• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POSISI BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)

Tinggi Tanaman

PENGARUH POSISI BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)

EFFECT OF STEM CUTTING POSITION ON GROWTH OF DRAGON FRUIT (Hylocereus polyrhizus) CUTTINGS

Bambang Hariyanto

Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika

Jln. Raya Solok-Aripan Km. 8, Kotak Pos 27301, Solok e-mail : bengbenghariyanto@yahoo.com

ABSTRAK

Ketersediaan benih merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan suatu perbanyakan tanaman. Stek batang merupakan salah satu perbanyakan vegetatif untuk mendapatkan benih yang seragam dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Informasi tentang penggunaan posisi bahan stek dan diameter stek serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan stek buah naga belum banyak diketahui. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui posisi bahan stek dan diameter stek yang terbaik yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan stek buah naga dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok Mei-September 2014. Tiga perlakuanyang terdiri dari stek naga bagian ujung dengan diameter stek 2,25-4,87 cm (rata-rata 3,5 cm), stek naga bagian tengah dengan diameter stek 3,21-7,12 cm (rata-rata 4,8 cm), dan stek naga bagian pangkal dengan diameter stek 2,95-7,67 cm (rata-rata 5,2 cm) disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan delapan ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi dan diameter stek berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah tunas, panjang tunas, dan waktu muncul tunas stek buah naga. Stek bagian pangkal dengan diameter stek 5,2 cm menghasilkan pertumbuhan yang paling cepat sedangkanstek bagian ujung dengan diameter stek 3,5 cmmenunjukkan pertumbuhan yang paling lambat pada umur 120 hari setelah tanam (hst). Terdapat satu peubah yang berkorelasi nyata dan bernilai positif yaitu panjang tunas dengan diameter tunas (R2 = 0,998).

Kata kunci : Stek buah naga, posisi bagian stek, diameter, pertumbuhan

ABSTRACT

The availability of plant material is one of the important factors in plant propagation development. Stem cutting is one of vegetative propagation techniques to produce homogenous seedlings and true to type. Information about stem cutting position and stem diameter of dragon fruit and its effect on the growth of dragon fruit cutting is very limited. The research aimed to find out the best stem cutting position and stem diameter of dragon fruit on the growth of dragon fruit cutting, was conducted in Indonesian Tropical Fruit Research Institute, Solok from May-September 2014. Three treatments consisting of tip stem cutting with diameter ranged between 2.25 and 4.87 cm (averages 3.5 cm), middle stem cutting with diameter ranged from 3.21 to 7.12 cm (averages 4.8 cm), and basal stem cutting with diameter ranged between 2.95 and 7.67 cm (averages 5.2 cm) were arranged in a randomized block design and eight replications. The results showed that position and diameter of stem cutting significantly affected number of shoots, shoot length, and time of shoots emergence of dragon fruit stem cutting. Among stem cutting positions, the basal stem cutting with diameter of 5.2 cm grew most rapidly 120 days after planting (dap), whereas the tip stem cutting with diameter of 3.5 cm was the slowest growth. There was one variable that significant positive correlation between shoot length and shoot diameter (R2 = 0,998).

95

PENDAHULUAN

Buah naga merupakan salah satu jenis tanaman tropis yang termasuk ke dalam genus Hylocereus dan Selenicereus yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara (Mc Mahon, 2003 ; Kristanto, 2003). Di daerah asalnya buah naga atau dragon fruit ini dinamai pitahaya atau pitayo roja. Penduduk Indian sering memanfaatkan buah ini sebagai buah meja atau buah yang dikonsumsi segar (Kristanto, 2003). Harga jual yang cukup tinggi, preferensi konsumen serta manfaat bagi kesehatan dan kandungan gizi yang tinggi menyebabkan buah naga berpeluang untuk dikembangkan sebagai komoditas penunjang agribisnis dan peningkatan devisa serta dapat bersaing dengan buah tropis lainnya.

Prospek pengembangan tanaman buah naga yang masih besar di beberapa wilayah di Indonesia diperkirakan akan meningkatkan permintaan terhadap benih buah naga. Teknik pembenihan atau perbanyakan tanaman untuk menghasilkan bahan tanamam berkualitas dalam jumlah memadai merupakan hal penting yang harus dipersiapkan bagi pengembangan tanaman buah naga. Perbanyakan vegetatif dengan stek batang merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan benih dalam jumlah banyak dan seragam. Selain waktu yang dibutuhkan relatif singkat, perbanyakan dengan stek batang akan menghasilkan turunan yang identik dengan sifat induknya sehingga keunggulan sifat dapat dipertahankan (Pujiono, 2008).

