• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria berpakaian dalam Islam adalah sebagai berikut: 1) Pakaian itu dapat menutupi seluruh anggota badannya (tanpa

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 88-93)

Pendidikan Dari Sudut Pandang Islam

MAHASISWA Pendahuluan

A. Pendidikan Karakter

6. Kriteria berpakaian dalam Islam adalah sebagai berikut: 1) Pakaian itu dapat menutupi seluruh anggota badannya (tanpa

menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya) kecuali apa yang dibolehkan oleh agama, yaitu telapak tangan dan wajah untuk wanita.

2) Pakaian yang dipakai sebaiknya tebal dan tidak tembus pandang.

3) Pakaian yang dipakai harus lebar dan tidak ketat agar tidak nampak bentuk tubuh.

4) Pakaian antara lelaki dan wanita tidak serupa (harus dapat membedakan mana pakaian lelaki dan mana pakaian wanita).

5) Tidak menyerupai pakaian orang kafir.

6) Pakaian yang digunakan tidak menyolok mata dan tidak untuk menunjukkan popularitas sehingga menarik perhatian orang.

7) Wanita dilarang menggunakan parfum kecuali untuk kepentingan suaminya di rumah.

8) Pakaian itu berfungsi sebagai alat untuk menutup aurat bukan sebagai perhiasan yang menunjukkan kemewahan.

Ajaran Islam ikut mengatur hingga bagaimana umatnya berbusana sesuai dengan syari’at, dan inilah yang secara tegas membedakan antara pakaian orang Islam dan pakaian non-Muslim. Dalam kamus Islam wanita seluruh tubuhnya aurat makanya harus ditutup seluruhnya kecuali dua telapak tangan dan muka (wajah).

Hampir seluruh bahagian tubuh wanita sensitif bagi kaum lelaki dan kalau terlihat salah satunya maka birahi atau ghairah sex akan timbul serta pikiran untuk mendapatkannya baik legal atau illegal semakin tumbuh, karena itulah disuruh untuk menutupinya. Kita tidak bisa menafikannya di negara-negara yang bebas sex dan pakaian kaum wanita dalam undang-undang mereka tidak pernah ada dan tidak diatur, namun perkosaan, aborsi dan penyakit yang ditimbulkan oleh sex bebas tersebut semakin meraja lela.

Semua ini karena kebebasan sex, bebas berpakaian sebebas-bebasnya sehingga jika seorang lelaki ingin melampiaskan nafsu amarahnya kepada seorang wanita asalkan suka sama suka, maka ini tidak ada yang menghalanginya. Kalau pakaian wanita tidak diatur dalam Islam, pergaulan bebas tidak dilarang dalam Islam, nikah tidak diwajibkan dalam Islam, maka sungguh tidak ada beda antara ajaran Islam dan ajaran kafir (non-muslim).

Efek dari berpakaian tipis atau transparan oleh wanita, kaum lelaki jika melihatnya akan merasakan minat kepadanya dan tidak segan-segan melakukan sesuatu untuk mengggapainya dengan berbagai cara. Ketika ini terjadi berbagai kemungkinan bisa timbul apakah melahirkan anak tanpa nikah, aborsi, atau menderita penyakit yang berbahaya seperti Siplis, HIV, atau Tha’un lainnya, semua ini adalah karena melanggar ajaran agama. Inilah penyakit yang melanda Eropa, Amerika, Australia, dan hampir semua

negara-negara maju di dunia.

Penyakit-penyakit berbahaya sekarang ini diproduksi oleh orang-orang yang melakukan gonta ganti pasangan dan negara-negara produksi penyakit ini adalan negara-negara yang mengamalkan kebebasan sex dan yang tidak memuliakan nasib wanita. Mungkin inilah yang menyebabkan lahirnya konsep gender dan emansipasi karena di negara-negara maju inilah semua wanita dijadikan sebagai alat pelampisan hawa nafsu. Sedangkan dalam ajaran Islam wanita merupakan makhluk yang paling mulia dan terhormat dan tidak boleh diperlakukan seenaknya saja terhadap mereka.

Mereka harus dimuliakan karena Rasulullah lebih empat belas abad yang lalu telah memperjuangkan nasib kaum wanita dan menjadikan mereka sebagai makhluk yang patut dihormati oleh semua manusia karena mereka adalah ibu, mereka adalah pendidik (guru) pertama dalam setiap rumah tangga, mereka adalah tiang negara, dan di bawah telapak kaki merekalah ada sebuah ketentuan apakah manusia masuk sorga atau tidak. Ini bermaksud bahwa kalau seseorang durhaka terhadap ibu tanpa harus menunggu hari kiamat, balasannya akan segera dibalas oleh Allah dengan seketika di dunia ini. Begitu mulianya ibu (wanita ) dalam ajaran Islam sehingga Islam sangat menghargai kaum wanita.

