Pendidikan Moral
B. Rasa Saling Menghormati
Seorang Muslim harus bersikap sopan dan berperilaku baik terhadap tetangganya, keluarganya, kerabatnya, dan juga ia harus menghormati orang tuanya, saudaranya semuanya tanpa memilah-milah. Antara seorang muslim dengan muslim lainnya perlu saling menghormati, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda.108 Menghormati orang tua, guru dan juga menghormati sesama teman adalah salah satu ajaran Islam. Mengasihani anak yatim dan membela kaum fakir dan miskin atau kaum dhu’afa adalah bahagian dari ajaran Islam.
Hormat menghormati adalah suatu anjuran dalam Islam misalnya menghormati guru, saling bertegur sapa, tidak saling menjatuhkan marwah, sopan dalam berbicara, saling kunjung
107 Warul Walidin, “Pendidikan Sebagai Upaya Normatif Hirarki Nilai dan Tipologi Belajarv Afektif’ Pencerahan, Jurnal Pendidikan, V0l. 7 N0. 1 januari-April 2010, hal. 51
108 Syaikh Abu Bakar Al-Jazairy, Mengenal Etika dan Akhlak islam, penterjemah Rita Audriyanti, Jakarta: Lentera Basritama, 2003, hal. 85
mengunjungi, menghormati seeorang karena ilmunya, tidak saling membenci, Ini merupakan ajaran Rasulullah Saw kepada setiap Muslim agar melaksanakan dalam kehidupannya. Menghormati guru karena telah mengajarkan kita walaupun satu perkataan.109 Mengapa kita menghormati guru karena mereka adalah pemberi ilmu dan memasukkan nilai-nilai ke dalam otak dan hati murid. Mereka para guru adalah orang yang memiliki ilmu apakah banyak ataupun sedikit. Keutamaan ilmu sungguh besar, kemuliaanya sungguh tinggi dan agung. Berapa banyak orang yang rendah telah terangkat derajatnya karena ilmu dan menjadi orang mulia. Dengan ilmulah manusia bisa dihargai baik oleh Allah dan juga oleh manusia.110
Hormat itu merupakan ciri khas orang yang berpendidikan dan berperadaban tinggi dan orang yang tidak memiliki rasa hormat kepada orang lain artinya kesombongan dan keangkuhan. Inilah yang sifat-sifat yang telah dipertontonkan oleh Firaun, Haman, Qarun, Abu lahab, Abu Jahal, dan lain-lain para manusia angkuh yang pernah ada dalam sejarah kemanusiaan. Menghormati guru, ibu bapak, ulama, pemerintah adalah merupakan ajaran dalam Islam. Secara alamiah kalau kita mau dihormati orang maka hormatilah diri sendiri dan orang lain.
Jika kita tidak pernah menghormati diri sendiri, tidak pernah mengenal diri sendiri, tidak pernah menjaga harga diri kita sendiri, mana mungkin orang lain mau menghargai diri kita. Harga diri bangsa adalah terletak pada moral bangsanya, kekuatan bangsa terletak pada kekuatan moral bangsa itu, kehormatan sebuah bangsa terletak pada istiqamahnya bangsa itu menjalankan syari’at Allah di muka bumi ini. Banyak para pemimpin negara Islam yang berkuasa tetapi akhirnya mengalami nasib yang sangat tragis pada akhirnya, ini
109 Muhammad AR. Akulturasi Nilai-Nilai Persaudaraan Islam Model Dayah Aceh, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta: 2010, hal.168
110 Abu Bakar Jabir Al-Jazairy, Ilmu dan Ulama: Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat, Penerjemah Asep Saefullah dan Kamaluddin Sa’diyatulharamaain, Jakarta: Pustaka Azzah, hal.25
semua karena mereka menolak hukum Allah. Lihat saja bagiamana keangkuhan para pemimpin dunia pada abad ke 19 hingga abad ke 21 seperti Shah Iran (Muhammad Reza Fahlevi) dari Iran, Saddam Husein dari Iraq, Moammar Khadafi dari Lybia, Soeharto NKRI, Husni Mubarak dari Mesir, Zine el-Abidin Ben Ali dari Tunisia, dan lain-lain. Namun semua mereka ini pada akhirnya dipermalukan oleh Allah karena ketidak peduliannya terhadap syari’at Islam ketika mereka berkuasa. Mereka ketika berkuasa hanya mengedepankan kepemimpinan otoriter dan tidak segan-segan menumpahkan darah orang-orang yang menentang mereka dan wajarlah mereka harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Inilah pendidikan politik yang telah diperlihatkan Allah kepada manusia akhir zaman sebagai ibrah kepada mereka yang akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Mereka sebagai para pemimpin di negara-negara muslim tidak satupun dapat dijadikan teladan bagi umat Islam dewasa ini.
Bahkan raja-raja dari Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan Turki Usmany sekalipun mustahil dapat dijadikan sebagai contoh yang benar bagi agama Islam yang hanif ini. Mereka mewarisi kekuasaan dengan kefanatikan darah dan kekuatan serta menghambur-hamburkan harta dan hanyut dalam kenikmatan. Patutkah kita me3ngambil teladan pada mereka-mereka ini?111 Teladan yang diberikan oleh para penguasa muslim untuk umat Islam sangatlah minim sekali, mereka mewariskan sesuatu yang tidak terdapat dalam ajaran Islam.
