• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan yang Bernuansa Islam

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 148-153)

Pendidikan Moral

A. Pendidikan yang Bernuansa Islam

Kalau berbicara pendidikan Islam sebaiknya kita merujuk kembali jauh kebelakang bagaimana Rasulullah saw mendidik para sahabat yang mulia dari segi akhlaknya, dan kokoh dari segi akidah mereka. Para alumni yang keluar dari universitas Dar al-Arqam di Bukit Safa tidak tanggung-tanggung loyalitasnya terhadap Allah, Rasulullah dan Islam. Lihatlah Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah, Ammar bin Yasir, Yasir, Sumayyah, Abu Bakar

Siddiq, Hamzah bin Abdul Muthalib, Khadijah binti Khuwailid, Umar bin Khattab, Abi Dzar al-Ghifari, Mush’ab bin Umair, dll.

Mereka semua telah mendapat pelajaran langsung dari Rasulullah saw dan mereka semua telah dibentuk dibawah Universitas Islam Dar al-Arqam, Mekkah pada awal Islam. Keberpihakan mereka terhadap Islam tidak diragukan sedikitpun, kecintaan mereka terhadap Allah telah dibuktikan sepanjang hayat mereka, kecintaan mereka terhadap Rasulullah-pun tidak dinafikan sedikitpun. Mereka semua adalah murid, sahabat, dan penyampai risalah Islam setelah Rasulullah wafat. Islam yang kita anut hari ini adalah karena kesungguhan mereka dalam menyebar dan memperluas territorial Islam ke seluruh penjuru dunia tanpa meminta upah sedikitpun. Demikianlah anak asuh Rasulullah saw yang kebanyakan mereka telah mengkapling sorga semasa masih hidup di dunia.

Dar al-Arqam merupakan tempat belajar atau institusi pendidikan Islam yang pertama sekali didirikan oleh Rasulullah saw dan beliau pula sebagai guru dan pendidik yang ulung pertama di kota Mekkah.133 Dar al-Arqam adalah rumah al-Arqam bin Abu al-Arqam yang pertama dijadikan sebagai pusat pembelajaran dan penyebaran Islam dan juga sebagai tempat pertemuan antara Rasulullah saw dengan para sahabatnya untuk menyusun strategi dakwah. Selain itu rumah Rasulullah di Mekkah juga dijadikan sebagai tempat berlangsungnya pendidikan Islam pada awal Islam. Pendidikan Islam adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang penuh tanggungjawab dalam rangka menghasilkan generasi muda Islam yang bertauhid dan berakhlak mulia berdasarkan al-Qur’an dan sunnah Rasul saw.

Ini sesuai dengan kurikulum pendidikan Islam pada masa awal Islam. Ilmu pengetahuan yang diajarkan Rasulullah saw pada

133 Al-Abrasyi dalam Abdullah Ishak. (1995). Pendidikan Islam dan Pengaruhnya di

Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan

waktu itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan ‘aqidah, syari’at Islam dan akhlak disamping pelajaran al-Qur’an.134

Jika kita melihat kebelakang asal muasal terjadinya proses pendidikan Islam adalah antara guru dan murid di sebuah tempat yang kudus---Gua Hira, antara Muhammad saw dan Jibril as. Disinilah terjadinya proses pendidikan rabbani yang menjadi dasar pendidikan Islam sehingga melahirkan pribadi muslim yang syumul atau komprehensif dalam semua lini kehidupan.

Gua Hira inilah sebagai tempat atau markas pertama Rasulullah ditempa dan akhirnya membentuk sebuah kepribadian yang agung. Tempat ini jauh dari kebisingan, udaranya bersih, tempatnya indah, dan suasana yang aman damai dan tentu saja akan menghasilkan manusia yang cerdas dan berjiwa besar lagi bersih serta bertanggung jawab dalam menyebarkan risalah kebenaran ke-tengah-tengah masyarakat. Asas pendidikan Islam itu adalah bagaimana memasukkan nilai-nilai tauhid ke dalam diri anak sehingga mereka tidak terombang –ambing di tengah-tengah badai kehidupan yang penuh tantangan beresiko tinggi.

Pola dasar pendidikan Islam dapat melahirkan corak pendidikan tiga dimensi, misalnya:

Dimensi kehidupan duniawi. Manusia setelah mendapat pendidikan Islam harus dapat berkarya demi dakwah dan kelangsungan hidupnya. Dakwah adalah usaha mulia dan ini merupakah tugas mulia pra Nabi dan Rasull Allah, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat Nabi saw. Selepas Para sahabat meninggal dunia, tugas dakwah Islam dan pendidikan Islam dilanjutkan oleh para ulama hingga ke hari ini.

