• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Orang Tua terhadap Anak

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 61-68)

Pendidikan Dari Sudut Pandang Islam

1.10 Hak Orang Tua terhadap Anak

Setelah sepasang suami isteri menikah, maka salah satu yang ditungu-tunggu adalah kelahiran sang bayi apakah lelaki ataupun perempuan. Ini merupakan semua cita-cita pasangan suami isteri setelah menikah. Pasangan mukmin selalu berdoa agar Allah menganugerahkan mereka anak yang shalih dan shalihah sebagai cahaya mata dan penyejuk hati. Kemudian setelah Allah SWT memberikan kita anak dan itu merupakan amanah dari Allah, maka jagalah titipan itu dengan baik sebab suatu saat nanti akan dimintai pertanggung jawaban terhadap titipan tersebut. Kalau kita menyuguhkan makanan yang halal dan baik maka anak kita juga akan menjadi anak yang shalih atau shalihah, jika kita mendidik mereka dengan akidah yang kokoh dan akhlak mulia, maka akan terproduk anak yang taat kepada Allah dan Rasul-nya,

Sebagai orang tua/ibu bapak ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika Allah menganugerahkan anak kepada kita. Di antaranya adalah:

1. Dalam rangka menunggu kelahiran sang bayi, maka

sebaiknya kita harus melakukan apa yang diperbuat oleh Rasulullah SAW. Ketika Fathimah binti Muhammad sedang menanti proses kelahiran, maka Rasulullah Saw menyuruh Ummu Salamah dan Zainab binti Jahsyi untuk membacakan beberapa ayat al-Qur-an, seperti: Ayat Kursiy (al-Baqarah: 255); ayat ke 54 Surat Al-A’raf; ayat ke 3 Surat Yunus; al-Mu’auwizatain (Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas). Semua ini ada manfaatnya bagi wanita yang sedang hamil, yang akan melahirkan ataupun terhadap bayi yang akan lahir. Rasulullah SAW memberi petunjuk kepada wanita yang mengalami kesulitan saat bersalin hendaklah disediakan sebuah

tempat air yang halus. Kemudian menulis pada tempat air itu: Ujung Surat ke 35 Surat al-Ahqaf yang artinya: …”Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan, kecuali kaum yang fasik.”

Dan Ujung ayat ke 46 Surat An-Naazi’at yang artinya: “Pada hari mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan –akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari.

Dan sepenggal depan ayat ke 111 Surat Yusuf: “ yang artinya: “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang yang mempunyai akal..

Setelah itu, orang yang mau melahirkan itu dimandikan dengan air itu, diminum sedikit dan selebihnya dipercikkan ke perut dan ke kemaluannya. “ 43

2. Tugas orang tua ketika bayinya lahir adalah

memperdengarkan azan ditelinga kanannya dan iqamat di telinga kirinya. Ini dilakukan oleh Rasulullah ketika cucunya Husain lahir. Hikmah dan rahasia azan ini adalah karena ianya syiar Islam, sunnah Rasul, dan sebagai pengusir setan. Dan sebaiknya membaca Surat Ali Imran ayat 36 untuk mengusir setan. Ucapan yang pertama diperdengarkan adalah syahadatain (kalimah tauhid). Meninggalkan kesan dan pengaruh postitif dalam jiwa bayi. Mendahului seruan Allah dari pada seruan setan. Pada saat bayi lahir, setan langsung mengganggunya sehingga bayi itu menjerit, kecuali kelahiran Maryam dan putranya Isa a.s.

3. Mentahnikkan bayi. Ini mengandung arti bahwa melekatkan

kurma yang telah dikunyah oleh orang dewasa pada

43

Lihat Ir. Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid. (2004). Cara Nabi SAW Mendidik… hal. 35

langit-langit mulut bayi. Suatu hari Abu Musa menuturkan pengalamannya bahwa ketika anaknya lahir di bawa kehadapan Rasulullah SAW agar ditahnik oleh beliau, yaitu mengambil beberapa biji kurma dan kemudian memasukkan ke dalam mulut baginda Nabi dan mengunyahnya. Setelah mengunyahnya dan bercampur dengan ludah Nabi dan

ditahnikkan ke dalam mulut anak Abu Musa dan kemudian

diberi nama Abdullah. Setelah Abdullah bin Abu Musa tumbuh dan dewasa di kota Madinah, dia menjadi seorang pemuda Anshar yang paling utama. Ini sebagai pertanda bahwa jika ada seorang manusia yang shalih, suruhlah dia mendoakanmu kepada Allah, meminta keberkatan darinya. Namun hari ini sangat-sangat sukar untuk mencari orang shalih yang doanya diterima Allah SWT.

4. Sesungguhnya Ummul Mukminin, Aisyah r.a. berkata; “Dahulu, biasanya bayi yang baru dilahirkan di bawa kepada Nabi agar diberkati (didoakan untuk kebaikannya) dan ditahnik. Sehingga Nabi pernah dikencingi oleh seorang bayi, namun beliau hanya meminta air untuk dibasuhkan di tempat kencingnya bayi tadi.” (H.R. Muslim dalam kitab Shahihnya dari Aisyah).

