• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Berpakaian Rasulullah SAW

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 83-88)

Pendidikan Dari Sudut Pandang Islam

MAHASISWA Pendahuluan

A. Pendidikan Karakter

5. Etika Berpakaian Rasulullah SAW

Persoalan pakaian dalam Islam adalah merupakan hal yang penting dan harus menjadi pembeda antara Muslim dan non-muslim. Pakaian China punya ciri khas tersendiri, pakaian India ada ciri tertentu, pakaian orang Sudan, Libya, Pakistan, Bangladesh, Afhganistan tidak jauh berbeda kalau dipandang dari segi menutup aurat.

Umat Islam Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina, mungkin ada persamaannya dalam menutup aurat. Muslim Afrika, muslim Eropa dan muslim yang hidup di Barat juga hampir-hampir sama dalam menutup aurat. Dan pakaian orang Barat itu ciri khasnya sangat berbeda dengan pakaian umat Islam di manapun mereka berada. Karena itu kita sebagai Muslim dalam berpakaian harus berbeda dengan kaum musyrikin. Pakaian itu harus bersih dan suci. Allah berfirman dalam al-Qur’an: Artinya,

“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (Al-Muddatsir: 4). Maknanya,

bersihkanlah pakaianmu dengan air dan sucikanlah dirimu serta perbaikilah amal perbuatanmu.66

Sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a.,

65 Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam Muhammad AR, Bunga Rampai Budaya, Sosial,

dan Keislaman, Yo g ya k a r t a : A r r u z M e d i a , 2 0 1 0 , h a l . 5 8

66 Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Mengenal Lebih Dekat Pribadi Nabi SAW, (Bogor: Media Tarbiyah, Rajab 1426 H/ Agustus 2005 ), hal. 142

ia berkata: Atinya, “Pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah

SAW adalah gamis.” (Hadis shahih, diriwayatakan oleh Abu Daud

dan selainnya. Lihat Shahiihul Jaami’: 4501). Gamis adalah pakaian panjang sampai pertengahan betis.67

Islam mengatur hingga cara berpakaian, karena inti dari pada berpakaian adalah untuk menutup aurat. Menutup aurat dalam Islam adalah tidak menampakkan lekuk-lekuk tubuh atau badan. Jikalau seseorang berpakaian ketat, artinya sama saja dengan tidak berpakaian atau sama dengan bertelanjang karena dapat menampakkan semua lekuk-lekuk tubuhnya.68 Dengan perkataan lain boleh dikatakan bahwa ajaran Islam mengatur seluruh sendi kehidupan manusia secara komprehensif. Sebagai contoh bagaimana ajaran Islam mengatur pergi ke jamban, bersetubuh, berperang, bermuamalah, munakahat, beribadah, berpakaian, berteman, makan dan minum, dan sebagainya.

Dalam ajaran Islam berpakaian juga ada tatakramanya tersendiri baik itu kaum laki-laki atau kaum wanita. Semuanya ada mekanisme masing-masing bagaimana cara berpakaian agar tidak melanggar perintah agama. Islam tidak membatasi seseorang harus berpakaian begini dan begitu, tetapi yang diperlukan dalam Islam adalah bagaimana agar aurat itu bisa tertutup semuanya.

Menutup aurat dalam Islam adalah tidak diharuskan satu model saja, akan tetapi bermacam-macam model boleh-boleh saja asalkan lekuk-lekuk tubuhnya tidak transparan. Jika memakai pakaian yang sempit alias ketat sudah pasti semua lekuk-lekuk tubuh akan nampak, dan yang model begini menurut Rasulullah SAW sama saja dengan tidak berpakaian alias telanjang.