Misalnya, yang kebanyakan mereka pertontonkan adalah bagaimana mewariskan kekuasaan kepada keluarganya, bagaimana cara memperkaya diri lewat penderitaan rakyat, bagaimana cara membunuh atau menghabisi orang-orang yang mengkritiknya, bagaimana mereka dan keluarganya menghabiskan uang negara dan harta rakyat dan kemuadian dihabiskan dengan berfoya-foya baik di meja judi atau untuk bermabuk-mabukan dan
111 Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Dokter Islam, penerjemah Siti Hanna Harun Lc, Jakarta, Mustaqim, 2006, hal. 52
perzinahan dengan wanita-wanita cantik dari berbagai belahan dunia. Kalau begini pemandangan yang diberikan para penguasa muslim, juangan harapkan adanya penghormatan kepada raja atau kepada para pemimpin sampai kapanpun. Seharusnya para pemimpin mewariskan apa yang telah diwariskan oleh Muhammad saw kepada umatnya, yaitu akhlak mulia, kesederhanaan dalam hidup, kasih sayang antara sesama manusia, serta saling menghormati.
Islam mengajarkan agar seorang muslim menghormati orang lain, tidak menghina orang lain, tidak menganggap rendah atau enteng orang lain, tetapi berilah penghormatan kepadanya dengan sepatutnya. Salah satu identitas orang muslim adalah menghormati orang yang lebih tua, menghormati ulama, dan orang-orang yang berilmu. Siapa yang tidak saling menghormati antara sesama umat Islam, maka seseorang itu akan kehilangan haknya berada dalam sebuah komunitas muslim ummah.112 Rasa hormat yang ada pada seseorang adalah sebuah ketundukan dan kelapangan hati serta kebesaran jiwa sehingga dia dengan bersahaja bersedia mengakui kelebihan dan keunggulan orang lain. Sifat ini merupakan sebuah hal yang sangat wajar dimiliki manusia untuk menghilangkan rasa keegoan dan keangkuhan yang ada pada dirinya. Inilah ilmu untuk bermasyarakat dan saling sharing perasaan dan penderitaan terhadap sesama manusia di bumi ini.
Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dibangun atas dasar cinta dan ketulusan, yang anggota-anggotanya selalu nmengedepankan kesalehan kejujuran, kebenaran dan keikhlasan. Oleh karena itu sangat minim ruang gerak yang diberikan untuk berbuat curang, menipu, memperdaya, mencelakakan orang, atau berkhianat. 113 Inilah masyarakat dambaan semua manusia normal yang memiliki rasa nilai kemanusiaan yang tinggi, berakhlak mulia, saling menghormati dan membela yang benar serta menjalankan
112 Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal, penerjemah Ahmad Baidowi, cetakan ke II, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2001, hal. 316-317
hukum kepada siapapun yang bersalah. Dengan demikian terciptalah masyarakat harmonis yang bernuansa anti kekerasan dan kejahiliyahan serta kemunafikan.
C. Kedisiplinan
Dalam Islam ada tatakrama yang mengatur seluruh kehidupan manusia terserah mereka (manusia) mau melaksanakannya atau tidak. Dengan kata lain bahwa Islam menyediakan berbagai cara untuk melakukan sesuatu dari hal-hal yang kecil sehingga perkara yang besar sekalipun. Ajaran Islam adalah komprehensif dan memiliki segala aturan untuk mengatur kehidupan. Karena itulah, jika seluruh kandungan ajarannya dapat dijadikan pedoman dalam mengharungi kehidupan ini maka selamatlah ia dari terpaan badai kehidupan, bahkan dampak pelaksanaan ajaran Islam secara komprehensif akan berbuah hasilnya hingga ke akhirat kelak.
Islam mendidik manusia untuk menjaga nafsu dan ini sebagai metode mendisiplinkan jiwa. Mendidik sifat-sifat sabar, mandiri, puas dengan yang sedikit (qana’ah), dan tidak mencari pertolongan sama orang lain kecuali kalau memang terpaksa. Ketepatan waktu dalam shalat, dalam menunaikan janji dan juga dalam melaksanakan puasa dan berbuka adalah juga termasuk disiplin. Disiplin seorang Muslim pertama setiap hari adalah pada melaksanakan shalat fajar dan berakhir pada shalat Isya. 114 Kalau seorang Muslim disiplin dalam menjaga shalat lima waktu tepat pada waktunya maka itu namanya sudah menjalankan disiplin kepada Allah dan diri sendiri. Apalagi ketepatan dalam melaksanakan shalat Subuh dan Isya berjama’ah di mesjid atau di musalla. Ini sebagai cerminan kedisiplinan dan bebas dari sifat-sifat nifaq. Kalau sifat nifaq sudah bebas dari seorang manusia, maka bebas pula dia dari sengatan api neraka, sebab para munafiqun dan yang memiliki sifat nifaqlah yang akan menghuni basement (lantai dasar) neraka jahannam. Demikian pentingnya kedisiplinan menjaga shalat agar dilakukan pada waktunya.
Islam itu displin dan ini dapat dilihat dari sejumlah ajaran Islam misalnya: shalatlah pada waktunya, bersegeralah menguburkan janazah, bersegeralah membayar hutang, bayarlah zakat jika sudah sampai nisabnya, nikahlah anak-anak wanita jika mereka sudah sampai umurnya, taubat dan minta ampunlah kamu sebelum maut menjemput anda. Ini semua perintah-perintah dalam agama yang harus disegerakan dan orang-orang yang bisa menjalankan perintah agama tepat pada waktunya maka dia dianggap orang yang sangat disiplin dan ta’at kepada Khaliknya.