5. Tugas berikutnya adalah memberi nama pada hari ke tujuh dari kelahirannya. Nama yang diberikan adalah nama yang baik dan kunyah (julukan) yang baik. Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya: “Sesungguhnya kalian

pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian, maka perindahkanlah nama-nama kalian.” (H.R. Abu Daud dan Ibnu Hibban).

Sebaik-baik nama adalah nama Nabi, Rasul dan hamba Allah yang shalih. Dan kemudian boleh mengambil nama-nama orang ahli agama (ulama), orang shalih/shalihah, nama-nama yang singkat dan mudah diingat, nama-nama tersebut mempunyai arti dan bermakna.

6. Setelah memberi nama pada hari ke tujuh, kemudian mencukur rambutnya dan menimbangnya, setelah itu bersedekah dengan perak seberat rambutnya. Berapa berat timbangan rambutnya, maka seberat itu pula perak disedekahkannya (berapa harga perak) maka itulah yang disedekahkannya.

7. Aqiqah. Untuk anak lelaki aqiqahnya dua ekor kambing dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Boleh jantan dan betina dan tidak ada halangan antara keduanya. Ini juga dilakukan pada hari ketujuh dari kelahirannya. Tetapi menurut pendapat Imam Malik boleh aqiqah dengan seekor kambing baik lelaki ataupun perempuan. Dalam al-Muwaththa’ kitabnya karangan Imam Malik, dari Muhammad ibnu Ibrahim Al-Harits At-Taimi berkata, “Saya pernah mendengar ayah menganjurkan untuk aqiqah walaupun dengan seekor burung kecil.” Begitu pentingnya aqiqah dalam pandangan salafus salih sehingga seekor ayam-pun boleh disembelih sebagai korban.

Menurut Imam Malik bahwa aqiqah bukanlah wajib, namun itu dianggap sangat baik dilakukan. Kambing yang dijadikan aqiqah itu tidak boleh ada yang cacat. Tidak boleh dijual sedikitpun daging dan kulitnya, tulangnya tidak boleh dipotong-potong (dipatahkan),dagingnya boleh dimakan sekeluarga dan disedekahkan. Sementara darahnya sedikitpun tidak boleh terkena si anak.

8. Khitan adalah sunnah Rasul SAW. Nabi SAW bersabda bahwa Fithrah (kesucian) itu ada lima, diantaranya adalah

berkhitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Nabi bersabda: “Khitan itu sunnah buat lak-laki dan kemuliaan bagi perempuan.” (H.R. Ahmad).

perintah untuk berkhitan dalam usia 80 tahun. Beliaulah orang pertama yang menjamu tamu, orang pertama yang menggunakan celana dan yang pertama khitan.

Hikmah khitan adalah untuk mengumumkan keturunan dan nasab seorang anak; untuk menjadikan seseorang agar memiliki sifat pemurah; agar orang Islam memiliki tradisi tersendiri dalam penyambutan bayi dan harus berbeda dengan tradisi agama lain; dengan melakukan khitan orang tua mempunyai cita-cita dari awal kelahirannya hidup mereka dipersembahkan kepada Allah dan sekaligus sebagai pendorong kepada kebaikan dan ketaatan kepada Allah; aqiqah adalah penebusan anak dari tergadaikan. Aqiqah itu membebaskan anak dari belenggu setan yang sudah mencoba menggodanya sejak lahir.44

9. Menyusuinya hingga dua tahun. Menyusui dengan air susu ibu adalah sangat baik bagi pertumbuhan anak, kesehatan dan kesetiaan seorang anak dengan ibunya. Kekebalan tubuh seorang anak juga ada pengaruhnya dengan memberikan susu ibu kepada bayi. Makanya dalam konsep Islam, menyusui itu selama dua tahun sudah maksimal, karena itu para ibu-ibu konon lagi ibu-ibu muda jangan enggan menyusui anaknya dengan air susunya sendiri. Dewasa ini, demi memperindah tubuhnya, mempercantik diri, banyak ibu-ibu yang enggan menyusui anaknya dengan ASI.

1.11 PENDIDIKAN AQIDAH DAN AKHLAQ

Pendahuluan

Islam adalah sebuah agama yang sangat mementingkan persoalan tauhid (ilmu yang meng-Esakan Allah), untuk diajarkan kepada setiap anak umat Islam sejak kecil hingga dewasa (sejak dari TK hingga ke perguruan tinggi). Pada umumnya, para ibu bapak

