• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian kurikulum

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 99-105)

Pendidikan Dari Sudut Pandang Islam

MAHASISWA Pendahuluan

A. Pengertian kurikulum

Islam merupakan sebuah way of life yang sangat komprehensif sehingga semua persoalan yang terjadi ada aturannya dan bagaimana menanganinya. Islam meliputi aqidah, syari’ah dan akhlak. Ketiga

hal pokok ini dapat membimbing manusia ke jalan yang benar dan diridhai Allah SWT. Tidak ketinggalan dalam sistim pendidikannya yang merangkumi semua aspek syari’at Islam secara komprehensif. Semua persoalan yang menyangkut tentang pendidikan Islam digabungkan seluruhnya dalam sebuah manhaj yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu dalam rangka melahirkan anak didik yang bertakwa, berakhlak mulia, professional dan bertanggung jawab, maka diperlukan sebuah kurikulum pendidikan Islam serba lengkap.

Dalam bahasa Arab kurikulum disebut manhaj atau minhaj yang diambil dari kata dasarnya nahaja yang bermakna mengikuti jalan, atau sebuah cara. Untuk lebih jelas bahwa arti kurikulum adalah sebagai ukuran atau rencana pengajaran dan pembelajaran yang merangkumi berbagai disiplin ilmu apakah ianya ilmu yang bersifat rohani ataupun jasmani. Pada umumnya manhaj (kurikulum) ini disusun oleh sekelompok para ahli dalam berbagai latar belakang, dan memiliki kemampuan yang beragam, untuk melahirkan generasi muda yang berguna bagi agama dan bangsa.

Kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu ”curere” yang bermakna jalan atau jejak dari permulaan hingga akhirnya. Perkataan ini telah lama digunakan oleh orang Romawi pada abad sebelum Masehi dengan maksud balapan yang sering digunakan untuk perlombaan kereta kuda, Pedati). Sekarang ini pengertian kurikulum sudah berkembang sehingga menjadi sebuah konsep yang luas, kabur dan abstrak.78 Menurut Hasan Langgulung, kurikulum adalah sejumlah pengalaman dalam bidang pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, kesenian, yang dipersiapkan oleh sebuah lembaga pendidikan untuk mengembangkan tingkah laku dan pemikiran murid-murid sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.79

78 Noor Hisham Md Nawi. (2011). Konsepsualisasi Semula Pendidikan Islam. Tanjong Malim, Perak: Penerbit Universiti Sultan Idris, Hal. 88

Sedangkan Al-Syaibani mendefinisikan kurikulum sebagai jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik atau guru sebagai pengajar dan anak didik sebagai orang yang diajarkan agar mereka dapat mengembangkan pemikirannya, ilmu pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku mereka.80 Pada hakikatnya yang dikatakan kurikulum adalah segala sesuatu yang dijadikan acuan dan dasar pemikiran di sesebuah lembaga pendidikan. Segala sesuatu yang berlaku di sebuah institusi atau lembaga, maka itulah yang dikatakan kurikulum. Jika kurikulum tersebut digunakan di dalam lembaga pendidikan Islam, maka ianya dinamai dengan kurikulum pendidikan Islam.

Dalam perspektif Islam, kurikulum adalah meliputi banyak hal yang berhubungan dengan nilai-nilai Islam. Pokoknya kurikulum pendidikan Islam harus mencakup berbagai kepentingan umat manusia dalam rangka untuk pengembangan dirinya dan masyarakatnya, dan keluarganya serta keperluan untuk bangsa dan negaranya. 81

Secara umum, kurikulum adalah sesuatu apa yang terjadi di sekolah baik itu formal ataupun informal, terbuka ataupun tersembunyi. Dengan kata lain, kegiatan guru dan murid baik di dalam kelas ataupun di luar kelas sudah dianggap kurikulum. Namun demikian, menurut pandangan Islam, kurikulum itu meliputi banyak hal yang berkenaan dengan nilai-nilai Islam. 82 Pendapat ini diperkuat oleh Sha’ban Muftah Ismail, yang mengatakan bahwa kurikulum adalah manusia dengan seluruh keyakinannya atau

di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, hal. 52.

