• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Pendidikan Islam itu Komprehensif

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 105-115)

Pendidikan Dari Sudut Pandang Islam

MAHASISWA Pendahuluan

C. Kurikulum Pendidikan Islam itu Komprehensif

Pada tataran ini diperlukan tenaga ahli yang mendesain kurikulum secara rasional dan menarik agar semua orang berbondong-bondong ke sekolah kita. Mungkin dahulu kurikulum lebih banyak ditentukan oleh pemerintah pusat dan segala sesuatu dibuat sesuai dengan kebutuhan pemerintah bukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Makanya hasil didikan sebuah lembaga pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan para orang tua akhirnya kurang berminat mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah kita walaupun letaknya sangat dekat dengan mereka.

88 Lihat Abdul Halim El-Muhammady (Penyelenggara).(1994). Pendidikan Islam,

Peranannya dalam Pembangunan Ummah. Kuala Lumpur: Persatuan Bekas Mahasiswa

Oleh sebab itu kurikulum sekolah harus komprehensif, yaitu mencakup semua kehendak masyarakat dan pemerintah serta stake holder. Jika yang kita maksud kurikulum pendidikan Islam, maka isi kurikulum-pun harus meliputi apa yang dikehendaki oleh Islam itu sendiri, sesuai dengan ajaran Islam dan masyarakat Islam serta stake holder yang islami pula.

Dahulu pembentukan dan perancang kurikulum sangat ekstrem dan otoritas kurikulum ditentukan oleh pemerintah khususnya pemerintah pusat. Namun demikian kebiasaan tersebut sudah mulai berobah dan sekarang sudah ada ruang yang lebih banyak diberikan kepada sekolah (guru-guru dan kepala sekolah) yang didukung oleh komunitas setempat seperti orang tua murid, ahli pendidikan dan para ahli yang peduli pendidikan, para praktisi, akademisi, universitas/perguruan tinggi dan dunia usaha lainnya. Mereka memberikan masukan tentang kualifikasi yang mereka kehendaki, demikian pula keinginan pemerintah daerah untuk berkontribusi terhadap isi kurikulum juga sangat kuat karena mereka memerlukan tenaga-tenaga siap pakai. Memang kita tidak menafikan hingga sekarang ini masih kuat juga pengaruh pemerintah dalam menentukan kurikulum karena otoritas ada ditangan mereka.89 Walaupun demikian sekarang ini peluang sudah terbuka lebar untuk setiap daerah untuk memasukkan muatan lokal dalam kurikulum pendidikannya masing-masing dan ini tidak ada tekanan dari pemerintah pusat asalkan saja daerah mau melaksanakannya.

Kurikulum pendidikan Islam disusun sebaiknya berdasarkan ajaran Islam dan mengandung materi yang mampu melahirkan manusia yang berkehidupan islami. Kurikulum juga harus mengandung tata nilai islami yang intrinsik dan ekstrinsik yang mampu melahirkan tujuan pendidikan; kurikulum pendidikan Islam harus diproses melalui metode yang sesuai dengan nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam; kurikulum, metode, dan tujuan pendidikan Islam harus saling berkaitan dan

saling menjiwai dalam proses mencapai produk yang dicita-citakan menurut agama Islam.90

Produk yang diinginkan oleh masyarakat Islam adalah kurikulum yang dapat melahirkan manusia muslim yang berakhlak mulia, terampil, cerdas, benar-benar menjadi orang mukmin yang tha’at kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, orang yang jauh dari sifat munafik dan sombong, serta tidak menciptakan hal-hal yang bertentangan dalam masyarakat.

Islam itu syamil dan tidak terkungkung pada suatu sikap dan pendapat yang berkembang di masa lalu, tetapi Islam sesuai dengan zaman walaupun tidak menabrak koridor kesakralan. Kurikulum pendidikan Islam tidak anti pembangunan dan perkembangan zaman, namun memberikan peluang untuk maju dan berkembang asalkan tidak menabrak rambu-rambu Allah dan Rasul-Nya.

