• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketidakmiripan kelompok genotipe-genotipe jagung generasi S 1

Tabel 2. Banyaknya curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Bengkulu Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketidakmiripan kelompok genotipe-genotipe jagung generasi S 1

Dari hasil analisis gerombol pada metode Gower menunjukkan bahwa genotipe-genotipe generasi S1 secara keseluruhan terpisah menjadi dua bagianyaitu mengelompok dan terpisah sendiri dengan koefisien ketidakmiripan sekitar 0.28. Hal ini didukung oleh penelitian Efendi et al. (2015) menyatakan bahwa terdapat pengelompokkan dengan menggunakan dendogram menjadi enam kelompok genotipe tanaman jagung yang terdiri dari grup A hingga grup F. Menurut Warburton et al. (2005) galur tidak terklaster berdasarkan fenotipe, adaptasi lingkungan, tipe atau warna biji, umur panen, atau respon heterotik, tapi galur yang berkerabat secara pedigree biasanya berada pada klaster yang sama. Genotipe yang terpisah sendiri adalah PERTIWI3xNK33-84A. Genotipe-genotipe yang mengelompok akan dilihat kedekatannya dengan ketiga galur murni (Mr4, Mr14, dan Nei9008).

Genotipe Mr4 dan Mr14 memiliki jarak genetik yang lebih dekat dibandingkan dengan Nei9008. Ketidakmiripan Mr4 dan Mr14 adalah sebesar ±0.16 sedangkan ketidakmiripan dengan Nei9008 adalah sebesar ±0.18. Genotipe pembanding yang cukup dekat dengan Mr4 adalah NK6323. Terdapat beberapa genotipe yang memiliki kemiripan terhadap Mr4diantaranya adalah P27xNK33-79A, NK6326xPERTIWI3-76B, PERTIWI3xNK6326-48B, PERTIWI3xP31-41A, NK6326xP27-28B, P31xNK6326-26A, dan NK33xNK33-12A). Genotipe pembanding yang cukup dekat dengan Mr4 adalah P27. Beberapa contoh genotipe yang memiliki kemiripan terhadap Mr14 adalah genotipe NK6326xP31-112A, P31xNK33-108A, PERTIWI3xP27-90A, NK6326xPERTIWI3-76A, NK33xPERTIWI3-68A, P27xNK6326-67A, PERTIWI3xP27-58B, NK6326xP27-53B, P31xPERTIWI3-52A, NK6326xPERTIWI3-49B, P31xNK33-44A, 43D, NK6326xP31-43B, P27xP31-40A, P27xP31-40B, P27xNK6326-39A, P27xP27-37A, P27xPERTIWI3-35C, P27xPERTIWI3-35B, NK6326xP27-28A, NK6326xP31-24A, dan PERTIWI3xP31-13B. Hibrida sebagai genotipe pembanding yang memiliki kedekatan terhadap Nei9008 adalah PERTIWI3 dan untuk genotipe uji yang dekat dengan Nei9008 diantaranya genotipe P31xNK6326-93B, P27xP31-77A, PERTIWI3xNK6326-66B, NK33xP31-55A, PERTIWI3xNK6326-48A, NK6326xNK33-38A, NK33xPERTIWI3-36A, P31xNK6326-26B, dan P27xNK632623-A (Gambar 1).

Secara teoritis, heterosis akan meningkat bila jarak genetik dari kedua tetua lebih jauh. Hasil penelitian lain pada komoditas padi menunjukkan bahwa tetua hibrida yang memiliki jarak genetik terjauh adalah tetua Hipa 6 yaitu 0.44 tetapi potensi danrata-rata hasil Hipa 6 tidak lebih tinggi dari Hipa 8 yangmemiliki jarak genetik terdekat antartetuapembentuknya yaitu 0.12 (Mulsanti et al. 2013)