Seorang Muslim tidak boleh memakai pakaian orang

67 Ibid.

68 Muhammad AR. “Menurunnya Nilai-Nilai Akhlak Di Kalangan Mahasiswa Aceh”, Bidayah , Studi Ilmu-Ilmu Keislaman , Volume 1, Number 3, September 2010, hal. 320

kafir dan tidak boleh mengikuti mode mereka.69 Rasulullah SAW bersabda yang artinya: ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,

maka dia termasuk bagian dari mereka.” (H.R. Abu Daud dan ini

adalah hadis shahih).

Dewasa ini berbagai busana telah tersebar di negeri Muslim, yaitu cara berpakaian yang menyerupai orang-orang kafir, seperti memakai celana yang sempit atau ketat. Pakaian ini sering disebut dengan pakaian koboi atau pakaian charles atau selainnya. Dan saya mendengar salah seorang ulama menjawab pertanyaan salah seorang pemuda tentang hukum memakai pakaian yang sempit atau ketat. Beliau menjawab: ”Hukumnya haram, karena itu bisa membentuk aurat dan hal itu menyerupai pakaian orang kafir.”70

Sebenarnya kalau kita mengerti akan aturan Islam secara totalitas, maka persoalan berpakaian sudah tuntas dan tidak perlu diperdebatkan lagi seperti sekarang ini. Tidak perlu ada pro dan kontra ketika ada suara untuk berpakaian secara islami. Ini adalah ketentuan syari’at dan kalau kita yang sudah berada di Nanggroe Aceh Darussalam seharusnya sudah memahami betul akan aturan syari’at konon lagi para pemimpin Aceh. Demikian pula keinginan Bupati Aceh Barat, Ramli MS untuk mengganti pakaian ketat dengan rok adalah patut diteladani oleh semua Bupati-Bupati lain, walikota-walikota dan bahkan Gubernur sekalipun di Nanggroe Aceh Darussalam. Bupati Aceh Barat itu mengerti hukum dan undang-undang syari’at dan kepada pemimpin-pemimpin lain di Aceh tidak perlu malu mengikiuti sepak terjangnya. Karena semua calon pemimpin formal di Aceh sebelum menjadi pemimpin telah lebih dahulu menandatangani salah satu fasal yang diajukan KIP yaitu bersedia menjalankan syari’at Islam. Berpakaian secara islami juga bahagian dari syari’at Islam. Kalau toh seorang bupati dan gubernur atau walikota tidak tau atau enggan melaksanakan syari’at maka

69 Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Mengenal Lebih Dekat Pribadi Nabi SAW., hal. 146

mereka adalah melanggar sumpah, dan kalau sudah melanggar sumpah mereka akan berhadap dengan Allah bukan dengan rakyat yang lemah ini.

Pada hakikatnya kalau kita sering baca Qur’an surat al-’Araf ayat 26, surat al-Ahzab ayat 59, dan surat An-Nur ayat 30 dan 31 tidak terlalu alergi dengan gebrakan Bupati Aceh Barat. Karena kita sama-sama Muslim dan tau akan aturannya dan juga penuh komitmen untuk menjalankannya apalagi para pemimpin formal yang telah menanda tangani sumpah ketika mereka sedang menjadi calon pemimpin masyarakat. Oleh karena itu bacalah al-Qur’an dan juga sunnah Rasul SAW tentang berpakaian jangan sampai menyalahkan orang yang melarang berpakaian ketat. Memang dalam Islam kita disuruh lelaki dan perempuan untuk menutup aurat dan antara aurat lelaki dan perempuan ada perbedaannya. Seharusnya kita berterima kasih kepada siapapun yang menyuruh kita untuk arah kebaikan dan kebenaran, sebab berpakaian secara islami adalah merupakan suatu amar makruf dan patut didukung dan dilaksanakan. Mencegah orang berpakaian ketat adalah nahi mungkar, ini adalah ajaran Islam dan para pemimpinlah yang harus memulainya karena mereka punya kuasa dan wewenang. Jika para pemimpin yang berada di bawahan hukum syari’at tidak mau melaksanakan hukumnya maka mereka semua nanti akan berhadapan dengan Allah Yang Maha Perkasa. Mereka akan bertekuk lutut dihadapan Allak kelak, oleh karena itu mumpung masih diberi kuasa maka laksanakanlah hukum-Nya dan jangan memutar balik fakta dan kenyataan, dan jangan mengatakan melanggar dengan ini dan melanggar dengan itu. Takutlah wahai para pemimpin akan melanggar hukum Allah.

