• Tidak ada hasil yang ditemukan

39 Tabel 1. Skor cemaran getah kuning pada aril

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kombinasi BA dan ABA terhadap Perkembangan Struktur Torpedo

Struktur torpedo yang dikulturkan pada media tanpa zat pengatus tumbuh tidak dapat menginduksi munculnya tunas. Pada tabel 1 dapat diamati struktur torpedo yang dikulturkan pada media yang mengandung BA dan ABA secara umum belum memberikan hasil yang cukup baik dimana struktur terpedo yang dikulturkan pada media MS +BA 0,5 dan 1 mg/l serta media MS + ABA 0,05 tidak mampu menginduksi terbentuknya tunas.

Tabel 2. Tunas yang terbentuk pada media MS yang diperkaya BA dan ABA (umur 10 minggu setelah masa tanam).

Pada perlakuan kombinasi BA dan ABA baru mampu menginduksi terbentuknya tunas. Persentase tunas yang terbentuk masih rendah yaitu sebesar 5% dengan jumlah tunas sebanyak 1 tunas. Hasil yang sama juga ditemuai pada tanaman Cassia occidentalis. Dimana pada tahap pendewasaan struktur embriogenesis somatik dapat berkembang dengan baik pada media yang mengandung kombinasi BA dan ABA (Naz et al, 2016).

Pengaruh kombinasi Zeatin dan ABA terhadap perkembanggan struktur torpedo

Pada Tabel 3 dapat diamati pemberian perlakuan zeatin maupun ABA secara tunggal tidak mampu menginduksi terbentuknaya tunas. Dimana struktur torpedo yang dikulturkan pada media MS + Zeatin atau media MS + ABA tidak mampu berkembang membentuk tunas.

Tabel 3. Tunas yang terbentuk pada media MS yang diperkaya Zeatin dan ABA (umur 10 minggu setelah masa tanam)

Struktur torpedo berkembang membentuk tunas ketika eksplant dikuturkan pada media MS yang mengandung kombinasi Zetian dan ABA. Perlakuan Zeatin 0,5mg/l dan ABA 0,05 mg/l dapat menginduksi terbentuknya tunas sebesar 25% dengan jumlah tunas 8. Peningkatan kandungan Zeatin menjadi 1mg/l yang dikombinasikan dengan ABA 0,05 mg/l dapat memacu terbentuknya tunas dari struktur torpedo sebesar 35% dengan jumlah tunas 14. Pendewasaan struktur embrio somatik umumnya dilakukan dengan menambahkan ABA karena ABA berperan sebagai komponen untuk menahan perkecambahan dini, meningkatkan toleransi desikasi sehingga konversi untuk perkecambahan tinggi (Zang et al, 2014).

Perlakuan (mg/l)

Persentase terbentuk tunas (%)

Jumlah tunas Visualisasi biakan

BA 0 ABA 0 0 0 Kalus menghitam

BA 0,5 ABA 0 0 0 Kalus menghitam

BA 1 ABA 0 0 0 Kalus menghitam

BA 0 ABA 0,05 0 0 Kalus menghitam

BA 0,5 ABA 0,05 5 1 Tunas hijau

BA 1 ABA 0 ,05 5 1 Tunas hijau

Perlakuan (mg/l)

Persentase terbentuk tunas (%)

Jumlah tunas Visualisasi biakan

Zeatin 0 ABA 0 0 0 Kalus menghitam

Zeatin 0,5 ABA 0 0 0 Kalus menghitam

Zeatin 1 ABA 0 0 0 Kalus menghitam

Zeatin 0 ABA 0,05 0 0 Kalus menghitam

Zeatin 0,5 ABA 0,05 25 8 Tunas hijau

49

Pengaruh kombinasi Kinetin dan ABA terhadap perkembanggan struktur torpedo

Persentasi tunas yang dihasilkan pada dua percobaan sebelmnya relatif masih rendah. Untuk itu perlu dilakukan percobaan ketiga untuk meningkatkan persentase keberhasilan pertumbuhan struktur torpedo membentuk tunas.

Tabel 4. Tunas yang terbentuk pada media MS yang diperkaya Kinetin dan ABA (umur 10 minggu setelah masa tanam)

Gambar 1. A. Struktur torpedo yang digunakan sebagai eksplant B. Tunas yang terbentuk pada media MS + Kinetin 1mg/l + ABA 0,05mg/l.

Pemberian Kinetin pada media tanam dapat menginduksi pertumbuhan struktur torpedo berkembang membentuk tunas. Pemberian kinetin (0,5 dan1 mg/l) secara tunggal dapat menginduksi terbentuknya tunas sebesar 5%. Hal yang sama juga terjadi pada tanaman Theobroma cacao L, dimana pemberian Kinetin pada media tanam akan meningakat pertmbuhan pada tahap pendewasaan embrio somatik (Ajijah et al, 2016).

