• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketaatan Kepada Perintah Allah Swt

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 135-141)

Pendidikan Moral

D. Ketaatan Kepada Perintah Allah Swt

Ketaatan kepada Allah Swt dapat dilihat pada ketundukan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah, misalnya dalam menjalankan shalat lima waktu apakah manusia melakukannya pada waktunya dan juga berjama’ah di mesjid atau di meunasah/surau/ langgar. Demikian pula dalam berpuasa baik puasa wajib di bulan Ramadhan atau puasa sunat lainnya pada setiap bulan. Demikia pula dalam hal berpakaian secara islami atau menutup aurat baik di luar rumah atau di dalam rumah, baik secara terbuka atau secara tersembunyi.

Ketaatan kepada Allah meliputi kasih sayang antara sesama, shalat berjamaah, saling ziarah, kunjung –mengunjungi, menjauhi sifat dendam, sifat dengki , sifat marah dan harus bersifat qana’ah dalam hidup. Manusia yang taat kepada Allah juga menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, mengikuti sunnah baginda Rasul Saw dan juga menghindari semua larangannya.115

Islam mengajak umatnya untuk selalu menuju kepada keta’atan sehingga mencapai kemuliaan, keutamaan dan kebahagiaan.116 Perkara-perkara yang berhubungan dengan

115 Lihat Muhammad AR, Akulturasi Nilai-Nilai Persaudaraan Islam Model Dayah Aceh, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2010, hal. 144

keta’atan adalah melakukan segala yang diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan semua yang dilarang. Di antara perintah tersebut untuk dilaksanakan agar mendapat predikat keta’atan adalah: Beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun; mendirikan shalat lima waktu tepat pada waktunya, melakukan puasa di bulan ramadhan, memberi zakat dan sadaqah kepada fakir dan miskin, dan melakukan ibadah haji ke Baitullah ketika kita sudah memiliki kemampuan; menjalankan kejujuran, keadilan dan amanah serta keikhlasan; berbuat baik kepada tetangga serta bersikap ramah terhadap manusia; berbakti kepada kedua ibu bapak; bersilaturrahmi atau saling mengunjungi antara sesama muslim; berkasih sayang sesama muslim; melakukan perkawinan sesuai dengan ajaran Islam dan menjaga harga diri; menepati janji dalam setiap transaki; bekerja keras; menjauhi sifat malas dan tercela; mengutamakan belajar atau mencari ilmu dan kemudian mengajarkan manusia dengan ilmu yang diperolehnya; menganjurkan kepada semua kaum muslimat atau akhawat agar menutup aurat secara islami; mengajak manusia untuk menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.117

Ta’at adalah kepatuhan atau ketundukan. Sementara kafir adalah keingkaran dan kesombongan akan Allah swt. Orang yang ta’at adalah orang yang menjalankan semua perintah Allah dan Rasul-Nya tanpa sedikitpun merasa enggan atas apa yang disuruh oleh Sang Pencipta. Namun, orang tidak ta’at adalah orang yang mengaggap dirinya sempurna, menganggap dirinya super dan tidak pernah membutuhkan kepada yang lain, tidak pernah merasa sakit dan kekurangan, tidak pernah merasa ada hambatan dan halangan dalam hidupnya sehingga mereka sangat arogan terhadap Allah dan menolak ajaran-Nya dan sunnah rasul-Nya. Banyak manusia yang sombong dan merasa diri kuat dan berkecukupan sehingga mereka tidak pernah mengharap akan rahmat dan bantuan Allah, tidak pernah terbetik dalam hatinya untuk tunduk dan patuh terhadap

syari’at Allah apalagi untuk melaksanakannya dalam hidupnya. Orang semacam ini sangat mengutamakan dustur (undang-undang) buatan manusia untuk dijadikan manhaj baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga ataupun dalam kehidupan bernegara. Ini sangat akrab hubungannya dengan keta’atan dan kepatuhan kepada Yang Maha Kuasa.