Dalam Islam diatur bagaimana akhlak berpakaian sesuai menurut syari’at? Untuk kaum lelaki batas aurat mulai pusat hingga lutut. Ini berlaku baik ketika shalat atau di luar shalat. Sedangkan untuk kaum wanita wajib menutup aurat mulai dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Saya

kira kedua cara dan syarat ini semua kaum muslimin dan muslimat sudah mengetahuinya. Tinggal bagaimana mekanisme berpakaian itu agar aurat tersebut bisa tertutup. Sebagai tambahan bahwa menutup aurat tidak sama dengan membalut tubuh, karena antara menutup aurat dan membalut tubuh adalah dua terminologi yang berbeda.

Orang boleh saja berpakaian tetapi auratnya nampak dan inilah yang sekarang lebih banyak dipertontonkan oleh anak-anak gadis kita sekarang ini. Mereka berpakaian tetapi telanjang dan ini sesuai dengan makna sabda Nabi SAW: Bahwa ”pada akhir zaman nanti kaum wanita berpakaian tetapi telanjang.” Artinya pakaian wanita itu ada tetapi kainnya tipis sehingga semua lekuk tubuhnya nampak dilihat, demikian juga kadang-kadang wanita berpakaian tetapi ketat dan membentuk tubuh sehingga tidak ada yang tersembunyi. Ini sama saja dengan tidak berpakaian dan inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW bersabda:

Dari Samurah bin Jundub r.a., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, artinya: Pakailah pakaian warna putih, karena itu lebih

bersih dan lebih baik, dan kafanilah orang-orang meninggal di antara kalian dengan kain berwarna putih.” (Hadis riwayat Ahmad

dan selainnya dengan sanad shahih).

Dari Ibnu ’Umar radhiallahu ’anhuma, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, artinya: ”Pada hari kiamat, Allah tidak akan

memandang kepada orang yang memanjangkan kain sarungnya karena sombong.” (Mutafaaqun ’alaih).

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, artinya: ”Apa yang berada

di bawah mata kaki dari kain/sarung, tempatnya di Neraka.” (H.R.

al-Bukhari).

Dari Salim, dari ayahnya, dari Nabi SAW, beliau bersabda: Artinya, ”Isbal itu terdapat pada sarung, baju dan imamah (kain

penutup kepala), barangsiapa yang menjulurkan semua itu karena sombong, maka Allah tidak akan memandangnya pada hari kiamat.

(H.R. Abu Daud dan An-Nasa-i dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani).

Demikianlah pakaian umat Islam yang sesuai dengan syari’at dan juga model pakaian yang telah digunakan oleh Rasulullah SAW. Namun demikian yang harus pegang bahwa kita disuruh menutup aurat dan persoalan nama pakaian tersebut tidak penting. Mungkin Orang India mempunyai nama tersendiri, orang Arab memiliki nama sendiri, orang Indonesia ada nama juga , orang Aceh ada juga nama tersendiri, orang Melayu, Cina, Eropa, Afrika dan lain-lainnya. Semua manusia di dunia ini ada nama khusus tentang pakaian mereka, pakailah pakaian tersebut asalkan menutup aurat. Pakaian yang paling baik adalah pakaian taqwa, yaitu pakaian yang membuat manusia tunduk, ta’at dan tawadhuk kepada Allah dengan sesungguhnya. Inilah pakaian yang diharapkan dan mendapat redha Allah.

6. Kriteria berpakaian dalam Islam adalah sebagai berikut:

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 83-88)