• Tidak ada hasil yang ditemukan

LIMA PILAR DASAR DALAM MENANAMKAN NILAI- NILAI-NILAI AQIDAH

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 68-73)

Pendidikan Dari Sudut Pandang Islam

LIMA PILAR DASAR DALAM MENANAMKAN NILAI- NILAI-NILAI AQIDAH

1. Pen-talqin-kan kalimat tauhid. Biasanya dilakukan ketika seorang bayi baru lahir dengan mengazankan di telinga kanan dan membaca iqamat di telingan kiri. Atau, dilakukan talqin ketika orang sedang sakarat.

2. Cinta kepada Allah, merasa diawasi Allah (Muraqabah), meminta pertolongan hanya kepada Allah (Isti’anah) serta beriman kepada qadha dan qadar. Mempersembaahkan cinta kepada Allah adalah lewat keta’atan dan ketundukan hamba terhadap Pencipta-Nya.

3. Mencintai Rasulullah, keluarganya dan para sahabatnya. Bershalawat sebanyak banyaknya kepada beliau, melakukan sebagai apa yang disunnahkan oleh Baginda Nabi seperti

45 Ibnu Jauzi. (2010). Shaidul Khathir: Untaian Renungan Penih Hikmah

mengajarkan al-Qur’an kepada anak.

4. Mendidik untuk teguh (tsabat)dalam ber’aqidah dan berkorban demi sebuah keyakinan.

Kalimah Thayyibah

1. Laailaha Ilallah, artinya “laa ma’buuda bihaqqin illallah” (tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah).

2. Laa ma’buda Ilallah (tidak ada yang diibadahi kecuali Allah). 3. Laa Khaaliqun Illallah (tidak ada Pencipta kecuali Allah). 4. Laa hikmata illallah (tidak ada hakim atau penguasa kecuali

Allah.

Pendidikan aqidah merupakan pendidikan awal yang sangat penting dilaksanakan oleh setiap individu di dalam keluarga. Pada tahap ini yang paling bertanggung jawab dalam memasukkan ideology islamiyah ke dalam diri anak adalah orang tua (ibu dan bapak). Tentu saja pendidikan ini berawal ketika sepasang suami isteri memulai ijab qabul (menikah) dan sejak saat itu apa yang mereka konsumsikan juga harus benar-benar halal sehingga terbentuklah janin-janin yang salih atau salihah di kemudian hari. B. Akhlaq

Menurut istilah etimology (bahasa) perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu, akhlaq yang bentuk jamaknya adalah khuluq, ini mengandung arti “budi pekerti, tingkah laku, perangai dan tabi’at”. Kata akhlak ini berakar dari kata Khalaqa, yang artinya menciptakan. Kata akhlak merupakan satu akar kata dengan Khaliq (Pencipta), Makhluq (yang diciptakan) dan Khalq (penciptaan). Di sini memberi makna bahwa antara kehendak Allah sebagai Khaliq dan perlakuan seorang makhluq perlu adanya sebuah keterpaduan.

Manusia harus menjalani kehidupan ini sebagaimana diinginkan oleh Allah (Khaliq), segala perilaku, tindak tanduk,

budi pekerti, tabi’at manusia harus sesuai dengan apa yang disukai Allah. Jika tidak sesuai dengan perintah Allah itu berarti manusia menunjukkan kecongkakan, kesombongan, dan melawan kehendak Pencipta. Kita manusia adalah makhluk yang dhaif sekali dihadapan Yang Maha Kuasa, oleh karena itu eloklah kita menjadi manusia yang ta’at dan patuh kepada segala ketentuan-Nya termasuklah dalam menjalankan akhlak sehari-hari dalam kehidupan ini. 46

Akhlak juga dapat dipahami sebagai prinsip dan landasan atau metode yang ditentukan oleh wahyu untuk mengatur seluruh prilaku atau hubungan antara seseorang dengan orang lain sehingga tujuan kewujudannya di dunia dapat dicapai dengan sempurna.47 C. Bagaimana Akhlak Nabi saw

Rasulullah saw merupakan uswah atau qudwah dalam menjalankan kehidupan di dunia ini, demikian pula akhlak para sahabat sebagai orang-orang yang paling dekat kepada Nabi saw dan apabila kita mengikuti semua sunnah Nabi dan juga sunnah para sahabatnya maka selamatlah kita dunia dan akhirat.

Kita sering mendengar bagaimana akhlak Nabi saw tentang keadilan dalam mendamaikan orang-orang Quraisy yang saling mengklaim merekalah yang berhak meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Namun Muhmamad saw telah menjalankan fungsinya sebagai pengadil dalam masalah tersebut dan semua pihak yang bertikai setuju dengan saran Muhammad saw. yang akhirnya meletakkan batu di dalam sepotong kain dan setiap kepala suku memegang salah satu sudut kain tersebut untuk mengangkat batu tersebut dan meletakkan pada tempatnya. Inilah pemikiran dan pelaksanaan keadilan.

Kemudian kita lihat bagaimana kejujuran para sahabat

46 Lihat Dr. Muhammad Abdurrahman. (2014). Bagaimana Seharusnya Berakhlak

Mu-lia? Banda Aceh: Adnin Foundation Publisher, hal. 3

47 Ahmad Mohd Salleh. (2002). Pendidikan Islam Dinamika Guru, (Shah Alam, Ka-risma Productions SDN.BHD, hal.226

Rasulullah saw ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah dan memerintahkan pengawal pribadinya untuk memberikan hadiah empat ratus dirham kepada setiap gubernurnya--- Abu Ubaidah bin Jarrah, Mu’az bin Jabal, Salman al-Farisi dan Sa’ad bin Abi Waqash.