44 Lihat Ir. Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid. (2004). Cara Nabi SAW

yang paham akan persoalan ini senantiasa mulai memperdengarkan kalimah tauhid atau kalimah thayyibah ketika meninabobok anak-anak mereka. Lantunan kalimah tauhid tersebut terpatri dalam otak dan qalbu anak-anak hingga menjelang akhir hayatnya. Demikian meresap dalam ingatan mereka jika mulai ditanamkan ke dalam diri anak sejak kecil. Jika seorang ibu atau seorang ayah meninabobokkan anak-anak mereka dengan kalimah thayyibah ketika masih bayi, maka kebiasaan tersebut akan terus diingat oleh anak hingga sakratul maut. Memang kebiasaan seseorang juga akan terulang kembali pada saat menjelang ajal seseorang. Jika seseorang sering membasahi lidahnya dengan zikir dan kata-kata yang baik, maka dengan kebiasaan yang baik itulah yang akan mengakhiri hidupnya. Dalam dunia yang serba menantang ini para orang tua perlu membentengi anak-anak mereka dengan ketauhidan sehingga mereka menjadi orang yang kuat aqidahnya dan dapat menjaga diri mereka dari pemurtadan dan kemusyrikan. Era globalisasi merupakan era kebebasan seluas-luasnya tanpa dinding, tanpa sempadan, tanpa hijab yang menyekatnya kecuali iman di dalam dada. Dunia tanpa sempadan (batas) sangat menantang setiap insan untuk melakukan apa yang mereka lihat dalam televisi dan juga akan berhadapan dengan semua jenis peradaban dan budaya Barat dan tidak ayal lagi telah memasuki bukan hanya ke setiap rumah-rumah manusia di seantreo dunia akan tetapi telah juga memasuki setiap relung hati manusia di dunia ini. Jika tidak ada filter yang mengontrolnya atau iman yang kuat sebagai benteng yang bisa menyelamatkan manusia tersebut, maka manusia akan berkehidupan layaknya seperti binatang yang tidak memiliki tatakrama.

Aqidah atau keimanan merupakan benteng yang kokoh untuk membendung segala paham yang menyesatkan, dapat membendung budaya bebas dan free sex, liberalisme yang menjadi andalan Barat saat ini dalam rangka penghancuran generasi muda dan umat-umat yang benar-benar berpegang teguh pada agamanya. Aqidah atau tauhid hanya ada dalam Islam dan pada umat Islam, jika

umat Islam tidak terbekali dengan ketauhidan yang benar, maka kehidupan jahiliyah akan masuk ke dalam diri mereka. Demikian pula akhlak mulia sebagai mana yang diwariskan oleh Rasulullah saw dapat memberikan petunjuk kepada kita tentang baik dan buruk, halal dan haram, serta sopan dan tidak sopan menurut al-Qur’an dan Sunnah Rasul saw. Akhlak mulia ini hanya ada dalam Islam dan tidak ditemukan konsep akhlak mulia di dalam ajaran-ajaran selain Islam. Mungkin tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa Nabi Muhammad saw pertama-tama dikirim ke alam dunia ini adalah untuk memperbaiki akhlak bangsa Arab yang sudah begitu parah oleh kejahiliyahannya. Dengan wujudnya Muhammad saw, maka akhlak bangsa Arab dan seluruh umat manusia yang mau menerima risalahnya sudah barang tentu berakhlak mulia. A. Aqidah

Rasulullah SAW telah berhasil memasukkan nilai-nilai religius dan kekuatan spiritual ke dalam diri para sahabat dan kaum muslimin pada masa awal Islam. Kekuatan inilah yang menyebabkan para sahabat Rasulullah SAW tidak pernah gentar dalam berjihad dan bertempur melawan kaum musyrikin pada masa penyebaran aqidah islamiyah di seluruh Jazirah Arab. Aqidah merupakan sumber kekuatan yang melekat dalam diri manusia sebagai penjelmaan kecintaan kepada Yang Maha Cantik (Indah) yaitu Allah SW dan ketakutan kepada Yang Maha Perkasa (hanya kepada Allah semata-mata).

Aqidah itu adalah ikatan hati dengan Allah SWT. Manusia sejak zaman azali telah berjanji dengan Allah, dan mengakui Allah sebagai Pencipta langit dan bumi serta segala isi keduanya. Juga mengakui kekerdilannya dan kedhaifannya sebagai makhluk, namun ketika manusia diberi kesempatan untuk hidup di alam dunia ini lupalah segala-galanya apa yang telah diikrarkan dahulu pada masa penciptaannya. Ikatan hati dan jiwa dengan Allah Sang Pencipta hilanglah sudah ketika manusia berhadapan dengan lingkungan. Persoalan lingkungan adalah sangat menentukan kemana arah

tujuan seseorang, kemana destinasinya, apa yang mereka kerjakan dan lakukan, serta apa target dalam kehidupan mereka.

Aqidah itu adalah perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Aqidah menurut syara’ adalah Iman kepada Allah, iman kepada para Malaikat-Nya, iman kepada Kitab-kitab-Nya, iman kepada para Rasul-Nya, iman kepada kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk (Ini juga disebut rukun Iman).

Takut kepada Allah swt merupakan pendekatan Hasan Basri dalam beribadah kepada Allah. Kecintaan kepada Allah adalah model ketaatan Rabi’ah Al-Adawiyah kepada Allah swt. Seorang mukmin yang kuat aqidahnya adalah bukan hanya terletak pada ibadahnya kepada Allah saja, akan tetapi orang yang sempurna imannya, hatinya tidak pernah goyah, tidak iri, tidak dengki, dan tidak pernah ada dalam hatinya penentangan terhadap Allah swt.45

LIMA PILAR DASAR DALAM MENANAMKAN

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 61-68)