Menurut Raza (1992), penggunaan stek batang merupakan salah satu metode perbanyakan vegetatif paling mudah. Ukuran penanaman stek batang penting untuk hidup awal dan pertumbuhan stek karena secara fisiologis berperan penting dalam penentuan keberhasilan perakaran. Perbanyakan tanaman dengan stek telah banyak dilakukan pada tanaman lain, menghasilkan pertumbuhan yang seragam, saat produksi lebih awal dan lebih tinggi, meningkatkan persentase hidup, jumlah daun, panjang tunas dan jumlah tunas seperti pada Murbei (Guo, et al., 2007), Nilam (Ningsih et al.,2010) dan benih Ara (Yulistyani et al.,, 2014).

Faktor fisik seperti panjang stek dan diameter stek merupakan hal yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap kemampuan bahan stek membentuk akar (Hansen, 1998; Hartmann et al., 2002). Panjang dan diameter stek yang baik untuk masing-masing jenis tanaman berbeda satu dengan lainnya (Palanisamy dan Kumar, 1997; Hartmann et al., 2002). Selain hal tersebut diatas penggunaan jenis media merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan bahan stek (Sofyan dan Muslimin, 2006).

Hasil penelitian Purwati (2013), menunjukkan bahwa saat muncul tunas, jumlah tunas dan panjang tunas terbaik pada ukuran stek buah naga 20 cm di screen house. Namun demikian belum diketahui informasi yang menjelaskan daya adaptasi dan keragaman pertumbuhan dari ukuran stek tersebut ditanam di lapang, karena tingkat daya adaptasi benih setelah ditanam di lapang menentukan efektifitas dan efisiensi suatu teknik perbanyakan tanaman yang dipilih.

Pengamatan karakteristik morfologi perbanyakan stek batang pada jenis tanaman yang berbeda telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti stek batang pada tanaman bugenvil (Panjaitan, et. al.,2008), stek pada tanaman panili (Nugrahini, 2013), dan stek batang pada tanaman murbei (Hutasoit dan Ginting, 2013), sehingga parameter yang digunakan pada penelitian tersebut dapat dijadikan landasan untuk penelitian ini. Namun demikian informasi tentang posisi bahan stek dan diameter stek yang digunakan sebagai bahan stek buah naga dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan benih stek buah naga belum diketahui dan informasinya saat ini masih terbatas. Oleh karena itu, untuk menggali informasi tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui posisi bahan stek dan diameter stek buah naga yang terbaik yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan benih stek buah naga.

96

METODE PENELITIAN

Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Aripan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok dari Mei - September 2014 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan 8 ulangan. Perlakuan yang dicoba sebanyak 3 perlakuan, yaitu stek naga bagian ujung dengan diameter stek 2,25-4,87 cm (rata-rata 3,5 cm), stek naga bagian tengah dengan diameter stek 3,21-7,12 cm (rata-rata 4,8 cm), dan stek naga bagian pangkal dengan diameter stek 2,95-7,67 cm (rata-rata 5,2 cm). Setiap perlakuan dalam satu ulangan terdiri atas 6 tanaman.

Tahap awal penelitian dimulai dengan memotong ruas batang (bahan stek) yang sudah tidak produktif lagi, berwarna hijau tua (gelap) dengan panjang stek 60 cm. Selanjutnya stek dipotong menjadi tiga bagian, yaitu bagian ujung yang memiliki ruas batang bagian ujungnya meruncing dan diameternya lebih kecil dari bagian tengah dan pangkal, bagian tengah memiliki ruas batang dan diameter yang lebih besar dari pada bagian ujung serta bagian pangkal memiliki ruas batang dan diameter yang lebih besar dari pada bagian ujung dan tengah dengan masing-masing panjang stek 20 cm. Bahan stek yang digunakan berasal dari pertanaman buah naga varietas Hylocereus polyrhizus yang berumur 3 tahun dan telah berproduksi. Penanaman dilakukan dengan memindahkan stek yang sebelumnya diletakkan di bawah tempat yang ternaungi selama ± 7 hari ke dalam polibag ukuran 15x18 cm yang berisi media tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1) (v:v:v) dan setiap polibag ditanami satu stek batang buah naga.