Dalam sejarah ada beberapa nama wanita yang sangat mulia sehingga Rasulullah SAW menyebutnya sebagai ahli sorga karena keta’atan mereka dan kemuliaan mereka. Mereka adalah Asiah binti Mazahim isteri Firaun. Walaupun dia isteri raja dhalim Firaun, dia menyembunyikan keislamannya mengikut Musa.a.s., kemudian Masyithah dan bersama keluarganya sebagai pembantu di istana Firaun, namun karena kuatnya iman mereka dilemparkan oleh Firaun ke dalam api sehingga dia dan keluarganya syahid, dan Fathimah binti Rasulullah SAW seorang wanita shalihah dan ibunya Khadijah al-Kubra (isteri Rasulullah SAW) karena kepeduliannya kepada Islam, kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya Muhmmad

SAW, kedermawanannya dan keikhlasannya dalam membela Islam pada masa awal penyebarannya.

Inilah wanita-wanita mulia sepanjang sejarah kemanusian di alam ini, dan lebih berhak semua kaum wanita di dunia ini mengikutinya dan menggali sejarahnya serta mempelajari apakah kelebihan mereka dan kenapa mereka dianggap wanita mulia dan shalihah. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa merekalah tokoh wanita di dunia yang telah mengukir tinta emas sejarah dunia. Wanita di dunia ini harus menjadikan mereka sebagai idola dan jangan salah pilih menjadikan wanita-wanita jahiliyah sebagai pedoman hidupnya atau sebagai pahlawannya. Mereka adalah bukan wanita yang mengikuti hawa nafsu atau yang menganut kebebasan dan free sex, mereka bukanlah wanita liar atau jalang dan menentang syari’at Allah, mereka bukanlah wanita yang malang dan tidak berharga.

Namun sekarang ini banyak sekali wanita-wanita yang mengatasnamakan dirinya sebagai pejuang kaum wanita, pejuang kebebasan wanita, namun mereka ini berjuang karena dibelakangnya ada pihak-pihak mendanainya dan membangkitkan semangat kaum wanita untuk memperjuangkan HAM, memperjuangkan nasibnya sama seperti kaum lelaki, memperjuangkan nasibnya agar tidak boleh memakasnya untuk menutup aurat, memperjuangkan nasibnya untuk bisa jadi pemimpin seperti kaum lelaki, bisa jadi peresiden, Ketua parlemen, gubernur, bupati, walikota, dan sebagainya. Hanya sebatas itu memperjuangkan nasib wanita, bukan bagaimana menjadikan wanita sebagai tiang negara, sebagai pendidik (ibu) yang mulia, sebagai isteri shalihah, sebagai ahli sorga.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dipaparkan prinsip-prinsip bagaimana seharusnya berbusana menurut perspektif Islam. Ada beberapa prinsip umum dalam berpakaian untuk Lelaki dan Wanita

1. Orang Islam harus membedakan cara berpakaiannya dengan non –muslim. Meniru cara berpakaian non-muslim adalah

tidak dibenarkan ajaran Islam. Karena kalau kita meniru suatu kaum maka kita bahagian dari kaum tersebut.

2. Pakaian kaum lelaki dan perempuan adalah berbeda dan tidak boleh lelaki memakai pakaian perempuan dan sebaliknya perempuan juga tidak boleh memakai pakaian seperti pakaian lelaki.

3. Kalau kita memakai pakaian, lalu dengan pakaian atau seragam tersebut menjadi arogan dan sombong, maka pakaian atau seragam tersebut dilarang memakainya. Karena kita berpakaian dengan penuh harap redha Allah. 4. Pakaian lelaki sekurang-kurangnya harus menutupi

tubuhnya dari pusar hingga ke lutut. Dan kaum wanita harus menutupinya seluruh tubuh kecuali tangan dan wajah. Pakaiannya adalah tidak boleh ketat hingga membentuk atau terlihat lekuk-lekuk tubuhnya.

5. Seragam tidak dilarang. Kalangan profesi (tentara, polisi, sekuriti, satuan polisi pamong praja dan lain-lainnya) boleh berpakaian sesuai prefesi mereka. Namun, ulama atau para sarjana Islam, tidak boleh membedakan diri dengan berpakaian seragam khusus. Islam melarang segala sesuatu yang turut membentuk kependetaan.

6. Pakaian itu yang penting adalah suci dan bersih.

7. Pakaian tidak menunjukkan warna tertentu, tetapi bagi umat Islam warna putih sangat dianjurkan.

8. Pakaian mudah dipakai dan mudah ditanggalkan. 9. Ketika memakai pakaian baru maka harus membaca doa. 10. Memulai pakai pakaian dari sebelah kanan, dan sebaliknya

ketika menanggalkannya harus dari sebelah kiri.71

71 Marwan Ibrahim al-Kaysi. Petunjuk Praktis Akhlak Islam, (Jakarta: Lentera, 2003), hal.95-97

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 88-93)