80 Al-Syaibani dalam Abdullah Ishak. 1995). Pendidikan Islam dan Pengaruhnya di

Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, hal. 52

81 Muhammad AR. ‘The Curriculum of Islamic Studies in Traditional and Modern Dayahs in Aceh : A Comparative Study ‘ Al-Jami’ah, Journal of Islamic Studies, Vol. 39 Number 1 January-June 2001, hal. 80

kepercayaannya, philosophinya, dan kebiasaan apa yang mereka praktekkan dalam kehidupannya. Ini merupakan refleksi nilai-nilai politik, nilai-nilai sosial, nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai etika, moral dan estetika yang telah diberikan di bangku sekolah.83

Kurikulum merupakan inti dari sebuah sekolah, karena kurikulumlah yang mereka tawarkan kepada publik, dengan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, guru yang professional, dan fasilitas pembelajaran yang memadai.84 Memang tidak dinafikan jika ingin memperkenalkan sekolah kita, institusi kita atau ma’had kita, maka yang perlu dipromosikan adalah tenaga pengajar yang berpengalaman dan professional, letak sekolah yang jauh dari kebisingan, tempat olah raga yang memadai, kantin yang bersih dan terjangkau, asrama yang bersih dan lengkap dengan fasilitas peribadatan dan perpustakaan, dan pegawai-pegawai yang ramah dan jujur semuanya. Inilah kurikulum yang diminati orang sehingga orang tua mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah kita. B. Pembentukan Kurikulum Pendidikan Islam

Jika kita berbicara tentang kurikulum maka kita tidak dapat menafikan pembahasannya meliputi pembentukan kurikulum atau perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, pengajaran kurikulum, evaluasi kurikulum, pembaharuan kurikulum, dan management kurikulum. Semua pembahasan ini adalah model pembahasan kurikulum selama ini dan rasanya tidak bertentangan jika digunakan dalam pendidikan Islam.

Model pendidikan masa silam memang tidak menggunakan semua langkah tersebut karena dalam institusi pendidikan Islam tradisional tidak ada pembaharuan dalam kurikulum karena mereka terus menggunakan kurikulum baku dari masa ke masa. Tidak ada

83 Sha’ban Muftah Ismail dalam Muhammad AR. . ‘The Curriculum of Islamic Studies… hal. 80

84 Dede Rosyada. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan

evaluasi dan pembaharuan serta managemen yang memadai selama penggunaan kurikulum di sebuah lembaga pendidikan Islam dan ini sudah menjadi turun temurun diberlakukan.

Pendidikan Islam merupakan salah satu alat untuk membudayakan masyarakat manusia itu sendiri. Dengan pendidikan Islam manusia itu dapat memfungsikan diri agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan hidup yang lebih bermakna sehingga ianya dapat mensejahterakan manusia dunia dan akhirat. Jika manusia itu menjalankan pendidikan Islam berdasarkan pada sumbernya yang asli yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW, maka seakan-akan pendidikan Islam pada masa Rasul akan kembali lagi. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW, maka perlu kiranya para pembuat kebijakan dalam bidang pendidikan berembuk untuk melahirkan kurikulum pendidikan yang berciri khas Islam dan outputnya bisa dilihat setelah beberapa tahun kita mendidikan anak manusia itu.

Pembentukan kurikulum harus melibatkan banyak orang seperti pakar-pakar pendidikan Islam, guru-guru atau dosen, politisi dan pemerintah. 85 Menurut Gail, orang-orang yang bertanggung jawab dalam pembentukan kurikulum adalah orang-orang terpelajar (dewan pakar), pegawai pemerintah, para politisi, guru dan stake holder. Selain dari itu diperlukan juga dukungan orang tua, para ahli falsafah, para pemimpin dan pimpinan agama, dan anggota masyarakat yang peduli terhadap pendidikan. 86 Apabila semua komponen masyarakat ikut serta membentuk atau merancang sebuah kurikulum, maka kemungkinan besar kurikulum tersebut sangat mendekati kesempurnaan karena semua unsur telah mencurahkan pikirannya demi masa depan pendidikan anak bangsa.