Kombinasi Kinetin dan ABA dapat meningkatkan terbetuknya tunas. Perlakuan Kinetin 1mg/l yang dikombinasikan dengan ABA 0,05mg/l memberikan hasil yang cukup besar untuk mengiduksi terbetuknya tunas, dimana jumlah tunas yang terbentuk adalah 55% dengan jumlah tunas sebanyak 23 tunas (Gambar 1 B).

KESIMPULAN

Zat pengatur tumbuh ABA sangat berperan pada tahap perkembangan struktur torpedo membentuk tunas pada tanaman mete. Kombinasi BA dan ABA pada media MS mampu menginduksi terbentuknya tunas. Formulasi media in vitro yang terbaik untuk perkembangan struktur terpedo membentuk tunas pada tanaman jambu mete adalah media MS yang diperkaya dengan BA 1mg/l dan ABA 0,05 mg/l.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih kepada Badan Litbang Pertanian yang telah mendanai penelitian ini melalui program Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional.

Perlakuan (mg/l) Persentase terbentuk tunas (%) Jumlah tunas Visualisasi biakan

Kinetin 0 ABA 0 0 0 Kalus menghitam

Kinetin 0,5 ABA 0 5 1 Tunas hijau

Kinetin 1 ABA 0 5 1 Tunas hijau

Kinetin 0 ABA 0,05 0 0 Kalus menghitam

Kinetin 0,5 ABA 0,05 35 10 Tunas hijau

Kinetin 1 ABA 0,05 55 23 Tunas hijau

50

DAFTAR PUSTAKA

Ajijah, N., R. S. Hartati, R. Rubiyo, D. Sukma, S. Sudarsono. 2016. Effective cacao somatic embryo regeneration on kinetin supplemented DKW medium and somaclonal variation assessment using ssrs markers.Agrivita 38(1):80-92.

Darwis, A. 2008. Hama dan penyakit utama jambu mete dan usaha pengendaliannya.Hllp://balittro.litbang.deptan.go.id.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015. Jambu Mete. Direktorat Jenderal Perkebunan

Kusumawati, E., Y. P. Sari, T. Purnaningsih. 2016.Pengaruh NAA dan BAP terhadap inisiasi tunas mengkudu (morinda citrifolia) secara in vitro. Agrisain 1(1):8-17.

Lestari, E. G. 2011. Peranan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan tanaman melaui kultur jaringan. Jurnal AgroBiogen 7(1):63-68.

Lestari, E. G., M. R. Suhartanto, A. Kurniawati, S Rahayu. 2013. Inisiasi Tunas Ganda Tanaman Manggis Malinau melalui Kultur In Vitro untuk Perbanyakan Klonal. J. Agron. Indonesia 41 (1) : 40 – 46.

Lina, F. R., E. Ratnasari, R Wahyono. 2013. Pengaruh 6-benzylamino purine (BAP) dan 6-furfuryl amino purine (Kinetin) pada Media MS terhadap Pertumbuhan Eksp. LenteraBio 2 (1):57–61.

Mariska, I. , S Hutami, M. Kosmiatin, A. Husni, W. Adil and Y Supriati. 2001. Somatik embryogenesis in different soyben varieties. Proc Workshop on Soyben Biotechnology Al Tolerance on Acid Soils and Disease Resistance. Biotecnology Indonesia – Germany Project. Directorate for Assessment ang Technology, agency for The Assessment and Aplication of Technology Federal Ministry for Education and Research, Central Research Intitute for Food Crops. 14-15 Sept. 1999. Bogor

Naz,R. M. Anis,A. A. Alatar . 2016. ISSR marker-based detection of genomic stability inCassia occidentalis L. plantlets derived from somatic embryogenesis. Engeneerin in life sicences. 16(1):17-24.

Sundari, L. L.A. M. Siregar, D. S. Hanafiah .2015. Kajian awal : respon eksplan nodus dalam inisiasi tunas mikro tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dalam Medium WPM.Jurnal Online Agroekoteknologi 3(1):179-187.

Yunita, R., I. Mariska. 2016. Pengaruh kombinasi BA dan 2,4D dalam pembentukan kalus embriogenik pada tanaman Jambu Mete (Anacardium ocidentale L.). Prosiding Seminar PBI Cabang Jakarta.

Zhang, L., W. Li, H. Xu, L. Qi, S. Han. 2014. Cloning and characterization of four diffentially espressed cDNA encoding NFYA homologs invilved in responses to ABA during somatic embryogenesis in Japanese Larch. (Larix leptolepis). Journal Plant of Biotechnology 117(2):293-304.

51

PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI TENTANG INOVASI TEKNOLOGI