Dimensi ukhrawi. Manusia harus memperbanyak amal kebajikannya sebagai persiapan untuk mempertanggungjawabkan

134 Abdullah Ishak. (1995). Pendidikan Islam dan Pengaruhnya di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia, hal.26

semua perbuatan yang pernah dilakukan semasa di dunia. Setiap manusia yang mengimani Allah dan Hari Akhir tetap konsisten menjaga agama, menjaga keluarga agar tetap dalam Islam, menjaga masyarakat agar tidak terkeluar dari koridor Islam, dan menjaga manusia agar mesti mempersiapakan bekal untuk menghadapi kematian dan tahap-tahap berikutnya yang belum tentu jelas kemana kita akan ditempatkan, sorga atau neraka? Hari akhirat adalah hari pembalasan, hari kebangkitan, hari pertanggung jawaban, hari berkabung internasional bagi para pelaku dosa dan orang-orang musyrik serta munafiqun.

Hiruk pikuknya hari Kiamat adalah sangat dahsyat sehingga setiap insan harus mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan semasa hidup di dunia ini secara individu. Hari itu bebas pengacara atau bebas pembela kecuali amal baik yang pernah didilakukan ketika masih hidup di dunia.

Dimensi duniawi dan ukhrawi. Manusia dalam hidup di dunia ini harus menjaga hablum minallah dan hablum minannas, sehingga melahirkan manusia yang utuh dan paripurna dalam menguasai ilmu duniawi dan ukhrawi.135 Kehidupan di dunia memerlukan ketrampilan dan ilmu keduniaan agar dapat menjalani kehidupan dengan harmonis di dunia ini, sedangkan untuk kehidupan akhirat diperlukan saham akhirat---amal kebajikan dan segala bentuk perhambaan kepada Allah swt. Di sini diperlukan sebuah kepatuhan atau keta’atan yang tidak boleh tidak harus dipersiapkan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Ini semua diperoleh melalui interaksi sosial dengan masyarakat/ummat dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Makanya dalam hidup di dunia ini yang perlu disiapkan adalah amal baik, hubungan baik dengan manusia dan Khaliq, ketundukan pada setiap perintah Allah dan Rasul-nya, serta menjauhkan diri dari semua larangan-Nya.Namun sayang seribu kali sayang

135 H.M. Arifin. (2003). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

banyak manusia yang terlibat dalam institusi pendidikan Islam baik moderen ataupun tradisional, picik pemikirannya, terbatas dalam bidang pengetahuannya sehingga kebanyakan mereka tidak mengenal mana lawan dan mana kawannya, tidak mengenal mana musuhnya dan mana saudaranya. Mereka saling mengkafirkan jika tidak sesuai dengan model mereka beribadah atau berubudiyah, mereka bahkan rela menumpahkan darah saudaranya yang seiman dan mencaci maki saudaranya, dan itu semuanya karena ilmu yang mereka miliki hanya satu versi saja, mereka hanya berguru pada orang-orang tertentu saja, mereka lebih condong untuk mengkultus orang-orang tertentu saja, mereka sebenarnya adalah orang bodoh walaupun mereka menganggap orang lain bodoh atau sesat. Inilah kebodohan mereka sehingga dengan mudah menuduh orang lain sesat dan bodoh karena keterbatasan ilmu, pengalaman, wawasan dan cakrawala pemikirannnya. Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fithrah (kemampuan dasar) anak didik melaluli ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. 136 Tujuan pendidikan Islam adalah memperbaiki moral spiritual (jiwa dan raga), makanya seseorang yang telah memiliki ilmu pengetahuan sepantasnyalah mengamalkan sesuatu sesuai dengan amanat ilmu---- memenuhi kehendak Allah swt. Sebenarnya tujuan pendidikan Islam menurut persepsi agama adalah sangat mulia yaitu bertaqwa kepada Allah, beramal lewat pencerdasan manusia (mengajar) agar mereka (anak didik) mengenal Allah sebagai Khaliq, dan mengenal diri sendiri dan orang tuanya. Banyak ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan perlunya bersyukur kepada Allah swt dan kemudian berbakti kepada kedua orang tua (ibu bapak). Demikian pula dalam banyak hadis Nabi saw yang menyuruh kita untuk berbakti kepada ibu bapak serta tidak boleh mendurhakai keduanya. Jika durhaka

136 H.M. Arifin. (2003). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan

kepada orangtua/ibu bapak maka Allah akan menyegerakan balasannya di dunia ini. Demikian mulianya martabat ibu bapak dalam Islam.

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 148-153)