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh dan melakukan pengendalian hama dan penyakit. Adapun peubah yang diamati terdiri dari : 1. Jumlah tunas, dihitung dengan cara menghitung jumlah tunas yang tumbuh.

2. Panjang tunas (cm), diukur dengan cara mengukur panjang tunas dari pangkal tunas hingga ujung tunas dengan menggunakan alat pengukur (penggaris).

3. Waktu muncul tunas (hari), diamati setiap hari hingga stek buah naga mengalami pecah tunas pertama kali.

4. Persentase stek bertunas (%), dihitung pada akhir pengamatan (120 hst) dengan kriteria stek buah naga telah tumbuh tunas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a

Persentase stek bertunas = --- x 100 % b

Dimana:

a = jumlah stek yang bertunas b = jumlah stek yang ditanam

5. Persentase stek hidup (%), dihitung pada akhir pengamatan (120 hst) dengan kriteria stek buah naga setek buah naga tetap hijau dan telah berakar dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a

Persentase stek bertunas =--- x 100 %

b

Dimana:

a = jumlah stek yang hidup b = jumlah stek yang ditanam

6. Diameter tunas (cm), diukur pada akhir pengamatan (120 hst) dengan menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam sesuai dengan rancangan yang digunakan. Bila terdapat perbedaan antar perlakuan, maka analisis data dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Adapun untuk mengetahui hubungan antara peubah yang diamati digunakan analisis korelasi Pearson pada taraf 5 %.

97

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan posisi bahan stek batang yang diaplikasikan pada stek buah naga menyebabkan perbedaan jumlah tunas, panjang tunas, dan waktu muncul tunas yang diperoleh, namun tidak tampak adanya perbedaan pada peubah persentase stek bertunas, persentase stek hidup dan diameter tunas (Tabel 1, 2, dan Tabel 3). Dengan demikian ketiga peubah tersebut merupakan peubah yang memberikan pengaruh yang nyata akibat dari perlakuan posisi bahan stek batang buah naga.

Tabel 1. Rata-rata jumlah tunas stek buah naga pada umur 30-120 hari setelah tanam (hst).

Perlakuan Jumlah tunas

30 hst 60 hst 90 hst 120 hst Ujung Tengah Pangkal 0 b 0,18 a 0,10 ab 0,66 b 1,28 a 1,74 a 1,43 c 2,08 b 2,43 a 2,13 b 2,73 ab 3,08 a KK (%) 147,73 35,97 16,39 22,66

Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %.

Sumber : Data primer (2014)

Adanya perbedaan posisi bahan stek yang diaplikasikan menyebabkan perbedaan jumlah tunas yang dihasilkan. Pada umur 30 hst jumlah tunas yang dihasilkan bervariasi antara 0 – 0,18, dimana stek batang bagian tengah tidak berbeda nyata dengan stek batang bagian pangkal namun berbeda nyata dengan stek batang bagian ujung yang memiliki jumlah tunas paling rendah. Jumlah tunas pada umur 60 hst menunjukkan adanya perbedaan nyata, dimana stek batang bagian pangkal 1,74 tidak berbeda nyata dengan stek batang bagian tengah 1,28 tetapi berbeda nyata dengan stek batang bagian ujung 0,66. Rata-rata pertambahan jumlah tunas pada umur 60 hst berkisar 0,66 – 1,64, tertinggi pada stek batang bagian pangkal dan terendah stek batang bagian ujung. Perbedaan jumlah tunas juga ditunjukkan pada umur 90 – 120 hst, dimana jumlah tunas stek batang bagian pangkal 2,43 berbeda nyata dengan stek batang bagian tengah 2,08 dan stek batang bagian ujung 1,43. Rata-rata pertambahan jumlah tunas pada umur 90 hst berkisar 0,69 – 0,80 tertinggi pada stek batang bagian tengah dan terendah stek batang bagian pangkal. Pada umur 120 hst rata-rata pertambahan jumlah tunas berkisar 0,65-0,70 tertinggi pada stek batang bagian ujung dan terendah stek batang bagian pangkal dan tengah dengan jumlah tunas stek bagian pangkal 3,08 yang tidak berbeda nyata dengan stek bagian tengah 2,73 tetapi berbeda nyata dengan stek bagian ujung 2,13 (Tabel 1 dan Gambar 1).

