memperlihatkan bahwa legum semusim pada umur 8 minggu belum memberikan pengaruh yang nyata.

Panjang Daun

Hasil penelitian pengukuran panjang daun rumput Gajah Kerdil umur 8 minggu di lahan terbuka bekas penambangan batu kapur berkisar 51,8 - 54,8 cm. Hasil penelitian Sirait et al. (2015) juga menunjukkan bahwa panjang daun rumput Gajah Kerdil yang ditanam di dataran rendah beriklim basah dan sedang Sumatera Utara pada umur 8 minggu berkisar 50 – 65 cm. Menurut hasil penelitian Sarwanto dan Tuswati (2017) panjang daun rumput Gajah kerdil umur 8 minggu dilahan bekas penambangan batu kapur dengan penambahan kompos kambing 1,5 kg/m2 dapat mencapai 61 cm.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa metode penanaman tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap panjang daun rumput Gajah Kerdil. Data panjang daun rumput Gajah Kerdil di lahan bekas penambangan batu kapur pada berbagai metode penanaman tersaji pada Tabel 2. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penanaman legum semusim sampai umur 8 minggu di lahan bekas penambangan batu kapur tidak dapat meningkatkan kesuburan tanah kapur, sehingga perlu dilakukan penambahan pupuk organik.

Tabel 2. Panjang daun rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott ) di lahan bekas penambangan batu kapur dengan berbagai metode penanaman

Perlakuan Rataan Panjang Daun (cm)

RG 54,2ns RGL1 56,4ns RGL2 51,8ns RGL3 52,8ns RGL4 54,8ns ns : non signifikan Lebar Daun

Lebar daun merupakan salah satu parameter karakteristik morfologi pertumbuhan rumput Gajah Kerdil yang harus diukur. Lebar daun diukur dengan membuka daun dan diukur bagian tengah daun dalam satuan centimeter. Pengukuran lebar daun lebih sulit dari pengukuran parameter lainnya karena dibutuhkan ketelitian dan ketepatan yang lebih baik. Hasil penelitian

pengukuran lebar

daun rumput Gajah Kerdil umur 8 minggu di lahan terbuka bekas penambangan batu kapur adalah berkisar 2,5 – 3,3

167 cm. Hasil penelitian tersebut tidak berbeda dengan hasil penelitian Sarwanto dan Tuswati (2017) yang memperlihatkan bahwa lebar daun rumput Gajah kerdil di lahan bekas penambangan batu kapur dengan penambahan kompos kambing 1,5 kg/m2 juga hanya sekitar 2,3–3,0 cm. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa metode penanaman tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap lebar daun rumput Gajah Kerdil. Data lebar daun rumput Gajah Kerdil di lahan bekas penambangan batu kapur pada berbagai metode penanaman tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Lebar daun rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott ) di lahan bekas penambangan batu kapur dengan berbagai metode penanaman

Perlakuan Rataan Lebar Daun (cm)

RG 2,9ns RGL1 3,3ns RGL2 3,1ns RGL3 2,5ns RGL4 3,1ns ns : non signifikan Daya Tumbuh Tanaman

Daya tumbuh diukur dari jumlah rumput Gajah Kerdil yang tumbuh dan berkembang sampai umur 8 minggu. Hasil penelitian daya tumbuh menunjukkan bahwa daya tumbuh rumput Gajah Kerdil di lahan bekas penambangan batu kapur berkisar 80 -92,5% atau tergolong rendah, karena daya tumbuh yang tinggi apabila mempunyai daya tumbuh di atas 95%. Berdasarkan hasil analisis variansi menunjukkan bahwa metode penanaman berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh rumput Gajah Kerdil. Hasil uji lanjut dengan uji BNT memperlihatkan bahwa penanaman rumput Gajah Kerdil secara tunggal (RG) di lahan bekas penambangan batu kapur mempunyai daya tumbuh yang sama dengan penanaman campuran RGL2 dan RGL4, sedangkan dengan penanaman campuran RGL1 dan RGL3 berbeda nyata (P<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa rumput Gajah Kerdil ditanaman campuran dengan kacang tanah atau kacang tolo mempunyai daya tumbuh yang cukup tinggi seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Daya tumbuh rumput Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott ) di lahan bekas penambangan batu kapur dengan berbagai metode penanaman

Perlakuan Rataan Daya Tumbuh (%)

RG 80,0a

RGL1 92,5b

RGL2 90,0a

RGL3 92,5b

RGL4 85,0a

a,b huruf yang berbeda pada tabel menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Kesimpulan

1. Ditinjau dari perkembangan morfologi, penanaman rumput Gajah Kerdil di lahan bekas

penambangan batu kapur dapat dilakukan secara tunggal atau campuran dengan legum

semusim.

2. Ditinjau dari daya tumbuh tanaman, penanaman rumput Gajah Kerdil di lahan bekas

penambangan batu kapur sebaiknya ditanam campuran dengan kacang tanah atau

kacang tolo.

Daftar Pustaka

Bojkovski, D., I. Stuhec, D. Kompan and M. Zupan, 2014. The behavior of sheep and goats co-grazing an oastura with different types of vegetation in the karst region. J. Anim Sci. 92 : 6 : 2752 -2758.

168 Kozloski G.V, J. Perottoni, L.M.B Sanchez. 2005. Influence of regrowth age on the nutritive value of dwarf elephant grass hay (Pennisetum purpureum Schum. cv. Mott) consumed by lambs. Animal Feed Science and Technology. Vol.119, issues 1- 2, 7 March 2005 : 1 – 11.

Luqman N.A., 2012. Keberadaan jenis dan kultivar serta pemetaan persebaran tnaman pisang pada ketinggian yang berbeda di pegunungan kapur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Muhammad Septa Ayatullah, 2009. Kapur dalam tanah. |http//septa ayatollah. Blogspot.com. Diakses 2 Agustus 2017.

Sarwanto, D dan C.H. Prayitno, 2015. The diversity and productivity of indigenous forage in former limestone mining quarry in karst mountain of Southern Gombong, Central Java Indonesia. Journal Animal Production. Vol. 17 No.2 (2015) May : 69 – 75.

Sarwanto, D. dan S. Tuswati. 2017. Pertumbuhan rumput Gajah kerdil (Pennisetum purpureum ‘Mott’) di lahan terbuka bekas penambangan batu kapur kawasan karst Gombong Jawa Tengah. Biosfera Vol 34, No 3 September 2017 : 131- 137

Sirait J., A. Tarigan, K. Simanihuruk. 2015. Karakteristik morfologi rumput Gajah kerdil (Pennisetum

purpureum cv. Mott) pada jarak tanam yang berbeda di dua agroekosistem di Sumatera Utara.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 641 - 649

Sollenberger, L.E. and C. S. Jones. 1989. Beff production from nitrogen – fertilized Mott Dwarf Elephan Grass and Pensacola Bahiagrass Pastures. Tropical Grasslands Vol. 23, No. 3 September 1989 : 129 – 134.

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu pendekatan biometrik. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

169

Kecernaan Sapi PO Menggunaan Tepung Sagu Afkir untuk Menggantikan

Garis besar

Dokumen terkait