Pembangunan demi kemaslahatan ummah memang sangat dikehendaki dan modernitas bukan musuh Islam selagi modernitas itu tidak digiring ke ambang kehancuran moral dan pendangkalan aqidah. Justru itu kurikulum pendidikan Islam dirakit sesuai dengan moral islami dan jauh dari kemunafikan dan enjoyment yang semu. Kita tidak dilarang mencari harta dan kekayaan, tetapi dengan cara-cara yang santun dan tidak mencampuradukkan antara yang haq dan bathil, setelah harta dan kekayaan digapai maka perlu diingat bahwa dalam harta itu terdapat hak orang lain yaitu hak kaum fakir dan miskin, itulah yang dinamai dengan infaq, sadaqah dan zakat. Islam menekankan agar hak orang-orang tersebut merupakan hak Allah dan wajib dilunaskan dan tidak perlu ditunda-tunda atau diperlambat.

Demikian pula setiap anak Adam yang memiliki hak untuk mendapatkan ilmu (pendidikan), oleh karena itu bagi orang yang menganggap dirinya punya kemampuan (ilmu) sudah

90 H. M. Arifin. (2003). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis

sepantasnyalah diinfakkan kepada orang-orang yang miskin ilmu. Demikian seterusnya hal-hal yang harus diinjeksikan dalam kurikulum pendidikan Islam agar semua komponen bangsa terdeteksi kebutuhannya, teramini permohonannya, tersalurkan aspirasinya, dan terobati penyakit yang mereka deritai.

Referensi

Abdul Rahman MD. Aroff dan Chang Lee Hoon, Pendidikan Moral, Selangor –Malaysia, Longman Malaysia Sdn. Bhd. 1994.

Abdurrahman Assegaf. (2004).Pendidikan Tanpa Kekerasan, Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Abu Bakar Jabir Al-Jazairy, Ilmu dan Ulama: Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat, Penerjemah Asep Saefullah dan Kamaluddin Sa’diyatulharamaain, Jakarta: Pustaka Azzah.

Abu Bakar Nordin. (1991). Kurikulum Perspektif dan Pelaksanaan. Kuala Lumpur: Pustaka Antara.

Abu Hasan Ali an-Nadwi dalam Ahmad Moh Salleh. (2002). Pendidikan Islam Dinamika Guru. (Shal Alam, Malaysia, Karisma Publications SDN. BHD.).

Ahmad bin Mohd Salleh. (1995). Pendidikan Islam (Dinamika Guru). Cetakan pertama. Shah Alam, Malaysia: Fajar Bakti SDN. BHD. _____________. (2002). Pendidikan Islam Dinamika Guru, cetakan

kedua. (Shah Alam, Karisma Productions SDN.BHD.

Abdul Hamid Al-Bilaly. (1998). Saudariku, Apa yang Menhalangimu untuk Berhijab?, Penerjemah Ainul Haris, (Ujung Pandang, Al-Haramain Islamic Foundation P e r w a k i l a n Indonesia).

Abdullah Ishak. (1995). Pendidikan Islam dan Pengaruhnya di di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahsa dan Pustaka.

Amru Khalid. (2006). Semulia Akhlak Nabi SAW. penerjemah Imam Mukhtar Lc, cetakan ke III, (Solo: Aqwam, Sya’ban 1427 H/ Agustus).

Ainurrofiq Dawam dalam Muhammad AR. (2003). Pendidikan di Alaf

Baru: Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Yogyakarta:

Prismasophie.

Bulan Bintang.

Al- Ahdal, Abdullah Ahmad Qadiry. (1997). Tanggung Jawab dalam Islam. Klang, Selangor-Malaysia: Klang Book Center).

Al-Najjar, Zaghlul R. (1988). Source and Purpose of Knowledge. The International Institute of Islamic Thought. Islamization of Knowledge Series No. 5

Al- Syaibani, Omar dalam Muhammad AR. (2003). Pendidikan di Alaf Baru: Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta: Prismasophie.