Manusia pada realitasnya yang sering kita lihat adalah ta’at atau tunduk kepada siapa yang bisa memberikan sesuatu secara konkrit kepadanya. Lihatlah bagaimana ta’atnya seorang bawahan di sebuah kantor terhadap atasannya, bahkan ada segelintir manusia sangat berlebihan ta’at atau tunduk kepada atasan (bosa)- nya seolah-olah atasanyalah yang memberikan rezki dan sesuatu kepadanya. Oleh karena itu sering kita dengar dengan istilah “menjilat’ boss agar mendapat tempat yang basah dan mendapat prioritas. Mereka lupa akan Allah yang ditangan-Nyalah semua apa yang ada di langit dan di bumi. Dialah yang menghendaki sesuatu dan juga memberikan rezki kepada seseorang dan Dia pula yang menahan-Nya. Dialah yang mengatur seluruh adminsitrasi langit dan bumi serta memberikan rezki dan kedudukan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan merendahkan atau menghinakan seseorang yang dikehendaki-Nya. Namun demikian, kebanyakan manusia ingkar dan lupa terhadap eksistensi Allah dalam lubuk hati mereka.

Dalam al-Qur’an Allah berfirman :

Artinya: Apa saja di anatara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang yang ditahan-Nya, maka tidak ada yang sanggup melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana (Faathir: 2).

Allah berjanji kepada hamba-Nya yang ta’at akan diberikan balasan sorga yang penuh kenikmatan. Diberikan kelapangan dalam hidup, diberikan rezki dari arah yang tidak disangka-sangka, diberikan jalan keluar dalam setiap kebuntuan dan rintangan, diberikan petunjuk ketika dalam kesesatan dan kegelapan, serta

diberikan rasa aman dari setiap mara bahaya. Inilah buah dari hasil keta’atan, ketundukan, dan ketaqwaan kepada Allah swt.

E. Tanggung Jawab

Dalam pendidikan karakter, persoalan nilai tanggung jawab sangat diperlukan karena tanggung jawab merupakan salah satu ciri khas orang yang keberhasilan seseorang. Orang yang berhasil melakukan sesuatu maka dia dianggap bertanggung jawab terhadap sesuatu tugas. Jika seseorang tidak bisa menjalankan tugas dengan baik dan sempurna, maka orang tersebut dianggap gagal dalam menjalankan tugas karena nilai tanggung jawab tidak ada padanya.

Nilai adalah sesuatu yang berfungsi bukan hanya sesuatu yang membuat seseorang merangsang terhadapnya, akan tetapi nilai itu membatasi seseorang untuk melakukan sesuatu karena dianggap melanggar nilai. Sebagai contoh, jika seorang guru menghayati nilai tanggung jawab, dia tidak menggunakan waktu mengajarnya untuk mengerjakan perbuatan yang lain untuk keperluan pribadinya. Dia akan terus mengajar hingga kelas selesai bari kemudian dia melakukan perbuatan pribadinya.118

Tanggung jawab bermakna menerima konsekwensi atas segala tindakan yang anda lakukan. Konsekwensi-konsekwensi tanggung jawab tersebut selalu berujung pada kekuasaan. Setiap tindakan itu harus dibayar. Jika anda benar-benar menyadari dan berkeinginan untuk membayar, maka anda harus memilih tindakan-tindakan yang relative bijak dan sedikit kesalahan, namun anda sendiri harus merasa diri yang terbaik.119

Nilai-nilai moral dalam setiap pribadi Muslim bertahta di bawah rasa tanggung jawab terhadap segala ucapan dan perbuatan sesorang. Adanya rasa takut pada diri individu untuk bertindak

118 Abdul Rahman MD. Aroff dan Chang Lee Hoon, Pendidikan Moral, Selangor –Malaysia, Longman Malaysia Sdn. Bhd. 1994, hal. 4

119 Matthew McKay and Patrick Fanning, Self-Esteem : The Ultimate Program for

secara bagus dalam setiap kesempatan dan setiap pertemuan. Tingkah laku etis yang benar dan sopan adalah sebagi bukti adanya rasa tanggung awab dihadapan Allah pada suatu hari nanti. Seorang individu Muslim berranggung jawab terhadap peningkatan kualitas iman kepada Allah, Malaikat, Rasulullah Saw, kitabullah, hari akhir, qadha dan qadar, serta rukun Islam yaqng lima. Membangkitkan semangat keadilan, berbuat kebajikan, amar ma’ruf nahi munkar, dan jihad di jalan Allah Swt. Inilah salah satu karakteristik pendidikan Islam yang membedakannya dari pendidikan yang lain. 120

Tanggung jawab adalah salah satu sifat orang Islam. Sifat ini bermakna bahwa kita dituntut agar tidak lalai dan lengah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Seorang Muslim harus menyadari bahwa apa saja yang terjadi dalam keluarganya merupakan tanggung jawabnya.121 Karena itu jika setiap Muslim sudah menjaga tugas masing-masing apa yang telah dibebankan Allah, maka segala perintah-Nya akan dilaksanakannya dengan sepenuh hati dan juga meninggalkannya dengan penuh kesadaran atas segala larangan-Nya.