85 Abdullah Ishak. (1995). Pendidikan Islam dan Pengaruhnya di di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahsa dan Pustaka. Hal. 166

Dalam pembentukan dan pelaksanaan kurikulum, diperlukan keikutsertaan pihak-pihak yang berkompeten. Keikutsertaan pakar pendidikan, baik secara individu ataupun secara kelompok sangat bermanfaat dalam pembentukan sebuah kurikulum karena kerjasama antara mereka akan melahirkan sebuah kesimpulan yang komprehensif tentang kurikulum.87 Namun yang paling merugikan anak didik adalah jika sebuah negara selalu gonta ganti kurikulum sesuai dengan selera Menteri Pendidikannya.

Sebagai contohnya di negara kita, Menteri Pendidikan dibawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Muhammad Nuh, dia telah lama dan lengkap merumuskan Kurikulum tahun 2013 dengan menghabiskan uang negara bermilyar-milyar, tetapi begitu ganti rezim kepada Presiden Joko Widodo dan menteri pendidikannya di bagi dua, yaitu Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan dan Menteri Pendidikan Tinggi-nya Muhammad Nasir.

Semua Kurikulum 2013 yang telah dirancang oleh Muhammad Nuh sirna semuanya, karena Menteri Pendidikan Anis Baswedan tidak memakainya apa yang telah dibuat oleh Menetri Pendidikan rezim SBY. Perlakuan seperti ini bukan hanya membingungkan guru dan murid, akan tetapi merugikan negara bermilyar rupiah, tetapi tidak ada yang merasa bersalah, yang menderita adalah rakyat.

Sedangkan yang paling merasa diuntungkan adalah para penulis, percetakan atau penerbitan, dan panita perancang kurikulum tersebut. Mereka bekerja berdasarkan SK dan Surat Perintah dan semuanya dibayar namun K-13 tersebut tidak tau rimbanya. Beginilah model pendidikan di negara berkembang. Namun, kalau kita melihat pada sistim pendidkan Islam tradisional seperti pesantren dan dayah di Aceh, tidak ada yang mau otak-atik kurikulum mereka sehingga jelas sekali mereka melahirkan orang-orang yang demikian, demikian, demikian dari dulu hingga kini. Ini

87 Abu Bakar Nordin. (1991). Kurikulum Perspektif dan Pelaksanaan. Kuala Lumpur: Pustaka Antara, Hal. 24

semua karena kurikulum mereka sudah baku dan tidak perlu lagi intervensi pihak ini dan pihak itu.

Pendidikan Islam adalah suatu proses pelaksanaan falsafah pendidikan dan penterjemahannya secara realitas dalam upaya membina insan atau masayarakat sesuai dengan falsafah Islam yang berdasarkan pada prinsip-prinsip nilai yang diajarkan oleh Islam. Pendidikan Islam juga merupakan gagasan ilmiah yang dapat menjamin tercapainya kesuksesan membentuk pribadi muslim yang beraqidah islamyah. 88 Pembentukan kurikulum pendidikan Islam seharusnya harus melibatkan pakar-pakar pendidikan Islam yang istiqamah dengan nilai-nilai Islam ajaran Islam dan akhlak Islam.

Kita melihat jauh kebelakang bagaimana kurikulum Darul Arqam bisa melahirkan manusia seperti Abu Bakar Siddiq, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabah, Yasir, Sumayyah, Ammar bin Yasir, Khadijah al-Kubra, Zaid bin Haritsah, Abu Dzar al-Ghifari, Utsman bin Maz’un, dll. Inilah model kurikulum pendidikan Islam yang teragung di dunia ini sehingga dapat melahirkan manusia-manusia yang terhormat, tha’at, setia, jujur dan adil, serta berakhlak mulia semuanya.

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 99-105)