Umar memerintahkan kepada pengawal pribadinya untuk melihat sejenak kemana dibawa uang empat ratus dirham tersebut. Ternyata keempat para sahabat tersebut setelah menerima hadiah dari Umar memanggil semua fakir miskin dan membagi semuanya habis seketika. Malah yang paling menarik lagi ketika Mu’az bin Jabal sedang membagi uang tersebut kepada fakir miskin, isterinya keluar dan mengatakan kepada Mu’az, ”wahai Mu’az, aku ini orang fakir dan berikan kepadaku sedikit”, lalu Mu’az memberikan dua dirham kepada isterinya. Sehingga pengawal pribadi Umar melaporkan semua kejadian itu kepadnya. Lalu Umar berkata: Subhanallah! ”Semua para sahabat itu dididik oleh Rasulullah dan semua mereka tidak pernah berubah sedikitpun dalam menjalankan amanah”. Demikianlah sekelumit akhlak para sahabat Rasulullah saw.

Arthur Glyn Leonard (sarjana Barat) mengatakan: untuk memahami Muhammad atau ruh Islam dengan sempurna, maka orang harus lebih memahami bahwa Muhammad itu bukan hanya seorang pengembara biasa yang menghabiskan umurnya dengan sia-sia, tetapi beliau seorang jujur, loyal, bermoral tinggi, dan sungguh-sungguh dalam setiap pengembaraannya setiap masa dan zaman.

A.C. Bonquet dalam bukunya Comparative Religion, mengatakan Muhammad SAW berhasil memajukan umatnya sehingga Islam bisa berkembang ke seluruh Timur Tengah (jazirah Arab) hanya bermodalkan akhlaknya yang tinggi.

D. Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mazmumah

Akhlak mahmudah adalah perbuatan terpuji menurut pandangan akal dan syari’at Islam. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa akhlak mahmudah adalah akhlak yang dipandang

sesuai dengan anjuran al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. Baik dan buruk bukan tergantung pada kehendak manusia atau masyarakat tertentu, akan tetapi baik dan buruk dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya. Akhlak mahmudah ini adalah akhlak Rasul, akhlak para sahabat, akhlak orang-orang salih karena setiap langkah dan aktivitasnya bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. Akhlak mahmudah adalah segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat serta menyenangkan semua manusia dan membahagiakan semua makhluk. Ini disebabkan akhlak mahmudah adalah sebagai tuntunan Nabi SAW dan kemudian diikuti oleh para sahabat dan ulama.48

Sedangkan akhlak mazmumah adalah akhlak yang jahat dan jauh dari sifat-sifat terpuji karena tidak dapat membedakan halal dan haram. Tidak berperikemanusiaan dan tidak mendatangkan kebaikan bagi manusia dunia dan akhirat. Akhlak mazmumah adalah racun yang membunuh manusia, menjauhkan mereka dari Allah swt, melawan hati nurani dan bisa jadi mencelakakan diri sendiri dan orang lain.49

Dalam rangka menghasilkan generasi yang unggul dari segi aqidah dan akhlak yang mulia, maka yang namanya pendidikan aqidah dan akhlak perlu diberikan sejak anak-anak masih dalam buaian hingga dewasa. Atau, sejak dari TK hingga ke peringkat perguruan tinggi masih diperlukan pendidikan aqidah dan akhlak sebagai pengingat bagi manusia agar tidak tersesat jalan dan tidak melakukan kesalahan.

Aqidah para sahabat mungkin bisa menjadi panutan kita bagaimana sikap, sifat, dan ketangguhan mereka dalam mempertahankan aqidah mereka sendiri dan juga aqidah ummat di bawah kekuasaan mereka. Mereka semuanya telah teruji sebagai

48 Dr. Muhammad Abdurrahman. (2014). Bagaimana Seharusnya Berakhlak Mulia?. hal. 35-37

49 Ibid; hal. 38-39. Lihat juga Dr. Ali Abdul Halim Mahmud. ( 2003). Tarbiyah

orang-orang yang kuat aqidahnya dan kuat imannya, kokoh pendiriannya atau keyakinannya terhadap agama Islam dan mereka tidak mudah goyah dengan berbagai rayuan dan godaan, dan semua mereka adalah hasil didikan Rasulullah saw.

Demikian juga dengan akhlak para sahabat yang sedikitpun tak diragukan kemuliaannya karena mereka ditempa oleh baginda Nabi saw dan diajarkan berbagai kemuliaan dan kebajikan dalam menjalani hidup di dunia ini. Akhlak Rasulullah sendiri sebagian panutan yang diwariskan kepada para sahabatnya dan sebagai bukti mulianya akhlak Nabi dapat dilihat dalam catatan sejarah Islam dan pertama mendapat pengakuan Allah sendiri dalam al-Qur’an dan juga menurut pengakuan orang-orang non-muslim sekalipun. Kemudian akhlak yang agung yang dimiliki oleh Nabi saw diikuti dan dipraktekkan oleh para sahabat baginda dalam seluruh kehidupan mereka. Inilah yang kita perlu wariskan kepada generasi muda kita baik melalui pendidikan rumah tangga, pendidikan non-formal maupun pendidikan non-formal di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan.

1.12 APLIKASI PENDIDIKAN KARAKTER DIKALANGAN

MAHASISWA

Dalam dokumen Pendidikan Karakter Bangsa (Halaman 68-73)