Tanggung jawab seorang pemimpin baik di tingkat keluarga maupun di tingkat negara adalah sangat penting untuk diperhatikan karena tanggung jawab itu akan dipertanyakan oleh Allah swt di kemudian hari. Sebagai contoh, tanggung jawab pemimpin terhadap aurat perempuan yang dengannya banyak perzinahan dan pemerkosaan terjadi di mana-mana karena membiarkan perempuan bebas dalam segala hal dan bebasa mempamerkan tubuhnya. Dr. Abdullah Ahmad Qadiry al-Addal mengatakan bahwa untuk menjaga kesucian wanita adalah hijab (menjaga auratnya agar tidak terbuka), makanya segala undang-undang yang membebaskan wanita bebas membuka aurat adalah perlu diperhatikan. Pada semua

120 Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyahg, Pembinaan Diri Menurut Konsep

Nabawi, Penterjemah Afifuddin Lc, Solo: Media Insani Press, 2003.

121 Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam Muhammad AR, Bunga Rampai Budaya, Sosial,

saluran televisi yang kebanyakan wanitanya mempamerkan aurat adalah tanggung jawab para penegndali negara khususnya yang membidangi bahagian informasi. Perlu diketahui bahwa kerusakan akhlak muda mudi karena mengikuti tayangan bebas dalam media cetak dan elektronik. Tayangan-tayangan bebas dan pakaian lucah atau setengah telanjang yang dipertontonkan pada media cetak dan elektronik sangat bertentangan dengan syari’at Islam.122

Tanggung jawab adalah akibat yang harus ditanggung oleh seseorang yang diakibatkan dari hasil apa yang dilakukannya, misalnya: perkataannya, perbuatannya, dan diamnya dan keengganannya untuk berbuat. Hasil tindakannya harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak, kemudian harus mempertanggung jawabkan kepada masyarakat dan keluarga, serta handai tolan. Jika baik tindakan yang dibuat maka akan mendapat ganjaran dari Allah swt, namun jika perbuatan itu buruk maka akibatnya azab atau siksa yang akan diterima dari Allah swt. Jika baik aktivitas yang dilakuakan di dunia, pribadi akan merasa puas dan bangga serta masyarakat akan merasa senang, namun jika sebaliknya yang dilakukan adalah kejahatan, maka resikonya memalukan dan keaiban baik dirasakan oleh pribadi dan keluarga dan juga menjadi cemoohan masyarakat. Beginilah hasil dari sebuah tanggung jawab.123

Nilai-nilai moral atau pendidikan moral bagi setiap pribadi muslim adalah berdiri di atas rasa tanggung jawab atas segala ucapan dan tindakannya. Pengawasannya datang dari diri pribadi dan ini sangat objektif penilaiannya karena manusia tidak bisa berbohong pada diri sendiri. Seseorang akan berbuat sesuatu sekedar untuk dapat dipertanggungg jawabkan di hadapan Allah, dan dia akan melakukan sesuatu sesuai dengan manhaj Allah yang dipersiapkan

122 Abdullah Ahmad Qadiry al-Addal, Tanggung Jawab dalam Islam, Klang, Selangor, Kalng Book Centre, hal.26-27

123 Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khukuqiyah, penerjemah Afifuddin Lc. Solo, Media Insani Press, 2003, hal. 143

sebagai aturan untuk hidup di dunia ini. Dengan demikian setiap tingkah laku manusia Islam sejati selalu mengedepankan nilai tanggung jawab moral kepada Allah swt terhadap apa yang dilakukan, apa yang dipikirkan dan ap yang akan direncanakan. Sebab moral dalam islam sama seperti aqidah dan ibadah yang tidak dapat dipisahkan dan dimodifikasi. Rasa tanggung jawab akan membangkitkan semangat keimanan kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kepada hari akhir, kepada kitab-kitab-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, dan kepada qadha dan qadar. 124

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 135-141)