• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Hutan di Provinsi Kalsel Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah 37.530 km2 memiliki

5.2 Profil Sosial Ekonomi Masyarakat

5.2.2 Profil Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Hutan di Provinsi Kalsel Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah 37.530 km2 memiliki

jumlah penduduk 3.142 ribu jiwa. Kalimantan Selatan mendapat julukan Seribu Sungai karena daerah ini pada umumnya dialiri oleh sungai dan masih banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya dari sungai. Sungai yang mengalir di provinsi ini sebanyak 62. Pada umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal di pegunungan Meratus dan bermuara di laut Jawa (Dishut Kalsel 2007).

Budaya atau tradisi penduduk asli Kalimantan Selatan dikenal dengan tradisi “Urang Banjar”. Ahli sejarah menyimpulkan bahwa budaya Urang Banjar merupakan perpaduan antara suku Dayak, suku Melayu dan suku Jawa. Selain itu, ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang Arab dan Persia telah banyak mempengaruhi perkembangan kebudayaan Urang Banjar yang tercermin dari tarian, musik, permainan, pakaian, dan upacara adat. Penduduk asli Kalimantan Selatan umumnya suku bangsa Banjar yang intinya terdiri dari sub suku, yaitu Maayan, Lawangan dan Bukiat yang mengalami percampuran dengan suku bangsa Melayu, Jawa dan Bugis. Identitas utama yang terlihat adalah bahasa Banjar sebagai media umum. Penduduk pendatang seperti Jawa, Melayu, Madura, dan Bugis sudah lama datang ke Kalimantan Selatan. Suku bangsa Melayu datang sejak zaman Sriwijaya atau sebagai pedagang yang menetap, suku bangsa Jawa datang pada periode Majapahit bahkan sebelumnya, dan orang Bugis datang mendirikan kerajaan Pegatan di masa lalu (http:www.indonesia.go.id)

Pertanian merupakan sektor yang berkontribusi besar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Selatan. Pada sub sektor pertanian tanaman pangan komoditi utama yang dikembangkan adalah padi sawah dan padi sebagian lagi adalah palawija. Lahan yang digunakan dalam rangka memproduksi tanaman pangan pada umumnya menggunakan lahan sawah yang terdiri dari lahan basah dan perairan pasang surut. Selain mengembangkan sektor pertanian, Provinsi Kalimantan Selatan juga mempunyai sektor perkebunan baik yang dikelola perusahaan besar swasta dan pemerintah perkebunan yang dikelola rakyat pada

bersifat campuran dan hanya seluruh komoditi utama, sedangkan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah adalah komoditi perusahaan besar swasta adalah kelapa sawit. Pada sub sektor kehutanan telah dikembangkan HTI dan HPH. Produksi sektor kehutanan terdiri dari dua jenis yaitu kayu dan non kayu. Hasil hutan non HPH berupa kayu bulat pada tahun 2004 adalah sebesar 719.980,01 m³ dan kayu olahan sebesar 1.568.715,38 m³ (Dishut Provinsi KalSel 2007).

Masyarakat petani yang menjadi target program HTR pada umumnya juga merupakan masyarakat yang memiliki minat tinggi untuk berusaha di sektor perkebunan karet. Statistik perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2008 menunjukkan bahwa karet merupakan komoditas unggulan Kalsel dengan luas lahan yang telah dikelola sebanyak 133.900 ha dengan produksi sebanyak 108.990 ton pada tahun 2008 (BPS Kalsel 2009).

Sementara itu minat masyarakat untuk berusaha di sektor kehutanan masih sangat tergantung pada kegiatan kemitraan yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan kayu. Beberapa pengalaman masyarakat dalam mengembangkan hutan tanaman ditemukan di lokasi sampel penelitian yaitu di Desa Ranggang, Kecamatan Takisung dan Desa Asam Jaya, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut.

Jenis tanaman yang dikembangkan di Desa Ranggang adalah mahoni (Swietennia macrophylla). Bibit tanaman mahoni diperoleh dari pemerintah dengan adanya program GN-RHL/Gerhan tahun 2003. Setiap petani memiliki 1 sampai 2 blok tanaman mahoni, dimana masing-masing blok seluas 0,75 – 1 ha. Selain bibit, para petani juga memperoleh bantuan pupuk dari pemerintah. Saat ini umur tanaman mahoni yang tertua sekitar 5-6 tahun. Hutan tanaman mahoni yang telah terbangun hingga saat ini tercatat seluas 400 ha, dimana 370 ha merupakan hasil tanaman di lahan milik petani.