84

Gambar 1Dendogram genotipe jagung generasi S1

Ketidakmiripan kelompok genotipe-genotipe jagung generasi S2

Gambar 2 menunujukkan bahwa genotipe-genotipe generasi S2 secara keseluruhan terbagi menjadi dua bagianyaitu mengelompok dan terpisah sendiri dengan koefisien ketidakmiripan sekitar 0.34. Hal ini didukung pada penelitian Randall et al.(2016) menunjukkan koefisien ketidakmiripan yang terbentuk di antara 23 genotip jawawut yang diamati karakter agromorfologinya yaitu berkisar antara 0,24 - 2,34, dan membagi dua klaster utama, yaitu klaster A dan B. Genotipe yang terpisah sendiri adalahPERTIWI3xNK6326-10B-59. Genotipe-genotipe yang mengelompok akan dilihat kedekatannya dengan ketiga galur murni yaitu Mr4, Mr14, dan Nei9008. Seperti halnya generasi S1,

genotipe Mr4 dan Mr14 memiliki jarak genetik yang lebih dekat dibandingkan dengan Nei9008. Ketidakmiripan Mr4 dan Mr14 adalah sebesar ±0.16 sedangkan ketidakmiripan dengan Nei9008 adalah sebesar ±0.18. Terdapat beberapa genotipe generasi S2 yang memiliki kedekatan terhadap Mr4 diantaranya yaitu genotipe NK6326xP31-43D-70, P31xPERTIWI3-19A-64, P27xP31-40A-54,

NK6326xPERTIWI3-76B-49, PERTIWI3xNK6326-10B-42, P27xPERTIWI3-35A-40,

PERTIWI3xNK6326-48A-39, P27xP31-4B-38, NK6326xP31-112A-34, NK6326xP27-28A-23, P27xP31-40A-22, NK6326xP31-43D-18, PERTIWI3xP31-13A-13, dan P31xPERTIWI3-19A-11.

Terdapat beberapa genotipe pembanding yang memiliki kedekatan dengan Nei9008, yaitu P31, P27, dan PERTIWI3. Genotipe uji yang memiliki kedekatan dengan Nei9008 diantaranya adalah

Ge

noti

pe

Agglome

rati

ve

C

oe

ff

icie

nt =

0.61

85

P31xNK6326-26C-68, P27xP31-40B-57, NK6326xNK33-39A-56, PERTIWI3xP31-41A-52, P31xNK6326-93A-48, P31xPERTIWI3-104A-46, P31xNK33-44A-35, PERTIWI3xNK33-56A-30, P27xNK6326-23A-24, P27xNK6326-39A-19, P31xNK6326-93A-15, PERTIWI3xNK33-56A-5, PERTIWI3xP27-58B-4, P31xNK6326-93B-3, P31xNK33-108A-2, dan P31xNK6326-93B-1. Genotipe uji yang memiliki kedekatan terhadap Mr14 adalah NK6326. Genotipe uji yang memiliki kedekatan terhadap Nei9008 diantaranya adalah genotipe P31xNK6326-93B-63, NK6326xP31-71A-51, PERTIWI3xNK6326-10C-50, P31xNK33-44A-47, P31xNK6326-93B-43, PERTIWI3xNK33-84A-33, P27xPERTIWI3-35A-27, NK6326xP31-112A-12, dan NK6326xP31-24A-10.

Menurut Pabendon et al. (2006) menyatakan posisi dari galur murni di dalam kelompokjuga kelihatan menyebar. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kekerabatan di antara galur murni tidak terlalutinggi. Kedudukan hibrida sebagai pembanding dengan genotipe uji yang berasal dari hibrida tersebut memiliki hubungan yang dekat. Ketidakmiripan genetik antar galur murni pada generasi S1

dan generasi S2 menunjukkan nilai yang sama. Hal ini dapat dilihat dari koefisien ketidakmiripan antara Mr4 dan Mr14 sebesar 0.16 dan ketidakmripan keduanya dengan Nei9008 sebesar 0.18. Kelompok genotipe yang terbentuk berpotensi untuk dijadikan grup heterotik, namun memerlukan penelitian lebih lanjut. Menurut Efendi et al. (2015) kesamaan genetikmenunjukkan hubungan kedekatan antaragenotipe. Semakin tinggi kesamaan koefesien genetik semakin besar kesempatanhubungan antara genotipe. Sebaliknya, kecilnya koefisien kemiripan genetik, sehinggakecil kemungkinan hubungan antaragenotipe. Kelompok heterotik grup akan menentukan pengaruh terhadap daya gabung umum dan daya gabung khusus (Fan et al. 2016).