Gambar 1. Rata-rata laju pertumbuhan jumlah tunas stek buah naga umur 30-120 hari setelah tanam (hst).

Sama halnya dengan jumlah tunas, panjang tunas yang dihasilkan juga menunjukkan adanya perbedaan (Tabel 2). Panjang tunas pada umur 30 hst tidak menunjukkan adanya perbedaan akibat dari perlakuan posisi bahan stek, dimana panjang tunas yang dihasilkan berkisar antara 0 – 0,83 cm. Perbedaan panjang tunas pada umur 60 hst ditunjukkan oleh adanya perbedaan panjang tunas stek batang bagian pangkal 7,64 cm yang berbeda nyata dengan stek batang bagian tengah 4,99 cm dan stek batang bagian ujung 2,57 cm. Rata-rata pertambahan panjang tunas pada umur 60 hst berkisar 2,57 – 6,81, tertinggi pada stek batang bagian pangkal dan terendah stek batang bagian ujung. Pada umur 90 hst terlihat adanya perbedaan panjang tunas, dimana panjang tunas stek batang bagian pangkal 17,89 cm dan stek batang bagian tengah 16,01 cm yang berbeda nyata dengan stek bagian

0 1 2 3 4 30 60 90 120 J um la h tun a s

Hari setelah tanam (hst)

ujung tengah pangkal

98

ujung 11,94 cm. Rata-rata pertambahan panjang tunas pada umur 90 hst berkisar 9.37 – 11.02, tertinggi pada stek batang bagian tengah dan terendah stek batang bagian ujung. Panjang tunas stek batang bagian pangkal yang diperoleh 25,68 cm tidak berbeda nyata dengan stek batang bagian tengah 25,31 cm namun berbeda nyata dengan stek batang bagian ujung 19,83 cm pada umur 120 hst (Tabel 2). Rata-rata pertambahan panjang tunas pada umur 120 hst berkisar 7,79 – 9,30 tertinggi pada stek batang bagian tengah dan terendah stek batang bagian pangkal (Tabel 2 dan Gambar 2).

Tabel 2. Rata-rata panjang tunas stek buah naga pada umur 30-120 hari setelah tanam (hst).

Perlakuan Panjang tunas (cm)

30 hst 60 hst 90 hst 120 hst Ujung Tengah Pangkal 0 a 0,69 a 0,83 a 2,57 c 4,99 b 7,64 a 11,94 b 16,01 a 17,89 a 19,83 b 25,31 ab 25,68 a KK (%) 166,75 43,14 16,92 23,05

Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %.

Sumber : Data primer (2014)

Gambar 2. Rata-rata laju pertumbuhan panjang tunas stek buah naga umur 30-120 hari setelah tanam (hst).

Percabangan tanaman buah naga yang tersedia sebagai bahan perbanyakan adalah batang pada percabangan lateral (primer dan sekunder). Umumnya semakin menjauh dari pucuk maka diameter batang semakin membesar dan perbedaan diameter tersebut berpengaruh langsung terhadap kemampuan stek membentuk akar (Wilson,1993; Hartmann, et al., 2002,).

Penggunaan stek sebagai bahan tanam dimaksudkan untuk memperoleh pertanaman yang homogen secara genetik. Dengan lingkungan tumbuh yang seragam diharapkan diperoleh pertumbuhan tanaman yang seragam. Namun dalam penelitian ini diperoleh jumlah tunas, panjang tunas, dan waktu muncul tunas yang beragam. Penggunaan bahan stek dalam jumlah banyak menyebabkan bahan stek yang diperoleh sangat beragam, baik ukuran diameter stek maupun posisi bagian batang.

Ukuran panjang dan diameter stek berhubungan dengan tinggi rendahnya jumlah akumulasi karbohidrat yang terkandung pada bahan stek dan akan mendukung perakaran yang lebih baik dibandingkan bahan stek yang sedikit kandungan karbohidratnya. Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan pada tipe dan variabilitas karbohidrat dan bahan tersimpan lainnya (Leakey,1999 dan Hartman et al,. 2002). Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam metodologi bahwa bahan tanam stek berasal dari posisi bahan stek dan diameter stek yang berbeda yaitu stek batang bagian ujung, stek batang bagian tengah, dan stek batang bagian pangkal sehingga mengandung jumlah akumulasi karbohidrat dan bahan cadangan makanan yang beragam. Stek batang bagian pangkal dan tengah memiliki rata-rata diameter batang yang lebih besar dan memiliki jumlah akumulasi karbohidrat serta bahan cadangan makanan lebih tinggi dari pada stek bagian ujung yang selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan tunas yang ditunjukkan oleh jumlah tunas, panjang tunas dan waktu munculnya tunas. Perbedaan bagian stek dan diameter batang bahan stek ini dapat menyebabkan perbedaan kecepatan pertumbuhan yang dihasilkan. Hasil penelitian Santoso et al. (2008), memperlihatkan bahwa perbedaan diameter stek jarak pagar sebagai bahan tanam menghasilkan pertumbuhan tanaman yang