Dari 10 RT yang ada di Desa Ranggang, hanya 2 RT saja yang bertindak aktif sebagai petani hutan tanaman, yaitu RT 6 dan 7. Warga di kedua RT ini merupakan pendatang/transmigran dari suku Jawa. Sementara di 8 RT lainnya yang merupakan penduduk asli suku Banjar, tidak melakukan kegiatan pembangunan hutan tanaman. Faktor yang mempengaruhi para pendatang/transmigran untuk aktif membangun hutan tanaman adalah karena ketersediaan lahan yang cukup. Jumlah Kepala Keluarga yang terlibat sebagai petani hutan tanaman mahoni sebanyak 30 KK.

Keadaan tanaman mahoni yang telah ditanam sejak tahun 2003 cukup baik. Para petani cukup antusias merawat tanaman mahoninya karena ada jaminan pasar dari PT Emida. Pada tahun 2007 PT Emida yang berkedudukan di Desa Jorong menjalin kemitraan dengan petani di Desa Ranggang untuk menanam mahoni (Gambar 24). Perusahaan menyediakan bibit dan pupuk. Petani melakukan kegiatan penanaman mahoni di lahan milik. Seluas 30 ha tanaman mahoni kemitraan telah terbangun di Desa Ranggang. PT Emida berjanji akan menampung pasar kayu hasil panen petani. Perusahaan ini memiliki pabrik furniture di Mojokerto, yaitu PT Kurnia Anggun, yang menghasilkan produk furniture untuk diekspor ke USA.

Gambar 24 Hutan tanaman mahoni di lahan milik petani di Provinsi Kalsel

Perjanjian kerjasama antara petani dan PT Emida telah dilakukan dalam bentuk penandatangangan perjanjian kontrak. Dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, diperoleh informasi bahwa isi perjanjian kontrak meliputi : 1. Perjanjian kesepakatan antara petani dan perusahaan untuk bekerja sama

dalam pemeliharaan dan perawatan tanaman sampai dengan panen dan pemasaran

2. Pihak perusahaan wajib memberikan pupuk yang dirasa perlu dan sesuai dengan kebutuhan pohon mahoni tersebut dan wajib menjamin akan membeli pohon mahoni, serta pembeliannya mengikuti harga yang berlaku saat panen. 3. Petani berkewajiban untuk :

- menjamin keabsahan kepemilikan lokasi beserta tanaman mahoni yang ada di dalam lahan tersebut

- tenaga untuk pemupukan mahoni menjadi tanggung jawab petani - mencegah dan mengendalikan api/bahaya kebakaran

- tidak memindah tangankan/menjaminkan/menyewakan lahan tersebut kepada pihak manapun dan dalam bentuk apapun

- tidak berhak memanen/menebang pohon sebelum waktunya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat

- petani setuju hanya akan menjual pohon mahoni tersebut kepada PT Emida

Di Desa Asam Jaya Kecamatan Jorong, telah terjalin kegiatan kemitraan dengan PT Hendratna pada tahun 2003. Jenis tanaman yang dikembangkan adalah jabon (Anthocephalus cadamba). Sebanyak 32 petani yang sebagian besar berada di RT 5 melakukan penanaman di lahan mereka, baik di lahan I maupun lahan II. Selain memperoleh bantuan bibit, petani juga mendapatkan bantuan dana berupa biaya angkut bibit. PT Hendratna aktif melakukan kegiatan penyuluhan dan penyadaran kepada masyarakat akan peluang usaha di bidang penanaman jabon. Para petani merespon tawaran tersebut dengan antusias. Mereka dengan semangat melakukan kegiatan penanaman dan merawat tanaman tersebut agar tumbuh dengan baik. Bahkan ada salah satu petani yang berani melakukan investasi dengan menjual ternak sapinya untuk menambah modal di kegiatan tanaman jabon. Para petani lain yang tidak mendapat bantuan bibit dari PT Hendratna pun ikut menanam jabon di lahan-lahan tanaman karetnya. Terdapat sekitar 20% dari 224 petani penanam karet yang juga menanam jabon.

Setelah berjalan selama kurang lebih 3 tahun, ternyata PT Hendratna tidak lagi menjalin hubungan dengan petani. Bahkan untuk selanjutnya petani kehilangan kontak dengan pihak perusahaan, karena ternyata PT Hendratna sedang mengalami masalah dan terancam bangkrut. Hal ini membuat situasi ketidakpastian di kalangan petani. Harapan yang telah ditumbuhkan oleh PT Hendratna, berubah menjadi perasaan kecewa yang sangat mendalam. Akibatnya banyak petani yang membiarkan tanaman jabon. Bahkan banyak tanaman jabon yang ditebang dan digantikan dengan tanaman karet. Pada saat ini sebagian petani yang masih memiliki tanaman jabon berharap, agar suatu saat akan ada pihak yang mau membeli kayu hasil panen tanaman jabonnya.

5.2.3 Profil Sosial Ekonomi Masyarakat Petani HTR di di Provinsi DIY