86

Gambar 2 Dendogram genotipe jagung generasi S KESIMPULAN

Ketidakmiripan genetik antar ketiga galur murni (Mr4, Mr14, dan Nei9008) relatif besar berdasarkan karakter-karakter kuantitatif yang diamati. Kelompok genotipe yang terbentuk berpotensi untuk dijadikan grup heterotik, namun memerlukan penelitian lebih lanjut.

Ge

noti

pe

Agglome

rati

ve

C

oe

ff

icie

nt =

0.64

87

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Q., M, Ahsan., Khan, N.H., Waseem, M., Ali, F. 2014. An overview of Zea mays for the improvement of yield and quality traits through conventional breeding, Nature Science 12(8): 71–84.

Babic, M., Violeta, A., Snežana, M.D., Kosana, K. 2011. The conventional and Contemporary technologies in maize (Zea mays. L) breeding at maize Research Institut Zemun Polje, Maydica 49–57.

[CYMMIT] International Maize and Wheat Improvement Center. 1991. Discriptors forMaize. Rome (IT). International Board for Plant Genetic Resources.

Efendi, R., Sunarti, S., Musa, Y., Farid, M., Rahim, M.D., Azrai, M. 2015. Selection of homozygosity and genetic diversity of maize inbred using Simple Sequence Repeats (SSRs) marker, International Journal of Current Research in Biosciences and Plant Biology 2(3): 19–28. Fan, X.M., Yin, X.F., Bi, Y.D.,Liu, Y.B.,Chen, L., Kang, H.M. 2016. Combining ability estimation for

grain yield of maize exotic germplasm using testers from three heterotic groups, Crop Science 5: 2527–2535.

Meng, Q., Hou, P., Wu, L., Chen, X., Cui, Z., Zhang, F. 2013. Understanding production potentials and yield gaps in intensive maize production in China, Field Crops Res 143: 91–97. Mulsanti, I.W., Surahman, M., Wahyuni, S., Utami, D.W. 2013. Identifikasi galur tetua padi hibrida

dengan marka SSR Spesifik dan pemanfaatannya dalam uji kemurnian. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 32(1): 1–8.

Pabendon, Dahlan, M., Sutrisno, M.L., George, C. 2006. Karakterisasi kemiripan genetik koleksi inbrida jagung berdasarkan marka mikrosatelit. Jurnal Agro Biogen 2(2): 45–51.

Randall, A., Yuwariah, Y., Nuraini, A., Nurmala, T., Irwan, A.W., Qosim, W.A. 2016. Karakterisasi dan kekerabatan 23 genotip jawawut (Setaria italic L. Beauv) yang ditanam tumpangsari dengan ubi jalar berdasarkankarakter agromorfologi. Pangan 25(1): 21–32.

Suwarno, W.B. 2014. The usefulness of molecular markers approach for developing heterotic groups in maize, Journal Tropical Crop Science 1(2): 4–10.

Tenda, E., Tulalo, M., Miftahorrachman. 2009. Hubungan kekerabatan genetik antar sembilan aksesi kelapa asal Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Littri. 15(3): 139–144.

Troyer, Af., Wellin, E.J. 2009. Heterosis decreasing in hybrids: yield test inbreds, Crop Science 49: 1969–1976.

Yustiana., Syukur. M., Sutjahjo. S.H. 2013. Analisis daya gabung galur-galur jagung tropis di dua lokasi. Jurnal Agronomi Indonesia 41(2): 105–111.

Warburton, M.L., Ribaut, J.M., Franco, J., Crossa, J., Dubreuil, P., Betran, F.J. 2005. Genetic characterizationof 218 elite CIMMYT maize inbred lines using RFLPmarkers, Euphytica 142: 97–106.

Wegary, D., Vivek, B., Labuschagne, M. 2012. Association of parental genetic distance with heterosis and specific combining ability in quality protein maize, Euphytica 191: 205–216.

88

EFIKASI PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU (Fusarium oxysporum) DENGAN AGENS ANTAGONIS UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI CAISIN (Brassica campestris)

THE EFFICACY OF AGENTS ANTAGONISTS IN CONTROLLING WILT DISEASE