0 5 10 15 20 25 30 30 60 90 120 P a nja ng t un a s (cm )

Hari setelah tanan (hst)

ujung tengah pangkal

99

berbeda-beda. Demikian pula hasil penelitian Mulyaningsih et. al. (2007), memperlihatkan bahwa penggunaan stek bagian pangkal, tengah, maupun pucuk batang menghasilkan pertumbuhan tanaman yang berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan yang dihasilkan dimana penggunaan stek batang bagian pangkal dengan diameter stek 5,2 cm menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi untuk peubah jumlah tunas, panjang tunas, dan waktu muncul tunas paling cepat yang diikuti oleh stek batang bagian tengah dengan diameter stek 4,8 cm dan terendah pada stek batang bagian ujung dengan diameter stek 3,5 cm (Tabel 1, 2, 3).

Pertumbuhan stek dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan seperti bahan stek yang digunakan, lingkungan tumbuh dan perlakuan yang diberikan pada stek (Prastowo et al., 2006). Dalam penelitian ini perlakuan posisi bahan stek yang digunakan hanya berpengaruh terhadap jumlah tunas, panjang tunas, dan waktu muncul tunas akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah pertumbuhan lainnya yang mencakup persentase stek bertunas, persentase stek hidup dan diameter tunas stek buah naga (Tabel 3). Hasil yang sama diperoleh Mulyaningsih et al. (2007), menunjukkan bahwa keragaman bahan tanam stek menghasilkan diameter batang yang kurang beragam pada tanaman jarak pagar.

Tabel 3. Rata-rata waktu muncul tunas, persentase stek bertunas, dan diameter tunas stek buah naga pada umur 120 hari setelah tanam (hst).

Perlakuan Waktu muncul tunas (hst) Persentase stek bertunas (%) Persentase stek hidup (%) Diameter tunas (cm) Ujung Tengah Pangkal 44,47 b 40,62 ab 38,54 a 95,83 a 95,83 a 100 a 95,83 a 95,83 a 100 a 4,56 a 4,74 a 4,74 a KK (%) 11,55 5,92 5,92 8,00

Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom berarti tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 %. Sumber : Data primer (2014)

Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa terdapat satu hubungan antar peubah yang berkorelasi nyata dan nilainya positif. Adapun peubah yang berkorelasi nyata dan bernilai positif yaitu panjang tunas dengan diameter tunas (R2 = 0,998) sedangkan peubah lainnya tidak berkorelasi nyata. (Tabel 4). Panjang tunas berkorelasi nyata dan positif dengan diameter tunas menunjukkan bahwa hubungan antara kedua peubah tersebut sangat kuat, signifikan dan searah, dimana semakin panjang tunas yang dihasilkan diikuti oleh penambahan diameter tunas.

Habitus tanaman yang tinggi akan menyediakan ruang yang cukup untuk distribusi cahaya dalam kanopi tanaman dan pertumbuhan organ tajuk tanaman. Distribusi cahaya yang merata dalam kanopi memungkinkan setiap tanaman dapat berfotosintesis secara optimal sehingga laju fotosintesis kanopi menjadi tinggi. Laju fotosintesis kanopi yang tinggi akan menghasilkan karbohidrat yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman menjadi tinggi (Rouhi et al., 2007). Adapun penyediaan ruang tumbuh yang baik dan didukung dengan ketersediaan karbohidrat yang cukup menyebabkan pertumbuhan stek seperti panjang tunas dan diameter tunas menjadi tinggi. Hal inilah yang menyebabkan panjang tunas dengan diameter tunas berkorelasi positif (Tabel 4).

