• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari informan kunci yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan HTR, data respon para pemangku kepentingan di daerah terhadap kebijakan HTR, serta pendapat pakar mengenai strukturisasi sistem pengelolaan HTR. Data sekunder terdiri atas adalah data-data yang terkait dengan kebijakan HTR meliputi peraturan perundangan HTR, laporan pelaksanaan kegiatan HTR, dan berbagai dokumen lain yang relevan.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap informan kunci. Empat kelompok informan penelitian adalah birokrat pemerintah pusat, pemangku kepentingan di daerah, petani hutan, dan pakar permodelan. Wawancara dengan pengambil kebijakan di tingkat pusat merupakan kegiatan pengumpulan data untuk tahap analisis proses perumusan kebijakan. Sementara itu, wawancara di tingkat pemerintah daerah dan petani hutan dilakukan untuk menggali respon mereka terhadap kebijakan HTR. Evaluasi terhadap implementasi kebijakan HTR digali dari hasil wawancara, observasi di lapangan, serta pengumpulan data-data sekunder di instansi kehutanan.

Proses wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi hal-hal pokok yang harus ditanyakan kepada informan. Catatan lapangan disusun berdasarkan transkrip wawancara atau catatan pengamatan.

Peubah dan sumber data yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 8. Informan dari para pihak pengambil kebijakan adalah pihak yang terlibat dalam perumusan kebijakan, dan atau yang mengetahui proses lahirnya kebijakan HTR. Para pemangku kepentingan di daerah adalah pengambil kebijakan terkait pengelolaan kehutanan di lingkup pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten. Responden pakar adalah para pihak dari kalangan akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan pihak lain yang memiliki pengetahuan memadai terhadap aspek-aspek yang terkait dengan kebijakan Hutan Tanaman Rakyat.

Tabel 8 Peubah dan sumber data penelitian

No Aspek Peubah Sumber data

1. Proses perumusan kebijakan

Tonggak sejarah kebijakan Dokumen informasi dari key informan

Konteks politik dan pemerintahan Isue kunci kebijakan

Proses pembangunan kebijakan: latar belakang ide, filosofi program, aktor yang terlibat,

Kondisi yang mendukung 2. Implementasi

dan respon di daerah

Respon pemerintah daerah Pemerintah daerah Respon petani sekitar hutan Petani Luas areal pencadangan HTR dokumen

Luas areal IUPHHK HTR

3 Strukturisasi sistem

Elemen lembaga yang terlibat Dokumen Responden pakar Elemen kebutuhan akan

pengelolaan HTR berkelanjutan Elemen tujuan

Elemen kendala utama

Elemen kegiatan yang diperlukan

Tabel 9 menyajikan jumlah informan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini. Total informan sebanyak 182 orang, terdiri dari informan di tingkat pusat hingga masyarakat sekitar hutan.

Tabel 9 Jumlah informan penelitian

Informan Jumlah Keterangan

Birokrat Kemhut (12 orang) 1 1 7 3 Direktur BPHT Kapus BLU P2HT Staf Subdit HTR Staf BLU Provinsi Kalsel (54 orang) 18 5 31 FGD Provinsi +Wawancara Pemda Kabupaten Petani Provinsi Riau (51 orang) 17 3 31 FGD Provinsi + wawancara Pemda Kabupaten Petani Provinsi DIY (55 orang) 5 10 40

Dishut Prop + Pokja Pemda Kabupaten GK Petani HTR

Pakar 10 Akademisi dan LSM

3.4.1 Survey Responden Birokrat Pengambil Kebijakan

Pengumpulan data dilakukan melalui proses wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi hal-hal pokok yang ditanyakan kepada informan (Lampiran 3).

Informan kunci yang diwawancara adalah para pihak yang terlibat dalam proses perumusan kebijakan. Metode penentuan informan dilakukan dengan teknik bola salju. Pada awal kegiatan penelitian, peneliti langsung menuju ke Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan yaitu eselon satu di Kementerian Kehutanan yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pengelola program HTR. Sejak tahun 2010 Direktorat Jenderal ini berganti nama menjadi Bina Usaha Kehutanan. Pada Direktorat Jenderal ini terdapat struktur organisasi setingkat eselon tiga yaitu Sub-Direktorat Hutan Tanaman Rakyat yang mengelola kegiatan HTR.