Al-Syaibani, Omar. (1991). Falsafah Pendidikan Islam. Shah alam, Malaysia: Hizbi.

Ali Abdul Halim Mahmud. (2003). Tarbiyah Khuluqiyahg, Pembinaan Diri Menurut Konsep Nabawi, Penterjemah Afifuddin Lc, Solo: Media Insani Press.

Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono dan Rahardjito. (2003) cetakan ketujuh. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Amir Hasan Dawi. (2002). Penteorian Sosiologi dan Pendidikan. Edisi kedua. Tanjong Malim, Malaysia: Quantum Books.

Ash-Shafti, Ali Muhammad Khalil. (2003). Iltizam Membangun Komitmen Seorang Muslim. Jakarta: Gema Insani Press.

Azizah Othman dalam Mardzelah Makhsin. (2003). Pendidikan Islam 1: Buku Rujukan bagi Konsep-Konsep Asas Pengajian Islam seperti Fekah, Akhlak dan Sirah. Pahang , Malaysia: PTS Publications & Distributors SDN. BHD.

Darmiyati Zuchdi. (2008). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi, Jakarta: Bumi Aksara.

Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Akademi Anak, http:// edukasi.kompas.com/read/2012/02/27 diakses tanggal 12 Maret 2012.

Dede Rosyada. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Fatimah Saleh, Khadijah Zon, dan Zurida Ismail, “Kurikulum Pendidikan Awal; Ke Arah Pendekatan Holistik”, Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Universiti Sains Malaysia, Pulo Pinang, Jilid 12 1992/93.

Harian Waspada, Sabtu, 23 April 2011/19 Jumadil Awal 1432 H. Hasan Manshur, Syaikh Hasan. (2002). Metode Islam Dalam Mendidik

Remaja. Jakarta: Penerbit Buku Islami Mustaqim.

Hasan Langgulung. (1991). Asas-Asas Pendidikan Islam. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Hasan Langgulung dalam Fatimah Saleh, Khadijah Zon, dan Zurida Ismail, “Kurikulum Pendidikan Awal; Ke Arah Pendekatan Holistik”, Jurnal Pendidik dan Pendidikan, Universiti Sains Malaysia, Pulo Pinang, Jilid 12 1992/93.

H. M. Arifin. (2003). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasaarkan Pendekatan Interdisipliner. Edidi revisi. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 141

Ibnu Jauzi. (2010). Shaidul Khathir: Untaian Renungan Penih Hikmah Pembangkit Energi Taqwa. Jakarta: Darul Haq.

Lihat Syaikh Muhammad Al-Ghazali. (2006). Dokter Islam (penterjemah Siti Hanna Harun Lc), (Jakarta: Mustaqim).

Lihat Dr. Adian Husaini. (2009). Membendung Arus Liberalisme di Indoenesia. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar).

Lihat juga Dr. Ali Abdul Halim Mahmud. ( 2003). Tarbiyah Khuluiqiyah; Pembinaan Diri Menurut Konsep Nabawi. Solo: Media Insani. Lihat Dr. Muhammad Abdurrahman. (2014). Bagaimana Seharusnya

Lihat Muhammad AR, Akulturasi Nilai-Nilai Persaudaraan Islam Model Dayah Aceh, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2010. Lihat Buku Panduan Program S-1 dan D-3 IAIN Ar-Raniry tahun

Akademik 2011/2012.

Lihat Abdullah Ishak. 1995). Pendidikan Islam dan Pengaruhnya di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Lihat Ir. Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid. (2004). Cara Nabi SAW Mendidik Anak. Penterjemah Hamim Thahari, Thalhah Nuhin dan Said Mubarak, Jakarta: Al-Itisham

Lihat Ismail Raji al-Faruqi dalam Muhammad Shafiq . (1994). Growth of Islamic Thought in North America: Focus on Ismail Raji Al-Faruqi. New York: Amana Publication.