Tabel 4. Nilai koefisien korelasi antar peubah

Peubah Jumlah tunas Panjang tunas Diameter tunas Stek bertunas

Jumlah tunas Panjang tunas Diameter tunas Stek bertunas 1 0,950 0,931 0,781 - 1 0,998 * 0,548 - - 1 0,500 - - - 1 Keterangan :* = Berkorelasi nyata menurut uji korelasi Pearson pada taraf 5 %

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perbedaan posisi bahan stek yang ditanam menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan jumlah tunas, panjang tunas, dan waktu muncul tunas stek buah naga. Stek bagian pangkal dengan dimeter stek 5,2 cm menghasilkan pertumbuhan yang paling cepat untuk peubah jumlah tunas, panjang tunas, dan waktu muncul tunas sedangkanstek bagian ujungdengan diameter stek 3,5 cm menunjukkan pertumbuhan yang paling

100

lambat pada umur 120 hari setelah tanam (hst). Terdapat satu peubah yang berkorelasi nyata dan bernilai positif yaitu panjang tunas dengan diameter tunas (R2 = 0,998).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak A. Soemargono, Agus Susiloadi, Sahlan yang telah membantu dalam penulisan ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Guo, Z.W., C. Tingting, Y. Yonghua, P. Le,. 2007. A preliminary analysis of a sexual genetic variability in mulberry as revealed by ISSR markers. Int J Agri Biol. 9:928-930.

Hansen, J. 1998. Effect of cutting position on rooting, axillary bud break and shoot growth in Stephanotis floribunda. Acta Horticultura 226:159-163.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, Jr, R.L. Geneve. 2002. Plant Propagation: Principles and Practices. 7th edition. Prentice Hall Inc. 770p.

Hutasoit , R., dan T.A. Ginting. 2013. Pengaruh diameter stek batang terhadap pertumbuhan benih pada empat spesies tanaman murbei (Morus sp).Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013.hal : 461-467.

Kristanto, D. 2003. Buah naga pembudidayaan di pot dan di kebun. Penebar swadaya. Jakarta.

Leakey, R.R.B. 1999. Nauclea diderrichii: rooting of stem cuttings, clonal variation in shoot dominance, and branch plagiotropism.Trees 4:164-169.

Mc. Mahon, G. 2003. Pitaya (Dragon Fruit). Departement of Primary Industry, Fisheries and Mines. Darwin. www.horticulture.nt.grov.au. Diakses 25 September 2012.

Mulyaningsih, S., Djumali, dan B. Hariyono. 2007. Pengaruh posisi, asal, dan panjang stek, serta ZPT terhadap pertumbuhan stek batang pada tanaman jarak pagar. Prosiding Lokakarya Jarak Pagar II: Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. Hlm. 263-268.

Ningsih, E. M. N., Y. A. Nugroho,dan Trianitasari. 2010. Pengaruh stek Nilam (Pogostemon cablin, Benth) pada berbagai komposisi media tumbuh dan dosis penyiraman limbah air kelapa. Agrika 4 (1):37-47.

Nugrahini, T. 2013. Respon pertumbuhan stek tanaman panili (Vanilla planifolia) terhadap pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk organik cair nasa. Media Sains 5 (1) : 30-35.

Palanisamy, K., P. Kumar. 1997. Effect of position, size of cutting and enrironmental factors on adventitious rooting in neem (Azadirachta indica A. Juss). Forest Ecology and Management 98:277-288.

Panjaitan, L.R.H., J. Ginting, dan Haryati. 2014. Respons pertumbuhan berbagai ukuran diameter batang stek bugenvil (Bougainvillea spectabilisWilld.) terhadap pemberian zat pengatur tumbuh. Jurnal Online Agroekoteknologi 4 (2): 1384-1390.

Prastowo, N. H., J. M. Roshetko dan G. E. S. Manurung. 2006. Tehnik pembibitan dan perbanyakan vegetative tanaman buah. World agroforestry centre (ICRAF) and winrock international. Bogor.

Pujiono, S. 2008. Penerapan perbanyakan tanaman secara vegetatif pada pemuliaan pohon. Makalah Gelar Teknologi di Pekanbaru Riau dalam rangka Pemasyarakatan Hasil Litbang Kehutanan tanggal 21 Agustus 2008.

Purwati, M.S. 2013. Pertumbuhan benih buah naga (Hylocereus costaricensis) pada berbagai ukuran stek dan pemberian hormon tanaman unggul multiguna exlusive. Media Sains, 5 (1) : 16-22.

Raza, U. 1992. Effect of light and weed competition on the survival and growth of abies pindrows