Informasi awal dikumpulkan dari seluruh elemen yang ada pada Subdit HTR, mulai dari Kepala Sub Direktorat, Kepala Seksi hingga staf. Pertanyaan yang diajukan pada intinya mengenai sejarah dirumuskannya kebijakan HTR dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses perumusannya. Dari responden di Subdit HTR kemudian ditelusuri pihak-pihak lain yang ikut terlibat dalam proses perumusan kebijakan HTR. Setiap pihak yang diwawancarai diminta untuk menyebutkan pihak lain yang terlibat untuk dijadikan informan berikutnya. Penelusuran informan kunci berhenti ketika tidak ada lagi informan lain yang direkomendasikan sebagai sumber data baru.

Informan utama dalam penelitian proses perumusan kebijakan HTR terdiri dari 12 orang. Seluruh informan merupakan pihak yang terlibat dan mengetahui dengan baik proses perumusan kebijakan HTR. Mereka adalah para pihak yang sejak awal bertugas di Subdit HTR - Direktorat Bina Usaha Hutan Tanaman Ditjen Bina Produksi Kehutanan Kementerian Kehutanan dan sebagian informan yang bertugas di Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan.

3.4.2 Survey Responden Parapihak di Daerah

Pada tahap ini dilaksanakan diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion) yang diselenggarakan di tingkat Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Riau, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kegiatan diskusi terarah melibatkan berbagai stakeholder di daerah yang terkait dengan

pelaksanaan kegiatan HTR. Kegiatan diskusi juga dilakukan di tingkat desa dengan melibatkan wakil dari pihak pemerintah daerah kabupaten, aparat kecamatan, aparat desa, dan petani.

Survey di tingkat masyarakat: dilakukan dengan melakukan survey untuk mengetahui respon masyarakat dan wawancara mendalam untuk mengetahui persepsi dan respon mereka terhadap program HTR dan kondisi aktual masyarakat terkait kegiatan hutan tanaman. Analisis respon pemangku kepentingan selain pihak masyarakat dilakukan melalui pengumpulan data kuesioner.

Untuk mengetahui respon stakeholder daerah terkait kebijakan HTR peneliti juga mengikuti kegiatan lokakarya yang diselenggarakan di tingkat nasional. Kegiatan lokakarya diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan pada tanggal 26-27 Mei 2008 bertempat di Bogor. Lokakarya dihadiri oleh Bupati, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten, pendamping dan pemegang izin IUPHHK-HTR. Agenda utama dari penyelenggaraan lokakarya adalah identifikasi permasalahan pembangunan HTR dari berbagai wilayah dan munculnya inisiatif pengembangan HTR.

3.4.3 Survey Pakar

Survai pakar dilakukan dengan tujuan untuk akuisisi pengetahuan yang dimiliki oleh pakar terhadap aspek-aspek pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat yang penting dalam rangka mewujudkan pengelolaan yang berkelanjutan. Penetapan pakar sebagai sumber pengetahuan atau responden didasarkan atas pertimbangan dan kriteria: 1). keberadaan, kemudahan dan kesediaan untuk diwawancarai, 2). reputasi, kedudukan, dan memiliki kredibilitas sebagai pakar, c). pengalaman pakar yang menunjukkan kemampuan untuk memberikan saran yang benar dan dapat membantu pemecahan masalah. Karakteristik pakar dalam memecahkan masalah adalah efektif, efisien dan sadar terhadap keterbatasanya. Akuisisi pengetahuan dari pakar dapat digunakan metode wawancara secara mendalam. Alternatif sumber pengetahuan dapat ditemukan melalui pengamatan kinerja seorang ahli maupun publikasi ilmiah (Eriyatno & Sofyar 2007). Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini berasal dari akademisi, tokoh masyarakat dan pemerintah. Jumlah total responden pakar sebanyak 10 orang untuk identifikasi dan strukturisasi elemen pengelolaan HTR berkelanjutan.