Marwan Ibrahim al-Kaysi. (1994). Petunjuk Praktis Akhlak Islam, Jakarta: Lentera.

Mardzelah Makhsin. Ed. (2003). Pendidikan Islam 1: Buku Rujukan bagi Konsep-Konsep Asas Pengajian Islam seperti Fekah, Akhlak dan Sirah. Pahang , Malaysia: PTS Publications & Distributors SDN. BHD.

Matthew McKay and Patrick Fanning. (1987). Self-Esteem : The Ultimate Program for Sel-Help, New York: MJF Books.

Mohd Kamal Hasan dalam Muhammad AR. (2003). Pendidikan di

Alaf Baru: Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta:

Prismasophie.

Muhammad AR. ‘The Curriculum of Islamic Studies in Traditional and Modern Dayahs in Aceh : A Comparative Study ‘ Al-Jami’ah, Journal of Islamic Studies, Vol. 39 Number 1 January-June 2001. ______________ (2003). Pendidikan di Alaf Baru: Rekonstruksi atas

Moralitas Pendidikan. Jogyakarta: Prismasophie.

____________. (2010). Akulturasi Nilai-Nilai Persaudaraan Islam Model Dayah Aceh. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia,

Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan). _____________. “Menurunnya Nilai-Nilai Akhlak Di Kalangan

Mahasiswa Aceh”, Bidayah , Studi Ilmu-Ilmu Keislaman , Volume 1, Number 3, September 2010.

Muhammad ‘Imaduddin Abdul Rahim. (2003). Islam Sistem Nilai Terpadu. Jakarta; Gema Insani Press.

Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam Muhammad AR,. (2010). Bunga Rampai Budaya, Sosial, dan Keislaman, Yogyakarta: Arruz Media. Marwan Ibrahim al-Kaysi. (2003). Petunjuk Praktis Akhlak Islam,

(Jakarta: Lentera).

Noor HishamnMd Nawi. (2011). Konsepsualisasi Semula Pendidikan Islam. Tanjong Malim, Perak: Penerbit Universiti Sultan Idris. Rohmat Mulyana. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai,

Bandung: Alfabeta.

Rousseau, J.J. (1938). Emile or Concerning Education. New York: Dutton.

S. A. Ashraf: “Islamic Curriculum for Muslim Education”, Jil. 1 Conference Papers, Second World Conference on Muslim Education. Qaidazam University, Islamabad, 1980.

Sufean Hussin. (1996). Pendidikan di Malaysia: Sejarah, Sistem dan

Falsafah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Safrilsyah Syarief. “Peran Pendidikan Keluarga dalam Pembentukan Nilai-Nilai Keberagamaan pada Anak”. Progresif, Jurnal of Multiperspective education, Volume 2, Number 1, July 2010. Syed Ali Ashraf dan Syed Hosein Nasr. (1995). Horizon Baru dalam

Pendidikan Islam. Penerjemah Ismail Ahmad, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairy, Mengenal Etika dan Akhlak islam, penterjemah Rita Audriyanti, Jakarta: Lentera Basritama, 2003.

Tafsir Al-Qurthubi, (8/5325).

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu. (2005). Mengenal Lebih Dekat Pribadi Nabi SAW, (Bogor: Media Tarbiyah, Rajab 1426 H/ Agustus ).

Ustad Abdul Raof Dalip. (1990). Asas-Asas Pendidikan Islam. Ulu Klang, Selangor: Progressive Products Supply. s

Warul Walidin, “Pendidikan Sebagai Upaya Normatif Hirarki Nilai dan Tipologi Belajarv Afektif’ Pencerahan, Jurnal Pendidikan, V0l. 7 N0. 1 januari-April 2010.

Kilpatrick K. William, Why Johnny Can’t Tell Right From Wrong, New York: Simon & Schuster, 1992.

BAB II

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 105-115)